Sampai di tempat kost, Ghea langsung melepaskan pakaiannya, memasukkan dalam keranjang pakaian kotor. Tanpa sengaja dia memandang ke cermin berdiri di sampingnya menampakkan keseluruhan tubuhnya yang tipis, ramping diselimuti kulitnya yang putih seputih susu. Teringat bagaimana oom Gatot memeluknya, tangannya yang kasar, kuat dan kokoh serasa masih melekat di tubuhnya. Aroma tubuh lelaki tanpa parfum masih tersisa di ujung hidungnya membuat sesuatu di tubuhnya menggeliat manja. Dibelainya tubuhnya ingin menikmati sisa pelukan oom Gatot , memejam matanya kemudian berdesah,” Apakah aku menganggap pelukan oom Gatot sebagai pelukan lelaki seperti yang kudambakan ataukah seperti aku dipeluk papa ? Dipeluk oom Gatot tadi serasa aku memeluk papa. " bisiknya. “ Rasanya sayang kalau aku mandi sekarang, masih terasa pelukan hangat oom Gatot, “ bisiknya kemudian tanpa disadari dia melepaskan bra dan painties , mengurai rambutnya ke depan , berpose seksi. “ Apakah aku kalah cantik dan seksi
Pukul dua belas malam, ketika Galang masuk kamar , Galley kembali ke apartemennya di dekat apartemen Galang, Gatot yang sudah mabok mondar-mandir di ruang tamu. Akhirnya memutuskan besok akan menelpon Nyali sepupunya, apa yang terjadi dengan Ghea, apakah benar Ghea dicium Galang? Gatot flash back , mengenang dua tahun lalu yang tidak mudah dilupakannya ketika mendampingi Ghea wisuda. Teman-temannya mengira bahwa Gatot adalah pamannya meskipun Gatot berusaha berdandan seperti layak anak muda, mungkin karena sebagian rambut di kepalanya sudah beruban mereka mengira Gatot adalah pamannya, padahal dalam hati Gatot ingin dinyatakan sebagai pacar oleh teman-teman Ghea. Karena kebahagiaannya bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, Gatot memberikan serangkaian bunga besar , di dalamnya berisi kotak handphone membuat Ghea berteriak gembira, memeluk oom Gatot dan mencium pipinya. “ Papa tidak bisa mendampingi Ghea biarlah oom menggantikan papa di wisudaku.” Kata Ghea sambil merangkul t
Pada umumnya setiap orang merancang masa depan demi meraih kebahagiaan. Demikian juga dengan Ghea, aku harus merancang masa depan mulai sekarang,batin Ghea . Menopang dagunya dengan dua tangannya matanya menatap laptop tanpa berkedip, seolah-olah apa yang dipikirkan tertulis di laptop. Langkah awal aku harus memberi harapan terhadap diriku sendiri, sakit, susah atau kehilangan harus kuhadapi dengan satu tekad aku ingin bahagia. Tahap pertama, mencari kontrak rumah biar kecil, di samping itu aku harus mampu mengembangkan emosi positif menghadapi masalah yang timbul terutama menghadapi tante Joani. Jika papa sembuh , apapun yang terjadi aku mengambil papa, mencari perawat untuk merawat papa. Langkah kedua , aku mencari pasangan hidup. Umurku dua puluh empat, waktunya memikirkan pasangan hidup, menikah, punya anak. Mengingatnya Ghea tersenyum, bahagianya melihat papa dikelilingi cucu-cucu. Aku akan mencari suami yang setia, bertanggungjawab , mau menghormati papa. Haruslah seoran
Ghea menerima telepon dari rumah sakit, bahwa ayahnya telah sadar. Cepat-cepat Ghea meninggalkan kantor menelpon Nyali , melaporkan bahwa dia harus ke rumah sakit.." Papaku sudah sadar," bisiknya menahan tangis bahagia karena papanya telah sadar, kemudian meninggalkan kantor. Sesampai di rumah sakit, Ghea melihat papanya membuka matanya dikelilingi dokter , suster dan bapak Saputra. “ Papa… “ bisik Ghea. Terdengar suara di belakang punggung Ghea, suara laki-laki berwibawa, “ Yud, Alhamduilillah , kau sadar…” Lelaki berumur kira-kira enam puluhan mendekati ranjang pak Prayudi, “ Ini anakmu yang namanya Ghea?” tanyanya sambil memandang Ghea dari atas ke bawah. Pak Prayudi hanya mengangguk lemah, “Bagaimana Yud, jadi kita besanan?” tanya pak Basuki. “ Maaf pak, “ kata Ghea sopan. “ Papaku baru sadar, jangan dulu ngajak bicara terlalu banyak, nanti nafasnya sesak lagi, maaf..maafkan saya.” Kata Ghea sambil membungkukkan badannya. “ Gheaaa…” terdengar suara serak pak Prayudi m
Minggu pagi diantar Gatot, Ghea nyekar ke makam mama dan papanya. Setengah jam Ghea dan Gatot memanjatkan doa agar arwah pak Prayudi bisa berjalan lancar sesuai tempat yang telah disediakan Sang Pencipta. " Oom Gatot, nanti antar aku ke rumah, tapi oom jangan masuk , tidak usah tunggu. Ada yang perlu Ghea cari sebelum kembali ke Jakarta." " Kapan dik Ghea balik ke Jakarta?" tanya Gatot. " Senin pagi, tapi Ghea tidak mau naik bis atau kereta, takut nanti ada yang menguntit Ghea. " " Siapa yang menguntit dik Ghea?" tanya Gatot. " Tante Joani atau Frenya." " jawab Ghea. " Oom bisa pesankan mobil rental , subuh-subuh Ghea rencana balik ke Jakarta." " Nanti oom antar," jawab Gatot. Ghea tidak menjawab , hanya menatap ke depan dengan tatapan kosong. Sampai di rumah didapati rumah dalam keadaan sepi, entah kemana tante Joani dan Frenya pergi, dibukanya pintu pekarangan, Fredo asyik cerita dengan temannya di sudut halaman langsung menyambut Ghea. " Mbak, kemana saja? Mama cari mbak
Tiba di kantor, Ghea langsung ketemu Nyali menceritakan semuanya . Nyali heran melihat tingkah Ghea yang sebelumnya waktu mengabarkan ayahnya meninggal ,suaranya terdengar sedih ada tekanan batin di telepon sekarang terdengar normal-normal saja, tekanan batinnya tidak nampak gestur tubuhnya santai-santai saja, juga kesedihan tidak nampak di wajahnya apakah karena kecuekannya membuatnya demikian, batin Nyali menatap Ghea yang terus bercerita sejak meninggalnya papanya di rumah sakit sampai acara tahlilan. Ghea tidak menceritakan saat papanya dalam sakratul maut, Ghea dilamar oleh pak Saputra, itu masih kusimpan, tunggu saat yang tepat, batin Ghea. " Bos belum pernah masuk kantor ? " tanya Ghea menyudahi ceritanya. " Kemarin bos nelpon lagi, marah-marah. Terpaksa aku bilang kamu sedang kedukaan." kata Nyali . " Ya, sudah ! Darimana kamu jadi tempat sampah kemarahannya." kata Ghea. Hari-hari di kantor berlangsung rutinitas yang membosankan, sunyi tanpa ada kemarahan bos, tenang
Ghea sudah mempersiapkan keperluan menginap , pakaian ,makanan ringan, minuman kaleng semua telah disiapkan sejak malam. Semalaman Ghea gelisah , tidak bisa tidur, membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, mengkhayalkan apa yang akan mereka lakukan di sana dua malam , tiga hari. “ Aku harus buat taktik agar terlepas dari lamaran keluarga Saputra,” bisiknya. “ Apa taktikmu Ghea?” suara hatinya bertanya. “ Aku akan katakan bahwa aku sudah punya pacar.” Bisiknya. Empat puluh malam tinggal sepuluh hari. Matanya menerawang di antara kegelapan kamar , aku akan menyerahkan milikku yang berharga ke oom Gatot. Jika perjodohan kami tetap dipaksakan aku mengeluarkan kartu truf., au katakan bahwa sudah tidak perawan. Bukankah semua laki-laki ingin mendapatkan malam pertamanya seorang gadis yang masih perawan? Ghea bergulat dengan pikirannya membuatnya tidak bisa tidur sehingga nampak pada penampilannya keesokan harinya, meskipun berusaha menutup lingkaran hitam di bawah matanya.
Keluar dari ruang kerja, Ghea menelpon Gatot. “ Yang , masih di Sarinah ?” tanya Ghea. Terdengar jawaban Gatot, “ Saya otw ke kantormu." " Yang, aku sudah mau turun ke lobbi, jangan tunggu dekat kantor. Ghea akan menemui oom di dekat Sarinah.” Tergesa-gesa Ghea keluar ruangannya, berhenti membiarkan bos melewatinya. Ketika hendak masuk lift karyawan sudah ditutup, bos yang mendapat informasi dari sekuriti kembali naik lift VVIP mengajak Ghea masuk dalam lift VVIP. Di dalam lift tidak ada percakapan, Ghea menunduk , berusaha menghentikan debaran jantungnya yang berdetak kencang ketika berada di dekat bos. Dia sempat kagum melihat punggung bos yang tegak dan kokoh, di tengah mengamati punggung bos tiba-tiba bos berbalik menatapnya , mengucapkan kata-kata yang tidak pantas di dengar telinga membuat telinga Ghea bersemu merah dan menatap bos dengan tatapan benci, kesal dan marah. Ketika terdengat TING, dengan napas lega Ghea keluar dari lift, Ghea membungkukkan badannya , mempersi