Luther menundukkan kepalanya dan bersujud 3 kali. Deska dan Paviliun Lingga telah dihancurkan. Kini, hanya tersisa Yusuf, Bahran, dan lainnya. Begitu orang-orang ini terbunuh, dendam ibunya akan sepenuhnya terbalaskan."Ibu, aku benar-benar merindukanmu," gumam Luther sambil menatap patung batu di depan.Seingat Luther, Walter jarang pulang karena sibuk mengurus urusan pemerintahan. Jadi, Emily yang membesarkannya sendirian.Luther sering membangkang saat masih kecil. Dia selalu merasa didikan ibunya terlalu ketat, sampai-sampai dia selalu dipukul kalau nakal.Setelah dewasa sekarang, Luther baru memahami jerih payah ibunya. Sebagai Pangeran Atlandia, Luther selalu dilayani dan menjadi pusat perhatian. Tanpa ajaran ketat, dia mungkin akan tumbuh menjadi pria yang hanya tahu menghamburkan uang.Luther bisa memiliki pencapaian seperti ini tentu berkat ibunya. Baik itu ilmu bela diri, ilmu militer, ilmu medis, ataupun ilmu sihir, semua tidak luput dari ajaran ibunya. Emily yang memberinya
Setelah melihat jelas batu nisan itu, Luther mengangkat alisnya karena cukup terkejut. Ternyata Luther mengenal pemilik makam itu. Itu adalah makam Bodhu, Wakil Jenderal Pasukan Naga Hitam yang memimpin pasukan garda depan.Semua orang yang bisa bergabung dengan pasukan garda depan adalah elite yang dipilih dengan cermat. Bodhu bisa menjadi wakil jenderal jelas karena kemampuannya yang tidak biasa.Seingat Luther, Bodhu terlahir dengan bakat yang luar biasa. Dia sangat kejam di medan perang dan selalu membantai musuh yang tak terhitung jumlahnya. Dia pun memberi kontribusi besar dalam penaklukkan Atlandia.Setelah Bodhu gugur, jabatannya naik menjadi jenderal. Pemakamannya diadakan dengan megah. Keturunan Bodhu bahkan diberikan perlakuan istimewa. Lantas, kenapa pemuda ini terlihat begitu menyedihkan? Apa yang sebenarnya terjadi?Luther hendak maju untuk menanyakan alasannya. Saat ini, pemuda itu seperti mendengar sesuatu sehingga buru-buru menoleh dan bertanya dengan penuh waspada, "S
"Kalaupun aku nggak bisa menang dari mereka, masih ada Raja Atlandia yang membantu, 'kan? Nggak mungkin kemampuan orang-orang itu melampaui Raja Atlandia," ucap Luther."Sobat, masalah ini nggak sesimpel yang kamu pikirkan. Ayah para penjahat itu adalah pejabat yang berkuasa. Mereka punya hubungan dekat dengan Raja Atlandia. Nggak bakal ada yang berani mengambil tindakan," balas Christo dengan ekspresi masam."Masa Raja Atlandia mengabaikan para penjahat itu begitu saja? Mereka hanya akan merusak masyarakat!" Luther mengernyit. Dengan karakter Walter, pria itu tidak mungkin menoleransi hal seperti ini terjadi."Hais ... Raja sangat sibuk, mana mungkin punya waktu untuk mengurus masalah seperti ini? Lagian, para pejabat itu kerjaannya hanya menipu. Mereka menutup erat-erat kejahatan mereka. Raja mungkin nggak bakal tahu untuk selamanya, apalagi memberi kami keadilan." Christo menggeleng."Aku nggak sangka Atlandia menjadi seburuk ini." Ekspresi Luther tampak agak masam. Sebagai Pangeran
Begitu mendengar janji Luther, Christo langsung meneteskan air mata saking terharunya. Dia pun berkata, "Kalau kamu bisa membantuku menolong adikku dan membalaskan dendam ibuku, aku bersedia menjadi bawahanmu!"Usai mengatakan itu, Christo hendak berlutut untuk berterima kasih. Luther segera menahannya dan berujar dengan serius, "Jangan sungkan begini. Siapa pun yang merupakan rakyat Atlandia nggak mungkin menoleransi kejahatan seperti ini.""Tempat ini kurang cocok untuk mengobrol. Ada kedai teh di depan makam. Kita duduk di sana saja untuk membahas rencana selanjutnya," usul Misandari."Oke." Christo mengangguk. Sambil menopang tubuhnya dengan tongkat, dia mengikuti Luther dan Misandari ke Kedai Teh Aroma.Kedai teh ini punya 2 lantai. Lantai pertama untuk minum teh dan menonton pertunjukan. Banyak orang yang duduk di sini. Sementara itu, terdapat ruang privat di lantai dua. Bukan hanya bisa menikmati teh dan menonton pertunjukan, tetapi juga punya privasi yang lebih baik dan lingkun
"Baiklah." Christo akhirnya mengangguk mengiakan karena dirinya memang tidak bisa bergerak dengan leluasa. Dia bukan hanya tidak bisa membantu, tetapi juga akan menjadi beban."Oh ya, kamu punya foto adikmu nggak? Biar kulihat dulu. Jangan sampai kami salah orang," ucap Luther."Ada." Christo segera mengeluarkan ponselnya untuk memperlihatkan foto adiknya. Luther pun melirik sekilas, lalu mengangguk.Harus diakui bahwa adik Christo memang cantik, putih, dan senyumannya manis. Dia terlihat seperti gadis yang lincah dan riang. Mungkin ini yang menyebabkan dirinya diincar oleh Preston dan lainnya."Bawahan Preston sangat kejam. Kalian harus hati-hati, ya!" pesan Christo dengan sungguh-sungguh. Sebagai keturunan jenderal, dia belajar ilmu bela diri sejak kecil. Kemampuannya tentu cukup untuk melawan orang biasa, bahkan 100 orang bukan masalah baginya. Akan tetapi, dia malah kewalahan menghadapi bawahan Preston. Kesenjangan kekuatan mereka terlalu besar."Tenang saja, aku tahu apa yang haru
Setengah jam kemudian, sebuah mobil MPV akhirnya berhenti di depan Bar Orion. Luther dan Misandari sama-sama turun. Keduanya telah melakukan penyamaran sehingga tidak perlu takut identitas mereka terbongkar.Bar Orion sangat luas. Banyak yang mengantre untuk masuk. Untungnya, mereka dibantu oleh agen rahasia sehingga bisa langsung masuk.Di dalam sana sangat bising dan menyilaukan. Sekelompok pria dan wanita menari dengan liar mengikuti alunan musik untuk melepaskan gairah mereka.Luther mengernyit. Dia paling tidak suka tempat bising seperti ini. Misandari tersenyum sambil bertanya, "Kenapa? Kamu jarang datang ke bar, ya?""Aku cuma bisa bilang tempat ini nggak cocok untukmu," timpal Luther. Dia lebih senang membaca buku di rumah daripada menyiksa diri sendiri di sini."Kalau ada kesempatan, kamu boleh mencobanya. Lihat, mereka menari dengan sangat gembira," ucap Misandari sambil tersenyum."Berpesta nggak ada faedahnya. Kalau semua orang seperti ini, negara hanya akan hancur," sahut
Tanpa berbicara, Luther langsung naik ke lantai atas dan duduk di hadapan Preston sambil menyilangkan kakinya. Sikapnya yang lancang ini sontak membuat Preston gusar."Hei! Siapa kamu? Siapa yang menyuruhmu duduk di sana?" tanya Preston sambil membelalakkan matanya."Kamu Preston?" tanya Luther balik sambil menuangkan anggur dengan santai."Lancang sekali! Beraninya kamu bersikap kurang ajar seperti ini! Kamu sudah bosan hidup, ya?" Sebelum Preston berbicara, teman-temannya itu sudah berteriak dengan kesal.Mereka adalah anak pejabat. Tidak ada yang berani mengusik mereka selama ini. Siapa pun yang berani bersikap lancang sama saja dengan mencari mati."Aku tanya, kamu Preston bukan?" Luther mengulang pertanyaannya setelah menyesap anggurnya."Berengsek ...." Teman-teman Preston hendak mengamuk, tetapi Preston mengangkat tangan untuk menghentikan.Preston terkekeh-kekeh dingin dan bertanya, "Bocah, kamu tahu dengan siapa kamu berbicara? Beraninya kamu bersikap nggak sopan seperti ini.
Bam! Dalam sekejap, meja kaca hancur dan kepala Preston ditekan kuat-kuat oleh Luther. Darah mengalir. Preston berteriak ketakutan.Semua orang terkejut dengan perubahan situasi yang mendadak ini. Untuk seketika, tidak ada yang bisa bereaksi.Situasi macam apa ini? Pria ini berani menyerang Preston? Apa dia sudah bosan hidup? Harus tahu bahwa Preston adalah anak orang kaya. Keluarga Kosasih punya kekuasaan besar. Siapa pun yang berani macam-macam hanya akan hancur."Biar kutanya sekali lagi, di mana Karin?" tanya Luther sambil menekan kepala Preston dengan kuat. Sekujur tubuhnya memancarkan niat membunuh.Wajah Preston tertancap pecahan kaca. Dia merintih kesakitan, lalu memaki, "Berengsek! Berani sekali kamu melukaiku! Kamu tahu aku siapa? Kamu tahu siapa orang tuaku?""Dasar bajingan! Kuperingatkan kamu untuk segera melepaskan tanganmu atau aku akan membinasakan seluruh keluargamu!" pekik Preston dengan geram."Membinasakan keluargaku?" Luther mendengus, lalu melayangkan tamparan kua
"Ternyata begitu ...."Luther mendengarkan dengan tenang dan matanya tetap tertuju pada papan catur, lalu menganggukkan kepala. "Karena kamu sudah membantuku bebas dari kesulitanku, malam ini anggap saja aku berutang budi padamu. Kalau suatu hari nanti kamu butuh bantuanku, kamu boleh mencariku kapan pun."Kepribadian Luther selalu begitu, membalas budi dengan budi dan dendam dengan dendam. Tadi Anna bukan hanya tidak membocorkan rahasianya, malahan bantu menutupinya. Bagaimanapun juga, budi ini harus dibalas."Tuan Gerald memang orang yang tahu balas budi dan berprinsip, aku sangat kagum," kata Anna sambil menganggukkan kepala dan tersenyum, membuatnya terlihat lebih memesona."Tapi, aku penasaran, kenapa kamu bisa datang ke tempatku? Apa kamu sudah menyadari sesuatu sejak awal?" tanya Luther lagi.Anna tersenyum dan berkata, "Orang yang datang bergabung dengan Nivan biasanya demi kekuasaan, reputasi, atau keuntungan. Aku bisa langsung tahu niat orang-orang ini hanya dengan melihatnya
Wajah Luther menunjukkan ketidakpuasan dan kata-katanya pun terdengar lebih tajam dari sebelumnya. Jika dia diam saja dan membiarkan Nivan menggeledah, justru akan membuat orang semakin curiga."Gerald, ada pencuri di kediamanku. Sekarang seluruh tempat dalam kondisi siaga penuh. Demi keselamatanmu, kami harus menggeledah tempat ini!" kata Nivan dengan wajah muram.Saat ini, dia sangat mencurigai Luther adalah pencurinya. Hanya saja tanpa bukti, dia belum bisa langsung bertindak kasar. Tentunya, jika Luther terus-menerus menghalangi, dia juga tidak akan bersikap ramah lagi."Pencuri?" Luther mengangkat alis. "Jadi, keributan tadi ada hubungannya dengan pencuri?""Nanti aku jelaskan detailnya. Untuk mencegah pencuri kabur, tempat ini harus digeledah dulu." Nivan malas menjelaskan. Dia melambaikan tangan, memberi isyarat pada Benton dan Yoku untuk bertindak.Keduanya bertatapan. Tanpa berbasa-basi, mereka langsung memimpin pasukan pengawal untuk menerobos masuk ke ruangan dalam. Nivan me
"Cepat, cepat! Semua lari lebih cepat lagi!" Nivan sangat cemas, terus-menerus mendesak para pengawal. Saat ini, dia tiba-tiba menyesal karena membangun kediamannya terlalu besar sehingga tidak bisa segera tiba di lokasi kejadian."Pangeran! Apa yang terjadi?" Benton dan Yoku tiba bersama pasukan elite yang mendengar suara alarm. Sebagian besar dari mereka bahkan bertelanjang dada karena belum sempat memakai baju. Bagaimanapun, ini pertama kalinya mereka mendengar alarm darurat di dalam kediaman."Ada pencuri yang menyusup masuk! Segera tutup semua pintu! Jangan biarkan pencuri itu kabur!" Nivan tak sempat menjelaskan, langsung memberikan perintah."Cepat! Tutup seluruh area!" seru Benton sambil memimpin pasukannya segera bertindak. Latihan selama bertahun-tahun akhirnya dibutuhkan pada saat seperti ini."Ayo! Ikut aku!" Nivan terus berlari tanpa berhenti, memimpin satu regu pengawal menuju lokasi.Tepat saat itu, dari arah ruang rahasia terdengar suara ledakan besar. Seolah-olah terja
Melihat anak tangga batu yang menurun ke bawah, Luther menarik napas dalam-dalam dan perlahan melangkah masuk.Jalur rahasia itu cukup panjang, tetapi di dalamnya ada cahaya. Setelah turun cukup jauh, jalur itu mulai mendatar dan menjadi semakin luas.Sepanjang perjalanan, tidak ada hal yang mencurigakan dan tidak ada lagi perangkap yang terpicu.Tak lama kemudian, Luther tiba di sebuah ruang rahasia yang cukup luas. Di dalam ruangan itu, di segala sisi, tersusun berbagai macam harta karun yang langka.Ada senjata-senjata sakti, kitab-kitab teknik bela diri, ramuan langka, dan benda-benda berharga lainnya.Luther memeriksa dengan saksama, tetapi tidak menemukan kotak giok yang menyimpan energi naga. Akhirnya, pandangannya tertuju ke bagian paling dalam dari ruang rahasia itu.Di sana tampak sebuah pintu besar yang terbuat dari baja berkualitas tinggi, penuh dengan ukiran simbol-simbol rumit di permukaannya.Luther mengeluarkan kompas dan memperhatikannya baik-baik. Jarum kompas terus m
Nivan berjalan ke depan ruang harta karun, lalu mengetuk pintunya dengan cepat beberapa kali. Terdengar suara keras, lalu pintu besar ruangan itu perlahan terbuka.Di dalamnya, harta-harta tampak berkilauan dan memukau. Ada liontin giok yang memancarkan aura abadi, tungku perunggu yang dipenuhi pola misterius, serta pil ajaib yang bersinar dengan cahaya aneh.Di posisi paling tengah, terdapat sebuah kotak giok yang disimpan di dalam kaca antipeluru.Nivan melangkah maju, memasukkan kata sandi, membuka pelindung itu, lalu membuka kotak giok itu. Di dalamnya, tampak sebuah energi naga.Energi naga itu berbentuk seperti mutiara sebesar telur ayam, di dalamnya terdapat arus berbentuk naga yang terus berputar."Luar biasa!" Nivan menaruh energi naga yang dipersembahkan oleh Luther di sebelahnya, ekspresi kegembiraan tak bisa disembunyikan di wajahnya.Energi naga bisa mengubah takdir seseorang dan membawa keberuntungan besar. Awalnya, Nivan berjuang mati-matian untuk mendapatkan satu energi
"Tuan Gerald begitu murah hati, Anna benar-benar nggak tahu harus bagaimana membalasnya," kata Anna sambil mengelus permukaan kotak giok yang halus dengan ujung jarinya secara lembut. Saat menatap Luther, matanya yang berkaca-kaca terlihat penuh dengan perasaan bersyukur.Luther tersenyum dan berkata dengan tenang, "Hanya membantu saja, Nona Anna nggak perlu terlalu memikirkannya. Lagi pula, benda ini memang berjodoh dengan Pangeran Nivan, aku hanya menjadi perantaranya saja.""Apa ada yang Tuan Gerald inginkan? Asalkan mampu, Anna pasti akan memenuhinya," kata Anna sambil tersenyum."Aku nggak menginginkan apa pun. Aku hanya berharap Pangeran Nivan bisa membantuku dengan sepenuh hati saat aku dalam kesulitan nantinya," jawab Luther."Ternyata begitu, aku mengerti," kata Anna sambil menganggukkan kepala. Ternyata Luther tidak mengincar harta, melainkan ingin Nivan berutang budi.Dengan kedudukan Nivan yang saat ini, sebuah utang budi jauh lebih berharga daripada harta apa pun. Jika Niv
Mendengar perkataan itu, tangan Luther yang sedang memegang bidak putih langsung berhenti. Setelah itu, dia perlahan-lahan meletakkan bidaknya dan berkata sambil tersenyum, "Aku kira Nona Anna datang untuk bermain catur. Nggak disangka, ternyata tugasmu untuk membujukku."Anna tersenyum, lalu berkata dengan tanpa ragu, "Hehehe .... Tuan Gerald begitu cerdas, mana mungkin nggak tahu tujuan kedatanganku. Pangeran Nivan pernah menyelamatkan hidupku dan memperlakukanku seperti tamu terhormat, aku tentu saja harus membalas budinya. Aku harus membantunya menyelesaikan masalah, aku harap Tuan Gerald nggak merasa terganggu.""Nona Anna bisa bicara begitu terus terang, sungguh sifat yang langka. Mana mungkin aku merasa terganggu," kata Luther sambil tersenyum. Dia awalnya mengira Anna akan berpura-pura mengatakan kata-kata manis, tetapi Anna ternyata begitu terus terang. Hal ini memang membuatnya terkesan.Anna terus meletakkan bidaknya, lalu berkata sambil tersenyum, "Tuan Gerald, sejujurnya,
Kediaman Nivan sangat besar sampai seperti sebuah labirin. Meskipun Luther memiliki denah bangunannya, dia tetap harus meneliti jalannya saat bergerak di dalamnya. Bagaimanapun juga, denah dan kenyataan tetap memiliki sedikit perbedaan.Di bawah bimbingan pelayan wanita itu, Luther berbelok sana sini selama sepuluh menit baru akhirnya sampai di sebuah paviliun kecil yang memiliki taman. Paviliun itu luas dan penuh dengan kicau burung serta wangi bunga. Suasananya juga tenang dan damai, tempat persembunyian yang sangat baik."Tuan Gerald, silakan beristirahat di sini. Kalau ada perlu, silakan panggil aku kapan pun," kata pelayan itu sambil memberi hormat pada Luther dan tatapannya terlihat lembut serta kagum. Dia sudah menyaksikan penampilan Luther di arena latihan tadi dan tahu pria ini adalah tamu kehormatan Nivan juga. Jika bisa merebut hati tokoh yang begitu hebat, mungkin nasibnya akan langsung berubah."Nggak perlu, kamu boleh pergi sekarang. Aku nggak butuh dilayani," kata Luther
"Pedang yang begitu cepat! Pengamatan yang sangat tajam!""Nggak disangka, jurus andalan Jenderal Benton bisa dihancurkan begitu saja. Sungguh tak terbayangkan!""Aku kira Jenderal Benton bisa membalikkan keadaan kita, tapi pada akhirnya dia tetap kalah."Melihat pedang besar yang patah dan ekspresi Benton yang terlihat terkejut, semua orang pun mulai berbisik-bisik. Mereka semua tahu jelas betapa kuatnya Benton. Sebagai seorang ahli grandmaster tahap sempurna, Benton hampir tak terkalahkan saat memegang pedang besarnya. Namun, pada saat kritis, jurus Benton malah dipatahkan dengan satu tebasan pedang Luther.Kekalahan Benton yang begitu mendadak dan mengejutkan, banyak orang yang merasa sayang. Mereka mengira dia hanya kurang beruntung, padahal dia memiliki peluang untuk menang.Namun, di mata ahli yang sebenarnya, keadaannya sama sekali berbeda. Dengan kondisi Benton yang sedang melancarkan jurus pemungkas dan tubuh yang sedang terikat, Luther malah masih mampu melayangkan serangan p