Share

Part 6

“Rose!” teriak Lucy dari lorong kelas. Mendengar teriakkan si Lucy Rose membalikkan badannya dan bertabrakan dengan seorang yang tinggi badannya, merah bibirnya, putih kulitnya, mancung hidungnya ditambah saat tersenyum giginya bertaring.

“aw!” 

“maaf, maaf kak!” kata pria itu yang kemudian bertatapan dengan Rose sambil tersenyum dengan senyum pepsodent. Melihatnya tersenyum ekspresi Rose berubah.

“apa ini?, aku tau aku cantik tapi tak seharusnya juga dia sok terlihat tampan di depanku!” gunggamnya dalam hati.

“iya tak apa!” sahut Rose, dan meninggalkan anak laki-laki itu. namun, laki-laki itu masih melihat Rose.

“kenapa ekspresinya seperti itu?, apa ada sesuatu di wajahku?” gunggam anak laki-laki itu.

“ah sudahlah, mungkin ia bingung kenapa aku setampan ini “ lanjutnya.

*****

Saat Rose sedang mendengarkan musik di dalam kelasnya Dito diam-diam menghampirinya dan mengambil sebelah earphonenya. Sontak kaget Rose dengan kehadiran Dito dan mereka berdua bertatapan. Melihat adegan mereka yang terbilang romantis membuat seisi ruangan itu geli.

“aigo..! Dito, kamu itu ga cocok seperti itu, ga usah sok seperti aktor Korea deh!” oceh Lucy.

“omo!, omo!, omo! Cowo seganteng aku ga cocok kamu bilang?” jawab Dito sinis.

“omo!, kamu bisa bahasa korea juga?” tanya Lucy kaget mendengar jawaban dari Dito.

“dang-yeonhi hal su-issda! (jelas bisa!)” jawab Dito lagi dengan nada songong, lalu tersenyum ke arah Rose.

“aju joh-a! (bagus sekali!)” seru Rose ikutan memberi jempolnya, dan membalas senyum Dito. Tak lama kemudian bel berbunyi pertanda Dito harus kembali kekelasnya.

“hmmm!, padahl aku masih bogoshipo!” keluh Dito dengan nada manja.

“aigo!, omo!, ya!... kkeojyeo! (keluar!)” sambar Lucy yang geli melihat mereka.

“diem ga?!” jawab Dito dan pergi kekalasnya.

Hari-hari seperti hari biasanya kecuali hari minggu. Begitu dengan hari ini jarum panjang menunjuk ke angaka satu dan sejam lagi bel pulang sekolah baru berbunyi, namun rasanya seperti satu abad di karenakan pelajaran matematika. 

“anjir!” seru Dito berteriak kaget dan membuat seisi kelas memperhatikannya.

“kenapa Dito?” tanya Pak Robert dengan tatapan sinis dan tongkat panjang di tangan kananya. Melihat pak Robert Dito menelan ludah badannya gemeteran, dan menjawabnya pun tergagap-gagap. Ternyata Dito membawa Pr matetmatikanya dan harus dikumpul saat itu juga.

“e-enggak apa-a.apa pak” jawabnya tersenyum.

“tugas kamu mana Dito?” tanya pak Robert lagi dengan matanya yang seram itu ibarat ingin menelan manusia. Dito yang ditanya pun kebingungan menjawabnya, tubuhnya keringat dingin, wajahnya berubah pucat seperti orang sakit. Dito tak tahu harus menjawab apa dan diapun berpikir denagan menatap mata pak Robert.

“eh, saya nanya mana tugas kamu?, kamu malah menatap saya!” sentak pak Rober memukul meja dengan kayu andalnnya itu. melihat mejanya yang dipukul Dito membayangkan jika itu badannya.

“pasti sakit itu!’ gunggamnya dan menelan ludahnya.

“p-pak, sa-saya sakit pe-perut pak saya permisi pak!” jawabnya dan pergi keluar kelas  

“wah parah, serasa keluar dari neraka!, jadi sakit perut beneran” gunggam Dito dan pergi menuju kamar mandi. Selesai dari kamar kecil Dito singgah ke kantin dengan santai ia berjalan dan membeli beberapa makanan dan minuman, dan masih sempatnya Dito duduk menikmati makanannya itu tanpa Dito sadari sedari tadi Pak Robert juga duduk dikantin dan memperhatikannya yang sedang santai menikmati makanannya itu.

Saat menyeruput teh manis dinginnya dengan sedotan entah mengapa mata Dito berkeliaran dan bertememu dengan mata  Pak Robert, lalu bertatapanlah mereka untuk beberapa saat kemudian dengan santai Pak Robert tersenyum dan menyodorkan makananya seperti mempersilahkannya untuk melanjutkan makan. Dito yang melihat Pak Robet tersenyum langsung tersedak kemudian tanpa sengaja ia mengucap.

“keluar dari neraka masuk lobang buaya!” serunya sambil menelan ludah lagi.

“apa kamu bilang Dito?!” tanya pak Rober dan mengeluarkan tongkatnya.

Dito yang melihat tongkat pak Robert langsung gemeteran, dan lari pergi dari kantin.

“ga pak!” jawab Dito kemudian Lari. Dito lari sekencang mungkin dan bertabrakan dengan Felly.

BRAK!!!

“eh sorry-sorry, aduh maaf yah!” seru Dito meminta maaf.

Felly yang kesakitan pun masih sempat mengomel sebelum ia melihat wajah orang yang menabraknya.

“eh Dito ternyata!” sontak Felly kaget saat mengangkat kepalanya melihat Dito, dan berubah menambah kecentilannya. Dito pun merubah ekspresinya yang tadi merasa bersalah menjadi datar.

“kenapa lagi manusia satu ini?” gungamnya dalam hati. Melihat tingkah aneh Felly dengan terburu-buru Dito pergi hingga tak menyadari Pak Robert berjalan menghampirinya.

“kak sakit yah kak?, aku bantu ke uks yah!” seru Dito berakting di depan Pak Robert seolah khawatir dengan Felly. Melihat tingkah Dito Felly pun melanjutkan kecentilannya dengan berpura-pura kesakitan hingga pingsan di bahu Dito.

“eh, eh, eh, Dito cepat bawa ke uks!’ perintah pak Robert.

“i-iya pak!” sahut Dito menggendong Felly. Ketika pak Robert kembali ke kelasnya Dito pun kembali ke mode normal dengan spontan ia menjantuhkan Felly.

“aw!!!, Dito kamu kasar banget, ali-alih berterima kasih kamu malah jatuhin aku, kalo sakit beneran gimana?!” 

“iya maaf kak, ehm makasih yah kak tadi aktingnya kakak keren !” jawab Dito memberikan jempolnya ke arah Felly dan tersenyum.

Melihat Dito tersenyum Felly juga ikut membalasnya dengan senyum juga. Namun, tanpa mereka ketahui Lucy memperhatikan mereka dari tadi. Tak sengaja sepulang dari kamar kecil juga melewati jalan yang sama dan tepat di belakang pak Robert sebelumnya namun, ketika melihat Felly dan Dito Lucy mengentikan langkahnya untuk kembali ke kelas dan memperhatikan mereka. Lucy penasaran modus apa lagi yang akan di lakukan Felly terhadap Dito.

*****

Part 7

Lima hari kedepan adalah hari terakhir bagi Felly menginjakkan kaki dengan status pelajar di sekolah itu, namun ia belum juga mengungkapkan perasaannya terhadap Dito. Banyak cara sudah ia lakukan mulai dari memberi hadiah ulang tahun, hadiah kemenangan pertandingan basket, hingga waktu Dito masuk sepuluh besar dikelasnya namun, tanpa diketahui Dito hadiah itu dari Felly dan malah Dito mengira hadiah itu dari Rose. Pada saat Dito mendekati Rose, disitulah awal perasaan Felly tumbuh terhadap Dito yang berawal dari ketidaksengajaan Dito membantu Felly mengambilakan buku yang ada di rak perpustakaan.

Sejak saat itu Felly mengetahui Dito sering ke perpustakaan dan mereka juga bisa dibilang sering berbincang, dan secara kebetulan mereka suka baca buku yang sama. Kedekatan mereka membuat Felly salah tingkah dan salah paham. Felly mengira Dito sering ke perpustakaan untuk menemuinya, dikarenakan Dito memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan, Dito sering keperpustakan di karenakan Rose juga sering ke perpustakaan. Hal itu diketahui Felly saat Dito memberi tahunya dia ingin menyatakan perasaannya pada seseorang yang telah lama yang selalu menyemangatinya, pada saat mendengar pernyataan itu Felly awalnya tersipu malu, Felly mengira gadis itu adalah dirinya.

“emang siapa gadis itu?” tanya Fellly penasaran.

“hem..., dia?” sahut Dito dan menutup buku yang sedang dibacanya lalu menatap dan tersenyum ke arah Felly yang ternyata secara kebetulan Rose sedang duduk berdampingan dengan mereka berdua.

Melihat Dito menghadap kearahnya dan tersenyum, Felly tertegun matanya membesar dan tak mengira bahwa pria yang selalu muncul di mimpinya itu juga punya perasaan yang sama terhadapnya. saat itu Felly juga ingin mengungkapkan rasa sukanya pada Dito.

“hem?, aku?” Felly tersenyum 

“sebenarnya aku juga ada ra-“ Felly tertegun kaget dan matanya membesar matanya berhenti menatap mata Dito.

“gadis yang tepat dibelakang kakak!” seru Dito memotong perkataan Felly dengan tersenyum kagum melihat Rose yang sedang baca buku. Mendengar pernyataan dari Dito, Felly langsung menurunkan pandangannya dan memutar badannya melihat kearah Rose. Dengan secara tiba-tiba air matanya mengalir, cintanya bertepuk sebelah tangan.

“eh?, tadi kakak ngomong apa?” tanya Dito dengan perkataan yang dipotong olehnya.

“oh...em ini di buku ini ada kucing ras gitu!” jawab Felly dan menyeka air matanya.

“kakak?, kenapa nangis?” tanya Dito lagi yang melihat matanya mengeluarkan air mata.

“oh?, engga!, aku ke kamar kecil yah!” jawab Felly yang menangis tersedu dihari itu untuk pertama kalinya ia memiliki perasaan dengan seseorang namun bertepuk sebelah tangan. Laki-laki yang selalu muncul dimipinya, laki-laki yang tak henti membuatnya tersipu itu ternyata menyukai wanita lain. Semenjak saat itu Felly sempat tidak masuk sekolah selama semingu dan tak pernah lagi datang ke perpustakaan.

“seharusnya hatiku yang berharga ini tak mudah ku berikan, seharusnya orang yang mendapatkan hati yang tulus adalah orang yang penuh perjuangan juga. Namun aku juga tetap bodoh bisa memiliki perasaan terhadap orang yang entah kemana tujuan perasaannya berlabuh”

“terkadang aku bingung sama diriku sendiri, haruskah aku tetap mengungkapkannya?, akankah dia menjadi milikku setelah dia tau aku telah menyukainya sejak lama?, dan apakah aku mencurinya dari Rose, bukankah aku yang terlebih dulu menaruh hati?. Terkadang dunia ini seperti mempermainkanku, jika ujungnya dia bukan untukkku kenapa tempatkan dia di sekitarku?, kenapa harus dia yang selalu muncul dipikiranku?, dan mengapa aku bisa sebodoh ini?”

-Felly.

Mengingat kenangan lalu Felly berinisiatif untuk tetap menyatakn perasaannya sebelum ia pergi dari sekolah itu. walaupun ia tau mustahil untuknya perasaan sukanya selama dua tahun itu akan terbalas terlebih lagi Dito telah memiliki hubungan yang terbilang harmonis.

Dari rumah Felly telah menyiapkan bekal makan siang untuknya dan Dito, dan hari ini ia berencana menyatakannnya. Untuk bekal yang ia persiapkan juga sangat hati-hati dan sudah pasti dari hati.

Waktu istirahatpun tiba, Felly bergegas dengan bekalnya menuju ke kelas Dito dan syukur hari ini Dito tak ke kantin. Saat Dito keluar dari kelas Dito menyadari keberadaan Felly sedari tadi berdiri dan entah menunggu siapa yang ternyata menunggu dirinya.

“e...Dito!” seru Felly. Dito pun menoleh ke arahnya dengan wajah datar. Setelah kejadian itu sikap Dito terhadap Felly menjadi dingin. Felly menduga sikap dinginnya Dito dikarenkan rasa bencinya Rose terhadapnya.

“em... boleh kita makan siang bareng?”lanjut Felly sambil menunjukkan bekal yang telah dibawanya. Melihat bekal itu Dito juga melihat raut wajah Felly yang ali ini tidak bertingkah centil didepannya, dan menyetujui ajakan makan siang Felly.

Melihat anggukan dari Dito Felly sepontan tersenyum, dan Dito juga ikut tersenyum melihat teman lamanya itu. dan mereka makan di dalam kelas Dito. 

Saat asik bercengkrama setelah sekian lama Dito dan Felly tak berkomunikasi tak sengaja pula Lucy lewat depan kelas Dito dan melihat mereka sedang makan kemudian disusul oleh Rose. Saat Rose hendak masuk kedalam kelas Dito, Lucy yang mengetahui itu pun berusaha mengalihkan perhatian Rose dengan mengajaknya ke kantin. Namun, Rose yang telah membawa bekal juga berniat memberikan bekal itu setealh itu menemani Lucy ke kantin.

“Rose mau kemana?” tanya Lucy 

“masuklah!, aku mau ngasih ini ke Dito!” 

“ah... tapi temenin aku dulu yah ke kantin, itu gorengan dikantin hari ini ada tahu isi!” lanjut Lucy memutar balikkan badan Rose.

“apa sih Lucy, aku kasih dulu ke Dito setelah itu aku temenin kamu sepuas kamu!” jawab Rose dengan nada kesal dan penasaran.

“eng-enggak gitu Rose, aku takut tahu isinya kehabisan!” sahut Lucy lagi.

“iya nanti kalo tahu isinya habis aku traktir bakso deh, hari ini aku pingin bakso!’ jawab Rose tersenyum dan berjalan masuk ke dalam kelas Dito.

Melihat Rose yang datang dengan bekalnya itu Dito sepontan menutup bakal nasi dari Felly, sementara Felly yang tadinya tersenyum juga ikut kaget dan tergesa menyusun bekalnya. Namun, Dito dan Felly terlamabat menyadari kehadiran Rose yang di susul Lucy. Rose sudah berdiri beberapa waktu dan tatapan mata Rose yang biasanya terlihat ramah berubah menjadi tajam dan sinis penuh amarah, wajahnya yang biasa menyambut Dito tersenyum kini Dito disambut dengan wajah yang datar.

“owh... ini yang kamu lindungi Lucy?” tanya Rose menoleh ke arah Lucy yang tepat berada disampingnya itu.

“eng-enggak Rose aku-“

“makasih banyak yah!” ketus Rose lagi memotong pembicaraa Lucy. Dan kembali arah tatapan matanay Rose menuju Felly dan Dito.

“dasar pencuri!” gunggam Rose, dan memeberikan bekalnya kepada Farel teman sebangku Dito.

“makasih Rose” seru farel menerima bekal itu.

“sama-sama” jawab Rose lagi dan pergi keluar dengan rasa emosinya yang berapi-api.

Dito pun dengan sigap menahan Rose dan memberikan penjelasan agar Rose tak salah paham kepadanya. Tapi amarah Rose tak dapat dipadamkan dengan penjelasan Dito sulit rasanya bagi Rose, Rose harus meredakan amarahnya terlebih dahulu. Rose pun tak mengacuhkan Dito yang berusaha menahannya genggaman tangan Dito yang erat di lepas oleh Rose lalu pergi. Namun, Dito tetap tak berhenti ia menutup pintu kelas agar Rose tak dapat keluar dari kelas itu.

“Rose, dengeri dulu!, kak Felly cuma nawari makanan!” seru Dito 

“iya, menawari makanan plus makan berdua!” sahut Rose dan tersenyum 

“pantes aja, tadi pagi aku tawari bekal ditolak!” lanjut Rose dan tersenyum lagi.

“menyingkir kamu dari situ, aku mau keluar!” seru Rose 

“Ros, Rose dengar dulu padamkan amarah kamu, ayo kita bicara baik baik!” seru Dito memohon dengan nada lembut.

“baik-baik?, disini amarahku semakin membara! Aku engap, sesak!, nanti kita bicara!” jawab Rose masih dengan tatapan tajamnya namun matanya mulai merah dan berkaca.

Dito pun menyingkir dari pintu dan membiarkan Rose pergi.

“Dito, kamu...” seru Lucy lalu menatap ke arah Felly kemudian menghela napas 

“ah sudahlah!” lanjut Lucy dan menyusul Rose. Tak berapa lama Rose pergi Felly mendekat ke arah Dito,

“maaf, maafkan aku, seharusnya aku ga perlu seperti ini untuk bicara soal itu!” 

“engga kak, enggak apa-apa. Sebaiknya kakak kembali ke kelas sebentar lagi masuk !” jawab Dito.  

Felly pun kembali ke kelasnya. Disepanjang jalan rasa resah mengikutinya.

“seharusnya tak seperti tu cara pengungkapan yang baik, telebih dia punya orang lain!. Dasar Felly bodoh, bukan beralih ke aku malahan ia merasa menyesal menerima ajakan makanku.”

“rasanya benar jika aku mulai mencurinya, walaupun aku terlebih dahulu yang memiliki perasaan. Toh ujungnya dia juga milik Rose dan memilih Rose!”

“engga!, seengakanya kau telah mengungkapkan Fell, kerja bagus! Hampir setahun bukan kau memendam rasa padanya. tolak gak ditolak itu urusan belakang, bisa jadi ini salah satu cara agar kau bisa lupa padanya!, tapi kalo engga?,hem...”

Disisi lain Lucy hanya diam tak seperti biasanya ia mengoceh, setelah kejadian tadi ia sepanjang pelajaran hanya diam hingga waktu pulang pun Lucy hanya diam.

“apa aku salah?, aku hanya melindunginya?, bukan Dito ataupun Felly melainkan kamu Rose, aku ga mau liat kamu sedih gitu. Biar aku saja maksudnya yang menghajar Dito buka kamu!” gunggam Lucy dalam hati.

“kenapa dari tadi kamu diam?, mulut mu di jahitkah?” tanya Rose yang sedari tadi menatap sahabatnya murung sepanjang pelajaran.

“ha?” sahut Lucy langsung menatap Rose dengan bingung.

“kamu ga marah?” tanya Lucy dengan tatapan bersalahnya.

“hem... kalo aku marah ga mungkin aku ngajak bicara kamu” jawab Rose.

“lagian aku tau kok kamu ga bermaksud seperti itu. malah aku yang harus minta maaf karena terlalu emosi!”

“maaf yah chinggu!” lanjut Rose dan tersenyum.

“aniya~, seharusnya aku yang minta maaf!” balas Lucy juga tersenyum sambil berjalan keluar bersama Rose. 

Dito yang sedari tadi menunggu Rose di depan pintu ternyata juga diperhatikan dari jauh oleh Felly. 

“sungguh beruntungnya Rose memiliki Dito. Kenapa harus Dito sih dari sekian banyak cowo di sekolahan ini?, kenapa juga hatiku mudah jatuh cinta” gunggam Felly yang sedang memperhatikan Dito dari jauh.

“Rose!” sapa Dito tersenyum dan mengulurkan tangannya. Sepontan Rose kaget dan hanya menatap datar mata Dito sambil menghela napas yang pajang. Rasanya untuk hari itu Rose tak ingin bertemu Dito, namun Rose juga berpikir dia juga harus mendengarkan penjelasan Dito, karena Rose percaya Dito bukan laki-laki yang berengsek.

Lucy yang melihat mereka hanya tersenyum menatap Rose seolah menyarankan untuk pulang bersama Dito, dan berbicara dengan Dito. Melihat kode dari Lucy sebenarnya Rose enggan namun, dia tetap harus dewasa dia ga boleh mengedapankan emosinya yang bakal merusak hubungannya dengan Dito.

“ayo kita pulang, tapi ga ada pegangan tangan!” ketus Rose yang jalan lebih dulu di banding Dito yang hanya mengikutinya dari belakang. Perlahan langkah Rose melambat seakan menunggu Dito, Dito menyadari hal itu Dito pun melangkah dengan cepat untuk berdampingan dengan Rose.

Rose yang menyadari itu tersenyum tipis dan hanya melihat langkahnya namun secara tiba-tiba tangan Rose diraih dan di genggam oleh Dito. Sepontan Rose terkejut dan berhenti lalu melihat genggaman  Dito kemudian matanya.

“oh!, maaf Rose tangan aku ke cari-an tangan kamu, jadi dia nyamber aja!’ seru Dito langsung melepaskan genggamannya itu. kemudian Rose melanjutkan langkahnya lagi. Sesampai di parkiran Rose terlihat bingung seperti mencari sesuatu.

“hari ini aku ga bawa motor!” kata Dito

“aku mau pulang bareng kamu sambil jalan kaki biar kayak di Drama korea yang kamu tonton!” lanjutnya. Mendengar hal itu membuat Rose tersenyum dan memutar balikkan badannya menghadap Dito, kemudian mendekati Dito sambil menggenggam tangan Dito yang besar itu.

Dito tertegun kaget melihat tingkah pacarnya yang lagi marah itu, Dito tertawa tipis dan juga menggenggam tangan Rose yang mungil itu.

“chagiya~, kita makan apa hari ini?” tanya Dito yang tiba-tiba bertingkah seperti anak-anak. namun, Rose masih dengan amarahnya.

“stop!” ketus Rose. Mendengar itu Dito menghentikan langkahnya dan membuat Rose juga menghetikan langkahnya kebingungan.

“maksud aku bukan berhenti jalan, tapi kamu berhenti bertingkah gitu! Malu!” lanjut Rose melihat sekeliling dengan wajahnya yang masih marah. Dito pun melanjutakn langkahnya sambil tersenyum.

“ah, dia malu toh!” gunggam Dito dalam hati.

“itu juga stop!” ketus Rose lagi melihat Dito.

“apanya yang berhenti?” tanya Dito kebingungan.

“tersenyum, ka-kamu kelihatan ganteng. Kamu dari tadi dilirik cewe-cewe disana!” lanjut Rose dan menunjukkan arah cewe-cewe itu.

“oke chagi~” sahut Dito yang merubah wajahnya menjadi datar. Setelah hampir tiga puluh menit mereka berjalan Dito merasa lapar dan mereka singgah di warung bakso.

“chagiya~!, kamu mau makan baksokan?” tanya Dito.

“kamu tau dari-, ah Lucy!. Tereserah apa aja deh” sahut Rose. 

“Rose soal tadi-“ 

“sudahlah, sepertinya itu ga perlu kita bahas lagi. Kalo dipikir-pikir aku juga udah terlalu membatasi kamu” kata Rose yang kini amarahnya mulai mereda.

“kamu juga butuh bertemankan maupun itu laki-laki atau perempuan selagi kamu bisa jaga mulai sekarang aku ga masalah. Aku percaya sama kamu!” lanjut Rose kali ini dengan tersenyum walupun Rose tersenyum karena baksonya datang.

Mendengar perkataan Rose membuat Dito kagum dengan Rose dan tak henti menatapnya dan mengacuhkan bakso miliknya. Sedangkan Rose yang kini bakso miliknya tinggal kuah kini mulai risih dengan sikap pacarnya yang memperhatikannya dari tadi.

“kamu ga makan?” tanya Rose melirik bakso milik Dito.

“ah, iya makan kok ini mau dimakan!” sahut Dito mulai menyuapkan bakso kedalam mulutnya.

“batapa indahnya tamanku yang kini telah berseri lagi.” Gunggam Dito tersenyum sambil mengunyah dan melihat Rose juga mulai tersenyum. 

Saat tiba dirumah Dito teringat oleh Felly.

“Dito sebenarnya ada yang mau aku bicarakan!” seru Felly

“apa itu kak?” tanya Dito sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. 

“sebenanya aku su-suka sama kamu!”

“ha?” sahut Dito lalu tersedak 

“e..., sorry”

“sejak kapan?” tanya Dito lagi. Kemudian Felly menceritakan awal ia jatuh hati pada Dito.

“hingga saat ini aku juga ga tau kenapa aku masih suka sama kamu. Iya! Aku tau kamu udah punya Rose. Aku juga udah paksakan untuk ga suka sama kamu tapi perhatianku selalu ke kamu!” keluh Felly menjawab pertanyaan Dito.

“jadi aku kira aku harus ungkapin ke kamu, mungkin dengan cara ini aku sakit hati kemudian aku bisa melupakanmu sebelum aku lulus dari sini!” lanjut Felly

“kerja bagus kak!” seru Dito yang membuat Felly kaget saat mendengarnya.

“iya... terkadang kita harus mengungkapkan untuk melupakan, kadang kita harus jatuh agar lebih hati-hati kan?” 

“jadi kedepannya jangan mudah jatuh hati, aku harap ini juga bisa jadi pelajaran buat aku yang mungkin terlalu ramah ke banyak orang” 

“gomawo!” seru Dito dan melanjutkan makannya. 

“apa ini penolakan secara ga langsung?, haduh Felly jelas ini penolakkan!” gunggam Felly dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status