Sampai juga di rumah Asha, rupanya Ibu dan juga Ayah sudah menunggu mereka, semua ini karena tadi Asha sempat ketiduran saat berada di rumah Jenny. Kali ini, Damian mengantarkan Asha sampai ke rumahnya, tadi ia diminta untuk menjemputnya, rasanya tak enak jika hanya mengantar sampai jalan depan rumah saja. "Kenapa kau ikut turun?" Asha terkejut karena Damian mengikutinya sampai ke rumah, namun seperti biasa dia hanya diam saja.'Mulai deh mode kulkasnya aktif.'"Nah itu dia Asha, Yah!"Dari jauh, Asha bisa melihat kedua orang tuanya yang seperti sedang menunggu seseorang. Sejak Asha dijodohkan, Ibu seperti agak berlebihan, sedikit-sedikit ia meminta Damian mengantarkan dirinya, seperti saat ini. Padahal Asha juga bisa pulang sendiri ke rumahnya."Ya ampun Asha, akhirnya kamu pulang juga. Ibu khawatir loh soalnya kamu perginya lama banget, untung ada Nak Damian," ucap Bu Hani."Maaf Tante, tadi kami mampir makan dulu jadi agak lama," Damian yang menjawab.Ingin rasanya Asha segera mas
Saat ini Asha sedang dimake up agar terlihat pangling nanti. Ibu bahkan sampai menyewa jasa MUA untuk mendandani Asha, anak gadisnya yang sebentar lagi akan dilamar oleh seorang pria. "Bu, ih Ibu ngapain deh pakai sewa jasa MUA segala. Aku nggak terbiasa ini pakai kayak gini!" Asha protes pada Ibunya. Menurut Asha, seharusnya Ibu tak terlalu berlebihan seperti ini. Ia yang terbiasa petakilan harus memakai gaun yang tentunya membuat Asha merasa tak nyaman. Berkali- kali ia bahkan protes, namun tak digubris oleh Ibu. "Maaf ya Mbak, bisa nggak Mbak ini diam dan nggak banyak gerak! Terus tolong itu hape juga ditaruh dulu ya Mbak! Saya jadi nggak bisa konsentrasi ini, memangnya Mbak mau kalau nanti alisnya panjang sebelah dan bulu mata juga tebal sebelah?" Rupanya MUA yang mendandani Asha kesal sebab Asha banyak protes dan ia juga sembari melihat hape, menonton video sang idola dan kadang Asha juga spontan ikut nge dance. "Sudah Asha, sekarang kamu lebih baik diam dan nurut sama Mbak
Begitu kesal hati Asha, padahal tadi ia sedang mimpi indah bertemu dengan idolanya, namun barus buyar karena dibangunkan. Semua ini karena ulah Jenny."Sialan lo Jen! Gue pikir beneran!""Sst Mbak! Please deh jangan gerak-gerak mulu. Ini saya susah mau gambar alis, memangnya Mbak mau kalau alis Mbak pindah ke mulut?" Asha akhirnya menurut, rupanya Mbak MUA nya galak juga, meski ia sudah tak tahan lagi karena ternyata make up itu lama, berniat ingin melihat ponsel untuk menonton drakor sembari menunggu make up ini kelar, namun kembali dimarahi oleh tukang make up nya. "Jangan gerak-gerak ya Mbak, jangan lihat hape! Ini sebentar lagi mau selesai, jadi tolong kerjasamanya!!"Waktu terus berlalu, tak terasa hampir 2 jam Asha dimake up, sungguh ia lebih memilih menonton drakor daripada harus begini."Nah, kan kalau Mbak nurut jadi cantik begini," ucap si MUA puas dengan hasil riasannya. Asha melihat pantulan dirinya di depan cermin, sangat jauh berbeda dengan penampilannya sehari-hari.
Asha menerimanya, ia membaca kertas itu yang ternyata adalah sebuah surat perjanjian, di mana isinya menyebutkan jika mereka akan menikah, namun akan beda kamar dan tidur secara terpisah, tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing, tidak melakukan kontak fisik, mereka akan bersikap romantis disaat ada orang tua saja, selain itu tidak, dan mereka akan sepakat bercerai nanti.Asha mengerti, rupanya ini yang Damian maksud, ia tak sampai hati membantah Mamanya untuk segera menikah dengan Asha. Ia juga tau jika Asha pun sama seperti dirinya, tak bisa menolak perjodohan ini."Bagaimana?" tanya Damian dengan wajah datarnya."Oke, deal ya!" sahut Asha setuju, ia pun mengulurkan tangan pada lawan bicaranya, meski awalnya Damian enggan, namun akhirnya ia mau menyalami tangan Asha.Rupanya aksi mereka itu diperhatikan oleh Jenny, sahabat Asha."Ceileh yang sebentar lagi mau nikah, gandeng terus!""Ibu senang lihat kalian yang saling menyayangi, nah Nak Damian, Ibu titip anak Ibu ya nanti
Di hari pernikahan temannya, Asha datang dengan calon suami ah entah apa Asha harus menyebutnya, yang jelas ia lebih suka memanggil Damian dengan sebutan kulkas. "Asha! Hey! Kamu ini gimana sih? Kok malah belum siap-siap? Ayo cepat sana mandi, sebentar lagi kan calon suami kamu mau datang! Eh Ibu kasih tau ya sama kamu, nanti kalau kamu sudah menikah, suami pulang kerja tuh kamu harus sudah rapi, sudah wangi, bukan kayak gini!"Memang jika tak ada kegiatan, Asha lebih memilih untuk mandi sekali saja dengan dalih hemat air, padahal ia malas. "Calon suami? Maksud Ibu tuh Min Yoongi? Memangnya dia udah pulang dari wajib militernya, Bu?" Asha yang memang baru bangun tidur pun asal menjawab ucapan sang Ibu. Ibu yang sedianya akan beranjak pun geleng-geleng mendengar jawaban dari putri sulungnya itu. Sedangkan Asha, matanya masih setengah tertutup dan ia berkali-kali menguap, menandakan jika ia masih ingin tidur lagi, namun Ibu marah-marah dan menyuruhnya untuk segera mandi sambil seseka
Mobil terus melaju membawa Asha ke suatu tempat, karena bosan, Asha memilih untuk menonton film drama Korea kesayangannya. "Ayo turun!" perintah Damian, rupanya mereka sudah sampai."Sudah sampai kah?" tanya Asha tanpa menoleh sedikitpun, ia masih asyik menonton. "Kalau belum sampai, untuk apa aku menyuruhmu untuk turun, cepatlah! Lelet sekali jadi orang!"Ucapan tadi membuat Asha merasa dongkol, bagaimana tidak, ia dijodohkan dengan orang yang mempunyai sifat dingin dan jauh dari kata romantis. Bahkan belum menikah saja, sudah berapa kali Damian membuatnya merasa kesal. "Nggak bisa apa nyuruhnya tuh yang agak romantis sedikit? Pantas saja nggak ada yang mau walau dia lumayan ganteng!" Asha menggerutu lirih, namun rupanya Damian mendengarnya. "Oh jadi mau yang romantis yah?" Damian lantas menggendong Asha layaknya adegan romantis di film-film, Asha yang memang tak siap pun sedikit merasa terkejut dengan aksi dari calon suaminya itu. "Hey! Apa yang kamu lakukan? Tolong turunkan ak
Semua nampak tak percaya, jika cewek cantik itu adalah Asha, karena kali ini Asha tampak berbeda sekali dari biasanya. Ia nampak anggun dengan gaun dan riasan yang terlihat natural namun menonjolkan aura cantiknya, tentunya sangat berbeda dengan keseharian Asha. "Itu beneran Asha?" Banyak dari teman-teman Asha yang merasa tak percaya, mereka bahkan sampai dibuat melongo. "Bisa mingkem nggak sih! Tuh takutnya ada lalat yang masuk," seloroh Jenny. Sebagai sahabat, Jenny juga nampak senang melihat penampilan Asha kali ini, apa lagi ia tak datang sendiri, lumayan lah untuk membungkam mulut-mulut yang suka berkomentar julid kepadanya. Asha berjalan dengan berhati-hati sekali, karena saat ini ia memakai sepatu hak tinggi yang lagi-lagi walau tak terlalu tinggi, namun cukup membuatnya kesulitan untuk berjalan cepat. Sampai akhirnya, Asha hampir saja terjatuh jika saja Damian tak langsung menahannya. Seketika tubuhnya membeku karena saat ini kedua mata mereka saling menatap. Damian, tak
'Aish menyesal sekali aku datang sama dia! ' Asha menggerutu dalam hati. Masih bisa ia dengar beberapa orang berbisik-bisik mengenai dirinya, sebagian lagi membicarakan wajah tampan Damian, sampai ada yang bilang kok bisa Damian yang ganteng mau dengan Asha, cewek yang nggak jelas dan suka Kpop. "Aku merasa risih di sini, bagaimana kalau kita pergi saja? Toh aku sudah datang dan sudah memberikan amplop," Asha berucap setengah berbisik, sedari tadi ia mendengar kasak-kusuk cewek di belakang membicarakan Damian, bukan karena cemburu namun Asha merasa tak nyaman saja. Akan tetapi, sebelum itu, beberapa cewek tadi menghampiri mereka untuk melihat ketampanan Damian dari dekat. "Sha, ini beneran cowok lo? Kok gue baru tau ya?""Iya nih, nggak kabar-kabar punya cowok ganteng, sayang aja gue udah punya pasangan, eh Sha by the way, lo ke dukun mana nih biar bisa menggaet cowok ganteng kayak Mas ini?"Menyebalkan sekali rasanya, bahkan saat ia sudah membawa pasangan pun tak luput dari komen