Share

Bab 7 - Ajakan Edward

Edward pulang ke apartemen, kepalanya sudah tak berdenyut sakit, namun kini ia merasa bahwa tubuhnya mulai melemah. Edward ingin tidur sebentar untuk memulihkan kondisi tubuhnya. 

Ketika tangannya ingin membuka pintu apartemennya, dering ponsel berbunyi di kantung jasnya dan membuat ia mendesah pelan sebelum mengangkat panggilan tersebut. 

'Ed, aku sudah melakukan apa yang kamu pinta, tapi aku penasaran mengapa kamu melakukan sampai sejauh ini? Apa yang sudah wanita itu katakan sampai kamu mau repot menolong suaminya yang tukang judi itu?' 

Bibir Edward tertarik membentuk senyum miring, "ada tawaran yang tidak bisa aku tolak. Kamu sudah selesai mengurusnya?" tanya Edward pada Javier, temannya yang menghubunginya itu. 

'Ya, orang suruhanku telah mengurusnya, pria itu dijaga ketat oleh rentenir karena ditakutkan kabur. Bahkan orang-orangku dilarang untuk bertemu, namun mereka lansung setuju saat orang suruhanku ingin melunasi seluruh hutang suami dari wanita yang kini terbaring lemah di rumah sakit!' 

Edward mengangguk, "Terimakasih karena menolongku Javier, aku akan membalas ini nanti" ujar Edward berterimakasih pada Javier. 

'Tidak masalah bagiku Ed, tapi sungguh tidak ada yang aneh dengan wanita itu Ed? Kamu bisa menukarnya dengan wanita cantik lainnya di tempatku jika kamu bosan dengannya, jangan sampai dia yang memanfaatkanmu Ed!' 

Edward terkekeh pelan, "semuanya Aman, aku pastikan dia tidak akan bisa memanfaatkanku Javier aku lah yang akan memanfaatkan tubuhnya," 

'Baiklah kalau begitu, aku pergi Ed, Ibumu terus memberiku pesan agar memastikan kamu datang ke pesta ulang tahunnya! Pergilah Ed!'  beritahu Javier yang kemudian mematikan sambungan teleponnya dengan Edward. 

Edward mendengus geli dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celana bahannya, ia membuka pintu apartemennya, nyaris saja ia terjatuh karena kehilangan keseimbangan, namun datang dari mana sosok Maura telah berdiri di dekatnya dan menahan lengannya. 

"Kamu baik-baik saja Tuan?" Edward menaikan pandangannya dan melihat sosok Maura yang mengenakan pakaian minim dan tipis namun tertutup oleh apron. 

"Kamu tidak pulang dua hari, dan aku juga selalu memasak karena tidak tau kapan kamu akan pulang, belum lagi, kamu tidak memberiku pesan apapun Tuan, namun untunglah aku baru saja selesai memasak makan malam," beritahu Maura dengan senyum tipisnya. 

"Pakainmu?" bisik Edward mengomentari pakaian yang Maura kenakan. 

Wajah Maura perlahan memerah, padahal berusaha keras ia bersiap diri jika Edward bertanya mengenai pakaiannya tersebut. 

"Aku belum percaya diri untuk melepas seluruh pakaian ini dan hanya menyisakan apron ini padamu Tuan!  Jadi aku masih menyesuaikan janjiku Tuan!" ujar Maura dengan kedua mata yang terpejam erat, wanita itu sungguh malu saat ini. 

Bibir Edward tertarik membentuk senyum miring. "Aku menyukainya!" desah Edward dan tangannya bermain di tali apron yang mengikat di pinggang Maura. 

"Tapi sayangnya, saat ini kita tidak bisa melakukannya, kamu pergi ke kamar dan berganti baju, berdandanlah, aku ingin mengajakmu pergi ke luar, dua jam lagi aku tunggu di sofa sana!" tunjuk Edward pada sofa di depan ruang tv, kemudian pria itu melepas pinggang Maura dan berjalan ke kamarnya setelah melepas sepatunya, meninggalkan Maura yang berdiri bingung akan ucapan Edward. 

Sungguhkah pria itu  akan mengajaknya pergi ke luar?

***

Maura bingung ingin mengenakan pakaian apa, banyak pakaian yang Edward belikan untuknya, namun ia tidak tau Edward akan membawanya kemana, ia hanya takut pakaian yang dipilihnya tidak sesuai dengan tempat yang akan mereka datangi. 

"Sebenarnya kemana dia akan membawaku pergi?" gumam Maura menatap pada pakaian yang menggantung di lemarinya. 

"Ah sudahlah, aku hanya perlu berpakaian yang rapih!" bisiknya mengambil asal gaun simple di lemarinya untuk ia kenakan. 

Sementara di luar kamar, sosok Edward sudah duduk bersandar di atas  sofa, pria itu terus saja memijat keningnya yang berdenyut. Ia ingin sekali beristirahat di kamar jika saja ia tak memiliki janji dengan Emily. 

Dia tak mau membuat wanita itu kecewa dan marah jika putra satu-satunya ini tidak hadir di pesta ulangtahunnya. 

Bahkan demi memastikan Edward hadir, Emily selalu memberinya pesan peringatan untuk bisa hadir, bahkan mengatakan ia memiliki kejutan besar untuknya di pesta  tersebut, yang sama sekali tak Edward minati. 

"Aku sudah siap," ujar suara Maura dari arah samping Edward. 

Edward memalingkan wajahnya ke sumber suara, dan menatap sosok Maura yang telah rapih dengan gaun simpel pemberiannya itu. Wajahnya yang biasa pucat kini dirias oleh make up tipisnya. 

Penampilan Maura sederhana, namun Edward  tak mau mengelak bahwa wanita itu kini terlihat sangat cantik. 

Edward mengembangkan senyumnya puas, "kita berangkat sekarang!" ujar Edward mencoba bangkit dari posisi duduknya, namun ia terhuyung karena kepalanya  yang mendadak berputar. 

"Kamu baik-baik saja? Sepertinya kesehatanmu sedang tidak baik, wajahmu pucat Tuan, sungguhkah kamu ingin keluar sekarang?" tanya Maura memapah Edward untuk kembali duduk di atas sofa. 

Tubuh pria itu panas, dan Edward segera menyandarkaan tubuhnya pada sandaran sofa, "aku baik-baik saja! Kita harus pergi sekarang!" Edward memaksakan dirinya untuk bangkit. 

Setidaknya Emily harus melihat kehadirannya meski hanya sebentar!

***

Syukurlah Edward bisa mengendarai mobilnya tanpa berbuat kesalahan, meski kepalanya tengah berdenyut sakit dan tubuhnya terasa begitu lemas, namun Edward akan menampilkan diri di depan Emily bahwa dia sedang baik-baik saja. 

Maura menatap penuh tatapan takjub pada bangunan besar di depannya, melihat rumah dengan bangunan besar nan indah ini mengingatkan dia saat Dery membawanya ke tempat pelacuran milik Javier. 

Maura ingin membuka bibir dan bertanya, namun kedua matanya menangkap tubuh seseorang yang mendekat ke arah mobil Edward. 

Pria itu, Maura mengenalnya. Perlahan wajah Maura terlihat pucat, pria yang mendekat itu adalah Javier, sangat tidak  mungkin Maura melupakan wajah itu. 

Dengan gerak cepat Maura memalingkan wajahnya pada Edward yang tengah menyandarkan keningnya pada setir kemudi di hadapannya, apakah mungkin Edward ingin membuangnya kembali ke Javier?! Pada pria itu yang memiliki rumah bordil yang begitu besar?

Atau mungkin rumah besar ini salah satu tempat Javier juga? 

Entah mengapa hati Maura kini terasa sesak. 

"Apa maksud kamu membawaku ke tempat ini? Apakah ini balasan kamu atas permohonanku? Aku memintamu melunasi hutang suamiku, dan kamu kembali menyerahkanku pada pria itu?" ujar Maura dengan suara bergetar menahan rasa pedih hatinya. 

Dengan enggan Edward mengangkat wajahnya dan kemudian ia terkejut melihat wajah Maura yang memerah menahan tangis, "apa maksud ucapanmu itu?" tanya Edward meminta kejelasan atas ucapan Maura yang tak ia mengerti. 

"Dia-" ucapan Maura tertahan saat ada ketukan dari jendela mobil di sebelah Edward, kening Edward berkerut dan ia tersenyum miring melihat sahabatnya lah yang menginterupsi pembicaraanya dengan Maura ini. 

Edward kemudian membuka jendela kacanya, menampilkan wajah Javier dengan senyum pongahnya itu, wajah Maura menunduk dalam, wanita itu tidak mau menatap wajah Javier yang terkekeh geli melihat tingkahnya. 

Edward kemudian baru mengerti akan ucapan Maura tadi, ia melirik bagaimana wanita itu mengcengkeram erat gaun di bagian bawahnya, membuat ia mendengus geli. 

"Aku pikir kamu tidak akan datang, Nyonya Emily terus memberondongiku dengan berbagai pertanyaan akan dirimu! Dia pikir aku ini kekasihmu yang selalu tau dimana kamu berada," kekeh Javier pada Edward. 

"Aku baru akan turun," balas Edward, kemudian menguatkan dirinya sebelum membuka sabuk pengaman yang masih mengikat tubuhnya. Namun saat ia menoleh ke Maura, keningnya justru berkerut lebar, kepala wanita itu tertunduk dalam, dan jika diliat seksama, tubuh Maura bergetar takut, dan jelas Edward tau apa yang mempengaruhi Maura. 

"Hai, kamu tidak ingin menyapaku?" kekeh Javier menyadari tingkah laku Maura. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status