Share

Part 8

“Good morning bby”

    “jangan lupa mandi, jangan lupa sarapan juga bby” Rose menyapa melalui pesan untuk pacarnya. Dering notifikasi pesan dari Rose juga membangunkan Dito. 

    “ayo bby jangan lupa. Hari ini kita mau jalan-jalan kan?, kamu semalam udah janji loh!” pesan dari Rose lagi.

    “oh iya!, hari ini ulang tahun Rose, sampe lupa!” gunggam Dito teringat hari ulang tahun Rose.

    “pagi chagi~”

    “aku siap-siap ini!” balas Dito, kemudian bergegas mandi dan bersiap diri menjemput sang kekasih.

Tiga puluh menit Rose menunggu Dito, Rose bangun lebih awal hari ini ia duduk di ruang tamu dengan tersenyum memegang tas pemberian almarhum ibunya, sambil mendengarkan musik.

Lima belas menit kemudian pangeran yang ditunggu putri Rose akhirnya datang dengan kendaraannya, suara mobil Dito terdengar dari balik pintu dan segera Rose membukanya lalu dimulai dari bawah Rose melihat tampilan Dito yang berbeda. Dito sangat tampan pada hari itu dan sangat cocok dengan nuansa gaun yang dipakai Rose. Begitu pula dengan Dito, dimulai dari atas Dito memperhatikan penampilan tuan putri yang paling cantik semakin cantik hari ini.

    “omo!, tuan putri cantik sekali!” seru Dito memuji pacarnya itu matanya berbinar seakan melihat bidadari dan tentu saja membuat Rose malu.

    “kamu cantik sekali!”

    “sumpah kamu lebih cantik hari ini dari pada biasanya!” lanjut Dito terus tak henti memuji sang kekasih.

    “ah, Dito ah udah malu akunya”

    “berlebihan yah?, kamu tunggu disini yah!. Aku ganti pakaian dulu” kata Rose yang tersanjung tapi malu dengan pujian Dito yang terlalu berlebihanmenurutnya.

    “eh, tuan putri mau kemana?, gaun ini sangat cocok sekali”

    “yaudah kita berangkat sekarang, ayo kita pamitan dulu sama CAMER. Calon mertua!” seru Dito yang tak menyadari kehadiran papa Rose yang sedari tadi memperhatikan mereka.

    “eh, CAMER!. E... mak-maksudnya calon mertua!”

    “Dito!”

    “iya..., galak amat. Pagi om!” Dito menyapa papa Rose.

    “Pagi CANTU!” mendengar sahutan papa Rose, Dito tersenyum seakan udah paham maksud papa Rose.

    “CANTU?, apa itu pa?” tanya Rose.

    “calaon menantu Rose!” sahut Dito menjawab.

    “ih papa, ih. Pa Rose berangkat yah!”

    “om pinjem tuan putrinya yah om!”

    “pinjem?, enak aja!”

    “iya om maaf, pamit yah om!” Dito menyalim calon mertuanya itu.

    “om percaya sama kamu yah Dit. Jangan pulang lewat dari jam lima sore!”

    “cepet amat om!”

    “hem!” mata papa Rose menyipit dan memasang tatapan sinis membuat Dito mengangguk. Kemudian Rose dan Dito pergi.

Diperjalanan dengan ragu-ragu malu Rose mengungkapkan ketampanan pacarnya, matanya berkeliaran, batuk basa-basi, lalu melirik Dito.

    “e... Dit!”

    “hem, kenapa?, aku ganteng banget hari ini?” seru Dito mengakui bahwa dirinya hari ini sangan tampan.

    “hem..., enggak aku mau minum!, aku haus!” balas Rose, memegang tenggorokannya seolah tenggorokannya kering.

    “o... kirain mau bilang aku ganteng!”

    “tapi, kenapa kamu ga pernah denger kamu bilang aku ganteng sih?!” tanya Dito dengan nada kesal tapi manja.

    “ehm..., karena kamu belum seganteng-“

    “oppa kamu!” jawab Dito.

    “hem, tuh tahu sendiri. Tapi hari ini kamu lebih ganteng dari oppa aku!” 

    “Ngik...!” suara mobil Dito mendecit.

    “loh, kok-“ Rose terkejut kaget.

    “kamu, ka-kamu serius bilang aku ganteng?!” tanya Dito menatap intens mata Rose. Bola matanya berbinar, bibirnya tersenyum lebar dan pipinya melesung. Namun, Rose hanya menatap polos, kaget dengan mobilnya yang berhenti.

    “mo-mobilnya itu kenapa?” tanya Rose mengedipkan matanya.

    “assah!, aku ganteng!, lebih ganteng dari oppa”

    “oppa?, o-oppa?, Min-Gyu?, Cha Eun Woo?. Wah!” teriak Dito, kemudian lanjut mengemudi sambil melihat Rose dan tersenyum lebar>

    “Dito! Perhatikan jalan!”

    “iya, kamu hari ini lebih ganteng dari mereka!” seru Rose lagi memuji Dito.

    “leb-lebih?, mereka?, wah!, kamu ga bohong kan?” tanya Dito.

    “emang aku keliatan bohong” jawab Rose. Lalu Dito menurunkan kaca mobilnya sambil berbicara dengan orang-orang yang lewat.

    “aku!, aku lebih ganteng dari Cha Eun Woo!”

    “wah!, gila parah sih!” lanjut teriak Dito.

    “Dit. Udah ih kamu lagi ngemudi, perhatikan jalan!” seru Rose.

    “Dito malu!”

    “kamu malu punya pacar lebih ganteng dari Min-Gyu?” tanya Dito.

    “kalo kamu bertingkah gini, ga jadi ganteng!” seru Rose yang langsung membuat Dito terdiam dan menuup kaca mobilnya juga kembali fokus mengemudi.

    “gini?, masih lebih ganteng kan?” tanya Dito lagi.

    “iya gini lebih ganteng!” jawab Rose, namun tingkah Dito kembali berulah.

    “woah!, lebih gan-“

    “jelek, sangat jelek!” sahut Rose yang kesal lihat tingkah pacarnya itu, dan kembali membuat Dito stay cool. Kemudian Rose tersenyum tipis, merasa lucu melihat pacarnya yang sangat bergairah senang saat mendengar bahwa dirinya lebih tampan dibanding idol Korea favorit Rose.

 Sepanjang perjalanan Dito mengoceh tentang dirinya lebih tampan dari idol Kpop itu membuat Rose tertidur hingga tak terasa sampai lah mereka ditujuan pertama mereka. Ya! Bioskop sudah tak asing lagi umtuk sebagian orang didunia ini berkencan mereka akan mengajak pasangannya menonton film, pastinya film Romantis. Namun tidak bagi pasangan satu ini Dito memilih menonton film horor dengan ekspetasi sekawaktu-waktu Rose takut Rose dapat menggenggam tanganya dan dapat melindungi Rose, seperti di film Romantis yang menonton film horor. Ternyata, oh ternyata kenyataannya Dito lah yang penakut, malah Rose tak sedetikpun mengedipkan mata menunjukkan ketakutan terhadap film horor itu. di dalam studio bioskop sepanjang film diputar Dito lah yang berteriak ketakutan dan lagi-lagi Rose malu.

    “Rose!, itu, itu disana pasti ada hantunya!” seru Dito bereaksi berlebihan, sambil memegang erat tangan Rose yang sedang duduk tenang menikmati filmnya.

    “ah!!!, ROSE!!!” teriak Dito kesekian kalinya saat jumpscare. Rose hanya bisa menggelengkan kepala tersenyum paksa melihat tingkah pacarnya itu.

    “maaf, yah!” seru Rose meminta maaf atas terganggunya penonton lain, karena ulah Dito. Akhrinya Rose memutuskan untuk membawa Dito keluar dan berhenti menonton film itu. Namun, tak berarti acara menonton filmnya gagal. Rose lanjut pergi ke kasir membeli tiket film Komedi.

    “tau gini aku ajak makan, bukan nonton lagi!” keluh Rise dalam hati melihat Dito yang ketawa terbahak-bahak dan suarany menjadi pusat perhatian penonton disana.

    “maaf yah!” seru Rose lagi-lagi meminta maaf terhadap penonton yang memperhatikan mereka. Namun, dibandingkan film horor tadi Rose sedikit tenang walaupun masih malu. 

Beberapa detik kemudian Rose merasa bosan, kemudian menoleh ke arah Dito yang fokus ke film dan tertawa terbahak-bahak. Kemudian, Rose juga ikut tertawa kecil melihat tingkah imut sang pacar lalu melihat ke arah tangannya yang digenggam oleh Dito.

“walaupun kenyataannya dunia ga mengakui kalo kamu lebih tampan dari oppa-oppaku, yang penting aku mengakuinya. Lihatlah betapa tampannya pacarku yang nyata ini. Apalah guna oppaku tampan tapi aku cuma halu, jangankan memiliki hatinya, menyapanya saja kalo bertemu dari mimpi aku sudah sangat-sangat bersyukur, dan aku rasa bakal jadi sejarah hidupku. Tapi aku beneran dengan perkataanku ini kamu lebih tampan dari siapapun hari ini, kalo esok aku ga tau. Yang penting hari ini kamu tampan”

“ah sudahlah,hari ini aku hanya fokus padamu. Sejujurnya dari tadi aku risau melihatmu ketakutan, namun sejak awal kamu kekasir dan anggar jago seolah kamu pemberani, aku mau melihat betapa tangguhnya pria yang mengaku calon suamiku ini. Ternyata mental kamu kaleng-kaleng kalo kata Mak Elle. Tapi aku ga ingin melihat kamu sedih setelah menonton film tadi, aku memilih melanjutkan menonton film komedi yang nyatanya tak beda jauh dari film horor tadi tapi seenggaknya kamu tertawa, terbahak-bahak sampai kamu menggenggam tangannku sangat kuat, dan aku suka itu.” gunggam Rose yang menatap senyum Dito.

Lima belas menit kemudian filmnya selesai dan terlalu banyak ketawa membuat Dito ingin ke kamar kecil.

    “e... bby, tunggu yah aku ke kamar kecil dulu kebelet banget ini!”

    “a... iya buruan!” jawab Rose tertawa lihat tingkah lucu pacarnya itu kesekian kalinya untuk hari ini. Tiga menitan sembari menunggu Dito, Rose memilih streaming MV terbaru dari idol favoritnya SEVENTEEN. Keasikkan fanchant Rose pun tak menyadari pria yang ia tunggu udah menunggu dia pula saat ini.

    “e-ekhm!” batuk basa-basi Dito.

    “eh, Dito!” seru Rose kaget dan buru-buru mematikan video idolnya itu.

    “katanya aku lebih ganteng hari ini, tapi kamu nontonin mereka juga hari ini, kamu bohong yah?” tanya Dito 

    “enggak, kamu emang lebih ganteng hari ini. Ta-tapikan dari pada kau liat orang-orang lain bisa menodai mataku bagus aku lihat mereka!” Jawab Rose beralasan.

    “iya tetap aja ga boleh!” balas Dito lagi menekankan hari ini hanya untuk dirinya. 

    “oke, hari ini hanya untuk chagi aku!” jawab Rose.

    “maaf” lanjutnya.

    “maaf untuk apa?, seharusnya aku yang minta maaf!” Dito memegang tangan Rose.

    “kamu pasti malukan?” tanya Dito.

    “engga terlalu sih” jawab Rose dengan menaikkan alisnya menggoda Dito.

    “maaf yah!” Dito meminta maaf dengan wajah imutnya iru.

    “oke, oke tapi kita makan dulu!, kamu pasti kehabisan tenaga setelah berteriak dan terbahak tadi.” Kata Rose menarik tangan kekasihnya itu menuju restoran tempat favorit mereka.

Dari awal makan hingga selesai Rose menyuai makanannya sambil tersenyum dan milirik Dito, kemudian tertawa kecil, yang membuat Rose menjadi pusat perhatian di restoran itu tanpa disadarinya. Melihat tinggah gadis itu Dito bukan merasa malu seperti Rose tadi dia juga ikut menatap Rose yang awalnya bingung menjadi terpaku senyum-senyum melihat tingkah lucu Rose. Lalu bergunggam.

    “ah... ini di rasain kamu dari tadi, lumayan malu sih!”

Kemudian tawa kecil Rose berhenti saat Dito dengan tatapannya itu mendekati wajahnya, mata Rose langsung membesar dan Rose berpikir Dito akan menciumnya. Rose telah mengancang-ancang bibirnya, memejamkan matanya. Ternyata Dito hanya ingin mengambil saus dari meja sebelah. Sepontan Rose membuka matanya melirik Dito malu.

    “aduh Rose gila, parah sih, sumpah kamu parah sih!” gunggam Rose.

    “iya parah sih kamu!” sambar Dito, seolah bisa mendengar isi hati Rose, dan sontak membuat Rose terkejut.

    “ih kamu, kok bisa?” tanya Rose bingung.

    “Feeling!” jawab Dito tersenyum. Walaupun telah di jawab Dito, Rose masih saja bingung dan tak melanjutkan makannya hingga Dito menyuapinya.

    “ayo cepat habiskan kita mau ke suatu tempat!” seru Dito membuat Rose segera menghabiskan makanannya. 

Tempat yang dimaksud adalah pantai, namun pantai kali ini telah dihiasi dengan bunga warna-warni terlihat indah. Saat memasuki pantai Rose disambut dengan tulisan “Selamat Ulang Tahun Cantik!” banyak bunga, tak lupa pula dengan bunga ditatarapi seolah red karpet. Berjalan sedikit terlihat Dito telah menyiapkan sesuatu untuk Rose. Dito telah menyiapkan kain untuk mereka lesehan dan terdapat kotak yang sangat besar. Tak perlu berama-lama Dito menuntun Rose bak seorang putri.

Dibukalah kotak besar itu. “kejutan!” seru papa Rose yang berada di kotak besar itu sambil memegang kue bolu yang cantik.

    “papa!” seru Rose juga kaget terharu, papanya juga mempersiapkan hari yang indah di hari ulang tahunnya. Kemudian Rose memluk papanya sambil menangis haru.

    “selamat ulang tahun sayang!, semoga kamu selalu bahagia, sehat sellau dan cita-cita kamu terwujud yah nak!”

    “amin!” sahut Rose dan Dito mengaminkan doa sang papa. Kemudian mereka duduk makan bolu yang dibawakan papa Rose dan berbincang-bincang.

    “kamu Dito mau lanjut kemana tamat sekolah?” tanya papa Rose. Mendengar pertanyaan itu Dito sontak menghentikan makannya dan menatap Rose yang sedang menatapnya juga.

    “e, papa Dito mau  Dito ke jerman CAMER, eh om!” jawab Dito.

    “jerman?, kamu ga pernah cerita?” sahut Rose.

    “iya, papa juga baru-baru ini kabari aku!” jawab Dito lagi.

    “terus kamu mau kuliah disana?” tanya papa Rose lagi.

    “iya om, Dito juga ga bisa bilang enggak om!” jawab Dito lagi. Melihat ekspresi Rose rasanya ia telah paham tentang alasan Dito tidak menolak walupunia tak mau.

    “aku dukung kamu banget kalo kamu kuliah disana!” seru Rose.

    “CAMER juga!” sahut papa Rose juga ikutan dan mereka lanjut berbincang kemudian tertawa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status