Share

Bab 6 - Pertemuan tak diduga

Edward merasa kepalanya berdenyut pusing, sudah hampir lima hari ia belum pulang ke rumah karena selalu sibuk berpergian untuk membahas kerjasama dan pekerjaan yang tiada habisnya.

Padahal tubuhnya sudah merindukan kulit lembut Maura, dan bagaimana janji wanita itu yang akan memasak makan malam untuknya dengan bertelanjang dan hanya ditutup kain apron. 

Padahal Edward menantikannya, namun ia harus terjebak di kantor karena urusan pekerjaan yang tiada usainya ini. 

"Pak Ed, baru saja Bu Emily menelepon bahwa beliau akan datang kemari," Edward mengangkat kepalanya dari tulisan-tulisan dokumen yang ada di mejanya pada Alfa, sekertarisnya itu yang mengabari kabar yang sungguh tak mengenakan untuknya. 

Emily Mamahnya, namun bukan karena kehadiran wanita itu yang membuat perasaan Edward merasa tak enak, melainkan tujuan wanita itu yang datang pasti akan membahas perihal jodoh. 

"Terimakasih Alfa," ujar Edward pada sang sekertaris yang mengangguk dan kembali keluar dari ruangannya. 

Edward meringis pelan, kepalanya berdenyut makin parah, sepertinya ia tak bisa melanjutkan pekerjaannya ini, masih banyak dokumen yang harus ia periksa dan tanda tangan, namun kepala Edward sudah terasa ingin pecah belum lagi ia merasa kesehatannya perlahan kian menurun. 

Jika dipaksakan, sepertinya ia akan terjatuh ke ranjang rumah sakit. 

Edward akhirnya bangkit dari kursinya dan berjalan ke sofa di ruang kantornya dan merebahkan tubuhnya di sana. 

Padahal sebelum ini sering sekali Edward lembur dan terus memforsir dirinya bekerja keras, namun semenjak Maura datang ke hidupnya, Edward jadi sering pulang ke apartemen dan bekerja dengan waktu normal. 

Ia tidak pernah lagi bekerja lembur, dan karena terlalu banyak santai, entah bagaimana kondisi tubuhnya melemah begitu saja. Baru saja lembur kembali, Edward tumbang dengan sakitnya. 

Padahal Edward baru saja merasa memejamkan kedua matanya, ia sudah dibangunkan oleh Emily yang baru saja datang ke kantornya. 

"Kenapa masih siang kamu sudah tidur Ed?" tanya Emily dengan alis yang berkerut. 

Edward berdehem pelan, ia mencoba bangun dari posisi tidurnya, namun ia merasa bahwa kepalanya makin terasa sakit, dan tubuhnya pun kian terasa lemah. 

"Tidak apa-apa Mah, ada apa Mamah datang?" tanya Edward memejamkan kedua matanya berusaha menghilangkan rasa sakit di kepalanya ini. 

Emily mencibir pelan, wanita itu duduk di depan Edward dan meletakkan tas mahalnya iu di atas meja. 

"Bagaimana sih kamu Ed! Mamah datang berharap mendapat ucapan manis dari kamu! Tapi kamu sepertinya lupa pada ulangtahun Mamahmu sendiri!" desah Emily memasang raut sedihnya pada Edward yang lansung mengingat bahwa hari ini memang ulang tahun sang Mamah. 

"Astaga Ed lupa! Maaf Mah, pekerjaan Edward sedang begitu banyak, jadi Ed melupakan hari yang penting ini," sesal Edward memijat pelan kepalanya. 

"Tidak! Mamah tidak membutuhkan maafmu! Mamah mau kamu datang ke pesta Mamah sore nanti Ed! Tidak perlu membawa apapun, Mamah hanya menginginkan kehadiran kamu!" Pinta Emily pada Edward yang menipiskan bibirnya dan menganggukkan kepalanya pelan. 

"Baiklah, Ed akan datang Mah! Tapi apa perlu Mamah sampai datang ke kantor hanya untuk mengatakan ini?" tanya Edward. 

Emily terkekeh pelan dan menggeleng, "Mamah sekalian mau ke Mall, mau belanja dan bertemu teman di dekat sini, Mamah sekalian mampir! Jadi setelah ini Mamah akan pergi! Kamu jangan lupa datang ya Ed!" pesan Emily lagi kemudian wanita itu bangkit dari sofa dan berjalan keluar ruangan Edward. 

Edward menemani Emily sampai ke depan lift, "Edward akan datang, Mamah hati-hati," ujar Edward dan kemudian tubuhnya melemah tepat ketika pintu lift yang membawa tubuh Emily tertutup. 

"Pak Edward? Anda baik-baik saja?" Alfa yang rupanya memperhatikan bosnya itu mendekat ketika Edward hampir saja kehilangan keseimbangannya. 

"Kepala saya sakit, bisakah kamu membawakanku obat sakit kepala, dan sepertinya hari ini saya akan pulang cepat," ujar Edward yang diangguki cepat oleh Alfa. 

"Baik Pak!" 

Edward akan beristirahat di rumah sampai waktu pesta sang Mamah dimulai, setidaknya ada sedikit waktu untuk ia beristirahat. 

***

Puas membeli banyak pakaian dari toko-toko berbeda, Emily kemudian melihat ponselnya, untuk mencari tau apakah teman-temannya sudah berkumpul di restoran yang sudah dijanjikannya. 

Emily berniat mengundang mereka dan meminta mereka membawakan anak-anak gadisnya untuk bisa ia kenalkan pada Edward. 

"Joe! Bawakan saja belanjaan saya ini ke mobil, nanti kamu menyusul ke restoran ya!" ujar Emily pada sang pelayan pribadi yang juga merangkap sebagai supirnya itu. 

"Baik Nyonya," ujar si pelayan tersebut yang mematuhi permintaan Emily. 

Emily kemudian bergerak masuk ke dalam restoran di depannya ini, wanita baya tersebut menolehkan kepalanya untuk mencari kedua temannya yang berkata sudah berada di meja sebelumnya. 

Kedua mata Emily menangkap kedua temannya yang melambai padanya, bibirnya tersenyum senang, namun kemudian kedua matanya menangkap pada pergerakan wanita muda yang wajahnya begitu tak asing di ingatannya. 

Emily mencoba mengingat kembali, saat satu nama melintas di ingatannya, wajahnya perlahan menjadi cerah kembali! Dia mengingat wanita itu. 

Emily kemudian bergerak menuju wanita yang tengah makan sendirian di restoran tersebut, "Halo? Kamu Gisel ya?" panggil Emily mengganggu wanita yang tengah asik makan sendirian di restoran tersebut. 

Wanita yang diinterupsi oleh Emily itu mengangkat wajahnya dan berkerut kening menatap pada Emily yang datang ke mejanya. 

"Siapa?" tanya Gisel mencoba mengingat sosok wanita baya yang masih terlihat muda di usianya yang mungkin menginjak angka enam puluh itu. 

"Kamu lupa dengan Tante? Padahal dulu waktu SMA kamu sering sekali bermain dengan Edward, apa kamu mengingat anak itu?" 

Kedua mata wanita muda itu lantas membulat lebar kala nama Edward tersebut dari bibir si wanita baya, ya! Dia kemudian mengingat wanita di depannya ini. 

"Tante  Emily?!" tanyanya dengan nada kaget tak percaya. 

"Iya ini Tante! Apa kabar kamu Gisel!" pekik Emily begitu senang, pun dengan Gisel, wanita yang tak sengaja bertemu Emily tersebut. 

"Gisel baik Tante! Tante kemari sendiri? Tante mau makan dengan Gisel? Banyak yang harus kita bicarakan!" ujar Gisel dengan wajah antusiasnya. 

"Tante juga ingin sekali bicara denganmu! Tapi sekarang Tante mau bertemu teman Tante dulu! Oh iya, bisakah kamu memberikan nomor ponselmu Gisel?" tanya Emily yang kemudian mengeluarkan ponselnya untuk Gisel yang diangguki oleh wanita itu. 

"Boleh Tante!" jawabnya. 

"Sudah sangat lama kamu tidak bertemu Edward, apa mungkin kamu sudah menikah atau memiliki pasangan Gisel?" tanya Emily penasaran. 

Gisel menggelengkan kepalanya, "tidak Tante! Belakangan ini Emily sibuk sekolah, dan membangun usaha Gisel sendiri di Australia. Sekarang Gisel baru pulang dan berniat membuka cabang usaha Gisel di sini, Papah khawatir kalau Gisel terlalu lama di negara orang!" kekeh Gissel memberitahukan kegiatannya pada Emily yang terlihat bangga. 

"Benarkah? Apa kamu berhasil mewujudkan mimpimu yang menjadi desaigner itu?" tanya Emily lagi. 

"Iya Tante, kapan-kapan akan Gisel ajak Tante ke butik milikku, aku ingin menunjukan karya-karyaku untuk Tante, dan jika ada yang Tante suka, Tante boleh memilikinya!" 

Emily terkekeh senang, "boleh kalau begitu! Oh iya, nanti malam Tante mengadakan pesta ulangtahun, maukah kamu datang, sekalian bertemu dengan Edward, kamu pasti sudah sangat lama tidak bertemu anak itu bukan?" 

Senyum Gisel perlahan hilang, namun walau begitu wanita itu tetap mempertahankan senyum tipisnya, "Tante ulang tahun? Selamat ulang tahun Tante! Gisel akan datang karena Tante mengundangku!"  

Emily tersenyum senang, "Tante menunggu kedatangan kamu ya Gisel!" kekeh Emily kemudian pamit untuk bertemu teman-temannya yang telah menantinya. 

Gisella, wanita itu nampak diam memperhatikan Emily sebelum kemudian menggelengkan kepalanya pelan. Tak ia sangka ia akan bertemu wanita itu lagi di sini. dan mengundangnya untuk datang ke pesta ulangtahunnya. 

Gisel akan bertemu dengan Edward, laki-laki yang pernah menjadi teman dekatnya dulu, namun menjauh ketika Edward menolak perasaannya dan meninggalkannya. Laki-laki itu begitu jahat, namun Gisel masih menyimpan sedikit rasa untuk pria itu ketika mengingatnya, seperti apakah pria itu saat ini?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status