Pintu terbuka dengan lebar tanpa diketuk terlebih dahulu. Bukan hanya Asisten Wibi dan Dokter Daniel yang ikut masuk kamar yang lebarnya lebih dari lapangan sepak bola itu. Bibi Asih, Bibi Lia, Jenny dan Pak Basri juga ikut masuk karena menghawatirkan Raline."Tuan!" teriak Asisten Wibi."Nyonya Ra!" teriak Jenny.Eddriz berdiri bertolak pinggang membelakangi Raline. Wajahnya terlihat memerah menahan emosi. Pandangan matanya tajam menatap jam dinding yang berada diatas pigura hiasan dinding. Raline duduk jongkok di sofa panjang yang ada di dekat televisi. Hanya berani melihat suami yang sedang marah dan emosi karena mantan istri. Sambil memikirkan dari mana mantan itu tahu jika hari ini kembali ke rumah."Silakan duduk, Tuan. Saya akan memeriksa tekanan darah Anda terlebih dahulu!"Eddriz mengangguk dan berbalik badan mencari keberadaan Raline. Melihat Raline yang sedang berjongkok dan dikerumuni oleh pembantu dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. duduk pun mata tidak lepas sel
Dengan menahan sakit, sopir dari mantan istri Eddriz bercerita sudah satu bulan ini mencari informasi tentang pengusaha kaya raya Eddriz Bushiry. Tidak akan digaji sebelum mendapatkan kabar atau pesan tersampaikan. Terkadang harus tidur di mobil hanya demi melihat mantan suami dari majikannya mendapat informasi.Anak dan istri memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, majikan wanita itu terus mengancam tidak akan memberikan gaji. Sehingga harus berani nekat untuk menyampaikan pesan agar bisa gajian."Mengapa Nyonya Arum ingin mencari informasi tentang Tuan Eddriz?" tanya Asisten Wibi."aku juga tidak tahu, asal tidak ada Tuan Evan di rumah, Nyonya Arum selalu mengamuk dan marah-marah. Kata bibi pembantu Nyonya Arum sedang ngidam."Asisten Wibi dan Bang Jack saling pandang. Sudah mendengar cerita tentang mantan istri Eddriz itu sedang berbadan dua. Mungkinkah ngidam ingin bertemu atau ingin mengirim pesan kepada mantan suami."Apa pesan yang akan kamu sampaikan kepada
Belum saja Jenny menjawab pertanyaan Raline, tiba-tiba dikagetkan dengan suara tegas Pak Basri datang dari pintu belakang, "Jangan temui sopir itu, Nyonya Ra!""Kenapa tidak boleh, Pak Basri?""Apakah Nyonya Ra ingin terkena amukan Tuan Ed lagi?""Tidak.""Lebih baik tunggu Tuan Ed saja, Nyonya Arum orangnya sangat cilik dan pandai. Anda harus berhati-hati menghadapi dia!"Ralene mengerutkan keningnya, teringat Ayah Wisnu. Sudah lebih dari tiga tahun bersama ayah tiri yang licik dan rela melakukan apa saja demi tujuan tercapai. Kelicikan ayah durjana dibalas dengan lebih licik lagi.Jika belajar dengan cara licik menurut Raline harus belajar pada Ayah Wisnu. Laki-laki yang telah menjadi ayah tiri selama tiga tahun itu melakukan segala cara. Baik dengan cara halus ataupun cara kasar pernah dilakukannya.Dengan belajar dari pengalaman yang dilakukan untuk membalas Ayah Wisnu, berharap Raline bisa melakukan yang terbaik untuk suami tua yang depresi dan krisis kepercayaan karena mantan is
"Silakan Abang lihat sendiri ini di ponsel Ra!"Raline menunjukkan hasill temuan tadi pagi yang diambil dari ponsel milik laki-laki yang berada di kantor security. Walau hanya dengan di foto pesan yang diambil, tetapi cukup jelas tulisan percakapan itu dibaca. Mata Eddriz terbuka lebar membaca satu per satu dengan jelas sangat berbeda dengan cerita Asisten Wibi."Kapan Ra dapat ini?" tanya Eddriz setelah selesai membaca semua pesan yang difoto menggunakan ponsel."Tadi jam tiga pagi, ditemani Pak Sardi."Edrriz langsung menengok ke arah Pak Sardi, "Benar, kamu yang temani, Sardi?""Benar, Tuan."Eddriz meminta keterangan kepada Asisten Wibi dan Bang Jack. Mereka berdiskusi dengan alot karena cerita berbeda versi. Yang awalnya iba, kini menjadi amarah dan kesal karena merasa dibohongi.Raline berbisik kepada Pak Sardi untuk meminta semua nomor ponsel pegawai tanpa kecuali. Di ponsel Raline hanya ada nomor Pak Sardi, Jenny dan Eddriz serta dua sahabat. Akan menyelidiki tentang orang ya
Raline mengusulkan untuk merahasiakan identitas dari istri kedua. Hanya akan memberikan ciri-ciri yang akan dipublikasi. Nama dan asal usul tidak seorang pun boleh tahu sampai hari H.Semakin publik penasaran, diharapkan sang mantan akan semakin penasaran juga. Pasti dia akn semakin berusaha untuk mencari informasi. Bisa jadi akan menyewa orang lain lagi selain dua orang yang kemarin dilempar di jalanan.Eddriz mengangguk dan tersenyum saat Raline memberikan saran. Awalnya ingin memamerkan jika istri yang sekarang adalah jauh lebih muda dan lebih cantik. Namun, jika dirahasiakan akan menunjukkan jika bisa move on dari sang mantan.Walau awalnya bertujuan hanya sekedar pamer bisa menikah lagi. Tanpa disadari sekarang mulai bisa menerima kehadiran istri kedua. Ketulusan dan keluguan Raline mampu mengubah pandangan hidup yang dulu selalu memegang janji akan hidup satu cinta."Bagaimana menurut Anda, Tuan. Akan di publis atau dirahasiakan seperti usul Nyonya Ra?" tanya Asisten Wibi."Kala
"Itu, Tuan. Laki-laki yang duduk di kursi tengah memakai masker tengorak dan topi seperti koboy," jawab Dokter Daniel sambil melihat ke depan dan menggerakkan kepala."Yang memakai baju hitam itu?""Benar, Tuan.""Kamu hubungi Jack saja untuk langsung mendekati dia, kalau perlu langsung interogasi!""Siap, Tuan."Dokter Daniel mengirim pesan WA kepada Bang Jack. Padahal kepala bodyguard itu hanya berdiri tepat di belakangnya saja. Mengirim pesan hanya bertujuan agar tidak menimbulkan kecurigaan.Dengan cepat Bang Jack berjalan ke belakang setelah membaca pesan yang dikirim. Memutari meja pertemuan konferensi pers dan bergabung dengan para wartawan. Duduk disamping detektif cinta dan langsung merangkulnya dengan kuat."Kagak kapok lo," bisiknya.Laki-laki itu tersentak kaget dan gugup tidak bisa menggerakkan badan sedikit pun. Tidak mungkin akan berteriak ditengah keramaian para wartawan yang ingin bertanya. Tidak menyangka bisa dikenali padahal sudah mengubah penampilan."Maaf, Bang.
tidak menyangka laki-laki yang baru saja dipikirkan tiba-tiba memanggil nama dengan suara keras. Ayah Wisnu yang terdengar ingin bertemu dan menanyakan kabar. Hati Raline terasa sesak padahal baru mendengar suara saja.Tanpa disadari air mata menetes teringat semua perlakuan buruk selama tinggal satu rumah. Apalagi teringat tawa Ayah Wisnu saat dijual oleh suami tua. Dengan tega menjual hanya demi membayar hutang dan hidup enak dengan istri baru.Raline menunduk sambil mengusap air mata saat Eddriz berada sejajar berjalan masuk kamar. Tidak ingin suami menganggap cengeng hanya mendengar suara teriakan ayah tiri. Masih ingin menunjukkan keteguhan dan tekat hati ingin balas dendam atas semua perlakuan buruk di masa lalu."Ra, lihat Abang!" Eddriz memandang mata Raline yang memerah karena habis manangis."Kenapa, apakah Ra pingin bertemu dia?""Tidak sama sekali, Ra mendengar suara ayah saja sangat sakit hati, apalagi bertemu. Ra takut ingin menghajar dia dengan tangan Ra sendiri."Air m
Eddriz semakin nyaman berbincang dengan Raline. Gadis sederhana, tetapi mumpuni dalam bela diri itu mulai berani terus terang. Selalu ceplas-ceplot mengatakan apa yang dipikirkan tanpa sungkan."Bukan Abang tidak percaya sama Ra, tetapi Abang waspada karena di luar sana tidak sedikit orang yang ingin berbuat jahat pada Abang."Raline mengangguk dan terdiam serta melamun teringat setelah konferensi pers. Ada berita jika suami adalah pengusaha yang kaya raya dan terkenal sangat tegas. Hanya bisa menebak mungkin ada banyak orang yang tidak suka atau iri dengan keberhasilan yang dicapai.Bisa juga karena sikap dia yang arogan, tegas dan cenderung kejam saat menhadapi lawan bisnis. Pasti ada banyak lawan atau kawan yang berusaha menjatuhkan dengan berbagai cara. Termasuk mantan istri yang sampai sekarang ingin menggangu dan terus mengusik."Ra," panggil Eddriz dengan lembut."Hhmm."Raline masih menunduk dan termenung saat dipanggil oleh Eddriz. Yang dipikirkan bukan hanya orang yang tidak