Ketika Roman merasa serbasalah, tanah tiba-tiba bergetar. Saat berikutnya, terdengar suara yang cukup keras."Apa yang terjadi? Apa ini gempa bumi?" Orang-orang bertatapan dengan heran. Roman menoleh untuk melihat, lalu mendapati banyak sekali pasukan di ujung sana.Pasukan ini bukan pasukan biasa, melainkan 8 pasukan elite yang bersatu. Guncangan di tanah pun disebabkan oleh mereka."Cepat lihat! Apa itu?""Astaga! Formasi yang mengerikan! Seluruh gunung seperti akan runtuh dibuat mereka!""Lihat bendera mereka. Sepertinya mereka pasukan yang dikirim sebagai bala bantuan.""Apa? Bala bantuan sudah tiba? Syukurlah!"Semua orang melihat, lalu merasa sangat senang. Gerald terlalu kuat untuk dilawan. Mereka butuh pasukan untuk menjatuhkannya. Mereka hanya bisa menyerang secara ramai-ramai atau meminta bantuan ahli bela diri top untuk membantu.Kini, pasukan yang datang ini setidaknya berjumlah ratusan ribu orang. Mereka pasti bisa menang dengan mudah."Hahaha! Itu Delapan Amangkurat! Pasu
Mereka akhirnya mengerti mengapa tidak ada pesilat yang berani melawan pihak pemerintahan, padahal ada begitu banyak pesilat hebat di dunia ini? Ternyata, semua ini karena mereka memiliki kesenjangan yang besar.Kalau diserang oleh ratusan ribu prajurit, seseorang tetap akan kewalahan meskipun memiliki bakat luar biasa. Tidak peduli dari sekte mana, mereka hanya akan binasa jika menghadapi ratusan ribu prajurit itu."Kepung tempat ini!" Begitu perintah ini diturunkan, ratusan ribu prajurit segera mengepung Luther dan lainnya. Masing-masing memegang senjata dengan tatapan tajam yang dipenuhi niat membunuh."Aku Dewa Perang Roman, di mana Delapan Amangkurat?" Roman maju dan mulai memperlihatkan keangkuhannya.Sebagai Dewa Perang, posisi Roman jelas lebih tinggi daripada Delapan Amangkurat. Mereka harus tunduk dan memberi hormat kepadanya.Namun, tidak ada yang menjawab pertanyaan Roman. Semua prajurit berdiri tegak, seolah-olah tidak mendengar pertanyaan Roman."Apa yang terjadi? Di mana
"Apa katamu?" Ekspresi Luther berubah. Dia bertanya dengan murung, "Walter jauh di Atlandia. Pasukannya sangat banyak, bahkan ada banyak ahli bela diri yang melindunginya. Gimana kalian bisa melawannya?"Meskipun Paviliun Lingga hebat, kediaman Raja Atlandia juga tidak lemah. Jika tidak, mana mungkin Paviliun Lingga diam sejak dulu? Mereka jelas-jelas takut pada kekuasaan Raja Atlandia.Dengan kata lain, selama Walter masih hidup, kediaman Raja Atlandia tidak akan jatuh dan Paviliun Lingga juga tidak akan berani mengambil tindakan. Namun, dari ucapan Anderson, sepertinya situasi sudah berubah."Pangeran, sekarang berbeda dengan dulu." Anderson tetap tersenyum. "Paviliun Lingga menyusun rencana selama 10 tahun demi menyingkirkan Raja Atlandia. Menurut perhitungan waktu, hari itu seharusnya akan segera tiba.""Apa yang ingin kalian lakukan?" bentak Luther."Kamu nggak perlu cemas. Yang jelas, kamu nggak bakal selamat hari ini," sahut Anderson dengan ekspresi yang tetap terlihat tenang."
Ketika pendekar pedang berpakaian putih itu menuju ke tujuannya, sebilah pedang putih sontak memelesat dari tanah dan menghalangi jalannya, seolah-olah sedang menyatakan perang."Siapa yang berani menghalangi jalanku?" tanya pendekar pedang itu dengan dingin."Aku sudah lama mendengar tentang kehebatanmu. Aku datang untuk meminta ajaranmu." Tampak seorang pemuda tampan yang bertelanjang dada terbang ke udara dan berdiri di depan pedang putih itu."Siapa kamu?" tanya Azka sambil mengamati dari atas hingga bawah."Aku Hasta dari Sekte Pedang. Aku datang jauh-jauh hanya untuk berduel denganmu," timpal Hasta sambil menangkupkan tangan tanpa merendahkan diri sedikit pun."Hasta dari Sekte Pedang?" Azka memicingkan matanya sedikit, merasa cukup terkejut. "Aku pernah mendengar ada genius di Sekte Pedang. Ternyata, rumor itu benar. Kamu masih begitu muda, tapi sudah mencapai tingkat grandmaster? Sepertinya, Gerald kalah darimu.""Pujianmu berlebihan." Ekspresi Hasta tampak datar seperti sebelu
Di sisi lain, puluhan kilometer dari Gunung Talaka, Yogi dan pasukannya tampak terburu-buru. Karena kejadian ini terlalu mendadak, pasukan yang dibawanya tidak terlalu banyak, totalnya hanya 500 orang.Namun, semuanya adalah pengawal pribadi Yogi yang memiliki kekuatan tempur luar biasa, juga terdapat ahli bela diri yang lumayan banyak. Bisa dibilang, pasukan ini tidak kalah jika dibandingkan dengan ratusan ribu pasukan biasa."Cepat sedikit! Kita harus segera tiba di Biara Isikala!" desak Yogi yang berada di mobil. Ekspresinya dipenuhi kepanikan.Sikap Yogi yang seperti ini membuat kedua petugas wanita di dalam mobil agak terkejut. Asal tahu, Yogi adalah orang yang terkenal akan ketenangannya. Tidak peduli terjadi masalah apa, dia tidak pernah terlihat panik. Apa yang terjadi hari ini? Kenapa Yogi sepanik ini?"Gimana dengan Hani? Ada kabar apa?" tanya Yogi tiba-tiba."Nona Hani mendadak ditugaskan oleh tetua, jadi nggak bisa dihubungi. Kami sudah meninggalkan pesan. Dia pasti akan se
Lima ratus prajurit elite itu langsung melompat turun dari mobil dan menyerbu ke depan. Saat ini, gerbong truk dibuka dari samping dan terlihat sekelompok orang turun. Semuanya bertopeng dan berpakaian hitam, juga memegang senjata. Dari aura yang dipancarkan, jelas semuanya adalah ahli bela diri."Maju!" Pria bertopeng di atas truk memberi instruksi. Saat berikutnya, sekelompok orang itu maju tanpa ragu sedikit pun.Dengan demikian, pertarungan sengit dimulai. Pasukan Yogi lebih banyak dan terlatih sehingga memperlihatkan kekuatan yang luar biasa. Kekuatan tempur pihak lawan juga tidak kalah. Mereka bukan hanya kompak, tetapi juga kejam. Kekuatan kedua belah pihak hampir setara."Dewan militer?" Setelah mengamati dengan saksama, Yogi mendapati ada yang aneh. Jelas, para pembunuh bertopeng ini adalah ahli bela diri yang dipilih dengan cermat. Jika hanya pesilat biasa, mereka tidak mungkin sekompak ini. Hanya pesilat yang telah menjalani pelatihan resmi yang bisa mencapai level seperti i
Saat ini, di bawah Gunung Talaka, teriakan histeris terdengar di mana-mana. Luther menjatuhkan lawan-lawannya dengan kekuatan tak terbendung. Hanya dengan satu tebasan pedang, dia bisa menjatuhkan belasan orang.Akan tetapi, tidak peduli sekuat apa pun Luther, jumlah pasukan di sekitar masih tidak berkurang, melainkan menjadi makin banyak.Meskipun para prajurit itu hanya berdiri diam di tempat, Luther setidaknya membutuhkan 3 hari 3 malam untuk menghabisi mereka semua. Apalagi, mereka adalah prajurit elite yang memiliki pertahanan kuat.Sekuat apa pun Luther, dia tidak mungkin membantai semuanya sendirian. Dia adalah manusia dan bukan robot yang tidak kenal lelah. Setiap tebasan yang dikerahkan pasti akan menguras energinya.Tidak masalah jika dalam waktu singkat. Namun, seiring berjalannya waktu, kekuatan Luther akan melemah hingga akhirnya dia mati kelelahan."Huh! Mari kita lihat, sampai kapan kamu bisa bertahan?" cela Roman yang berdiri di kejauhan untuk menyaksikan semuanya. Lagi
Buk, buk, buk .... Tidak lama setelah beberapa pesilat wanita itu jatuh, pesilat lainnya juga tidak sadarkan diri. Keanehan ini terus terjadi hingga akhirnya situasi menjadi agak di luar kendali.Sejumlah besar pasukan menunjukkan gejala keracunan yang sama. Kabut putih itu seperti angin kencang yang menyapu dedaunan. Hanya dalam beberapa menit, hampir setengah pasukan jatuh pingsan."Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua terjatuh?" Kedelapan komandan itu menyadari ada yang tidak beres. Ekspresi mereka dipenuhi keterkejutan."Ada racun! Kabut beracun! Hati-hati!" Seorang prajurit berteriak, tetapi sayangnya semua sudah terlambat. Ada makin banyak prajurit yang kehilangan kesadaran diri. Jika situasi seperti ini terus berlanjut, pasukan mereka akan habis."Cepat makan Pil Penawar Racun!" seru kedelapan komandan itu. Tim medis selalu menyediakan beberapa macam obat yang bisa menetralisasi racun. Akan tetapi, obat itu tidak akan cukup untuk pasukan sebanyak ini. Hanya saja, ini lebih baik
Wajah Luther menunjukkan ketidakpuasan dan kata-katanya pun terdengar lebih tajam dari sebelumnya. Jika dia diam saja dan membiarkan Nivan menggeledah, justru akan membuat orang semakin curiga."Gerald, ada pencuri di kediamanku. Sekarang seluruh tempat dalam kondisi siaga penuh. Demi keselamatanmu, kami harus menggeledah tempat ini!" kata Nivan dengan wajah muram.Saat ini, dia sangat mencurigai Luther adalah pencurinya. Hanya saja tanpa bukti, dia belum bisa langsung bertindak kasar. Tentunya, jika Luther terus-menerus menghalangi, dia juga tidak akan bersikap ramah lagi."Pencuri?" Luther mengangkat alis. "Jadi, keributan tadi ada hubungannya dengan pencuri?""Nanti aku jelaskan detailnya. Untuk mencegah pencuri kabur, tempat ini harus digeledah dulu." Nivan malas menjelaskan. Dia melambaikan tangan, memberi isyarat pada Benton dan Yoku untuk bertindak.Keduanya bertatapan. Tanpa berbasa-basi, mereka langsung memimpin pasukan pengawal untuk menerobos masuk ke ruangan dalam. Nivan me
"Cepat, cepat! Semua lari lebih cepat lagi!" Nivan sangat cemas, terus-menerus mendesak para pengawal. Saat ini, dia tiba-tiba menyesal karena membangun kediamannya terlalu besar sehingga tidak bisa segera tiba di lokasi kejadian."Pangeran! Apa yang terjadi?" Benton dan Yoku tiba bersama pasukan elite yang mendengar suara alarm. Sebagian besar dari mereka bahkan bertelanjang dada karena belum sempat memakai baju. Bagaimanapun, ini pertama kalinya mereka mendengar alarm darurat di dalam kediaman."Ada pencuri yang menyusup masuk! Segera tutup semua pintu! Jangan biarkan pencuri itu kabur!" Nivan tak sempat menjelaskan, langsung memberikan perintah."Cepat! Tutup seluruh area!" seru Benton sambil memimpin pasukannya segera bertindak. Latihan selama bertahun-tahun akhirnya dibutuhkan pada saat seperti ini."Ayo! Ikut aku!" Nivan terus berlari tanpa berhenti, memimpin satu regu pengawal menuju lokasi.Tepat saat itu, dari arah ruang rahasia terdengar suara ledakan besar. Seolah-olah terja
Melihat anak tangga batu yang menurun ke bawah, Luther menarik napas dalam-dalam dan perlahan melangkah masuk.Jalur rahasia itu cukup panjang, tetapi di dalamnya ada cahaya. Setelah turun cukup jauh, jalur itu mulai mendatar dan menjadi semakin luas.Sepanjang perjalanan, tidak ada hal yang mencurigakan dan tidak ada lagi perangkap yang terpicu.Tak lama kemudian, Luther tiba di sebuah ruang rahasia yang cukup luas. Di dalam ruangan itu, di segala sisi, tersusun berbagai macam harta karun yang langka.Ada senjata-senjata sakti, kitab-kitab teknik bela diri, ramuan langka, dan benda-benda berharga lainnya.Luther memeriksa dengan saksama, tetapi tidak menemukan kotak giok yang menyimpan energi naga. Akhirnya, pandangannya tertuju ke bagian paling dalam dari ruang rahasia itu.Di sana tampak sebuah pintu besar yang terbuat dari baja berkualitas tinggi, penuh dengan ukiran simbol-simbol rumit di permukaannya.Luther mengeluarkan kompas dan memperhatikannya baik-baik. Jarum kompas terus m
Nivan berjalan ke depan ruang harta karun, lalu mengetuk pintunya dengan cepat beberapa kali. Terdengar suara keras, lalu pintu besar ruangan itu perlahan terbuka.Di dalamnya, harta-harta tampak berkilauan dan memukau. Ada liontin giok yang memancarkan aura abadi, tungku perunggu yang dipenuhi pola misterius, serta pil ajaib yang bersinar dengan cahaya aneh.Di posisi paling tengah, terdapat sebuah kotak giok yang disimpan di dalam kaca antipeluru.Nivan melangkah maju, memasukkan kata sandi, membuka pelindung itu, lalu membuka kotak giok itu. Di dalamnya, tampak sebuah energi naga.Energi naga itu berbentuk seperti mutiara sebesar telur ayam, di dalamnya terdapat arus berbentuk naga yang terus berputar."Luar biasa!" Nivan menaruh energi naga yang dipersembahkan oleh Luther di sebelahnya, ekspresi kegembiraan tak bisa disembunyikan di wajahnya.Energi naga bisa mengubah takdir seseorang dan membawa keberuntungan besar. Awalnya, Nivan berjuang mati-matian untuk mendapatkan satu energi
"Tuan Gerald begitu murah hati, Anna benar-benar nggak tahu harus bagaimana membalasnya," kata Anna sambil mengelus permukaan kotak giok yang halus dengan ujung jarinya secara lembut. Saat menatap Luther, matanya yang berkaca-kaca terlihat penuh dengan perasaan bersyukur.Luther tersenyum dan berkata dengan tenang, "Hanya membantu saja, Nona Anna nggak perlu terlalu memikirkannya. Lagi pula, benda ini memang berjodoh dengan Pangeran Nivan, aku hanya menjadi perantaranya saja.""Apa ada yang Tuan Gerald inginkan? Asalkan mampu, Anna pasti akan memenuhinya," kata Anna sambil tersenyum."Aku nggak menginginkan apa pun. Aku hanya berharap Pangeran Nivan bisa membantuku dengan sepenuh hati saat aku dalam kesulitan nantinya," jawab Luther."Ternyata begitu, aku mengerti," kata Anna sambil menganggukkan kepala. Ternyata Luther tidak mengincar harta, melainkan ingin Nivan berutang budi.Dengan kedudukan Nivan yang saat ini, sebuah utang budi jauh lebih berharga daripada harta apa pun. Jika Niv
Mendengar perkataan itu, tangan Luther yang sedang memegang bidak putih langsung berhenti. Setelah itu, dia perlahan-lahan meletakkan bidaknya dan berkata sambil tersenyum, "Aku kira Nona Anna datang untuk bermain catur. Nggak disangka, ternyata tugasmu untuk membujukku."Anna tersenyum, lalu berkata dengan tanpa ragu, "Hehehe .... Tuan Gerald begitu cerdas, mana mungkin nggak tahu tujuan kedatanganku. Pangeran Nivan pernah menyelamatkan hidupku dan memperlakukanku seperti tamu terhormat, aku tentu saja harus membalas budinya. Aku harus membantunya menyelesaikan masalah, aku harap Tuan Gerald nggak merasa terganggu.""Nona Anna bisa bicara begitu terus terang, sungguh sifat yang langka. Mana mungkin aku merasa terganggu," kata Luther sambil tersenyum. Dia awalnya mengira Anna akan berpura-pura mengatakan kata-kata manis, tetapi Anna ternyata begitu terus terang. Hal ini memang membuatnya terkesan.Anna terus meletakkan bidaknya, lalu berkata sambil tersenyum, "Tuan Gerald, sejujurnya,
Kediaman Nivan sangat besar sampai seperti sebuah labirin. Meskipun Luther memiliki denah bangunannya, dia tetap harus meneliti jalannya saat bergerak di dalamnya. Bagaimanapun juga, denah dan kenyataan tetap memiliki sedikit perbedaan.Di bawah bimbingan pelayan wanita itu, Luther berbelok sana sini selama sepuluh menit baru akhirnya sampai di sebuah paviliun kecil yang memiliki taman. Paviliun itu luas dan penuh dengan kicau burung serta wangi bunga. Suasananya juga tenang dan damai, tempat persembunyian yang sangat baik."Tuan Gerald, silakan beristirahat di sini. Kalau ada perlu, silakan panggil aku kapan pun," kata pelayan itu sambil memberi hormat pada Luther dan tatapannya terlihat lembut serta kagum. Dia sudah menyaksikan penampilan Luther di arena latihan tadi dan tahu pria ini adalah tamu kehormatan Nivan juga. Jika bisa merebut hati tokoh yang begitu hebat, mungkin nasibnya akan langsung berubah."Nggak perlu, kamu boleh pergi sekarang. Aku nggak butuh dilayani," kata Luther
"Pedang yang begitu cepat! Pengamatan yang sangat tajam!""Nggak disangka, jurus andalan Jenderal Benton bisa dihancurkan begitu saja. Sungguh tak terbayangkan!""Aku kira Jenderal Benton bisa membalikkan keadaan kita, tapi pada akhirnya dia tetap kalah."Melihat pedang besar yang patah dan ekspresi Benton yang terlihat terkejut, semua orang pun mulai berbisik-bisik. Mereka semua tahu jelas betapa kuatnya Benton. Sebagai seorang ahli grandmaster tahap sempurna, Benton hampir tak terkalahkan saat memegang pedang besarnya. Namun, pada saat kritis, jurus Benton malah dipatahkan dengan satu tebasan pedang Luther.Kekalahan Benton yang begitu mendadak dan mengejutkan, banyak orang yang merasa sayang. Mereka mengira dia hanya kurang beruntung, padahal dia memiliki peluang untuk menang.Namun, di mata ahli yang sebenarnya, keadaannya sama sekali berbeda. Dengan kondisi Benton yang sedang melancarkan jurus pemungkas dan tubuh yang sedang terikat, Luther malah masih mampu melayangkan serangan p
Benton menggenggam erat Pedang Bulan Sabit dengan kedua tangannya, lalu mengeluarkan teriakan keras seperti guntur yang meledak di tengah hari, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat.Dengan satu putaran langkah, tubuhnya seolah-olah berubah menjadi banteng liar yang mengamuk, menerjang langsung ke arah Luther tanpa ragu.Pedang berat di tangannya tampak ringan seperti bulu, diayunkan dengan dahsyat, memotong udara hingga mengeluarkan suara siulan tajam, seakan-akan hendak merobek semua yang ada di depan mata.Dengan kekuatan dahsyat, pedang itu dihantamkan ke arah Luther dari atas kepala. Serangan itu hampir mencurahkan seluruh tenaga Benton. Di sepanjang lintasan tebasan pedang, debu di tanah pun tersapu oleh pusaran angin yang tercipta, membentuk pilar-pilar debu yang beterbangan.Benton tahu Luther bukanlah orang biasa. Jika ingin menang, dia harus mengambil inisiatif lebih dulu."Teknik yang bagus," ucap Luther dengan tenang, menghadapi serangan dahsyat dari Benton.Tubuhnya m