LOGINUcapan Luther yang mengatakan mereka adalah iblis dan bukan dewa, bergema seperti petir yang menggelegar di dalam Istana Dewata Promana yang mewah tetapi penuh tipu daya itu.Begitu kata-kata itu jatuh, suhu di seluruh aula seakan-akan merosot ke titik beku. Bahkan uap aura spiritual di kolam anggur itu pun membeku sejenak.Pria dan wanita yang sebelumnya larut dalam pesta pora mendadak terdiam. Mereka seperti ayam dan bebek yang dicekik lehernya, membeku ketakutan, tak berani bernapas.Jari pria berwajah lembut yang sedang memetik kecapi berhenti di atas senar, senyuman menggoda wanita cantik di sisi lain membeku.Bahkan Aokun yang sejak tadi tampak santai dan tidak peduli, kini di sorot matanya tampak seberkas amarah.Perlawanan seekor semut masih bisa dianggap hiburan, tetapi penghinaan seekor semut terhadap tuannya adalah dosa yang tak bisa dimaafkan."Nggak tahu diri!" Pria berjubah pendeta adalah yang orang pertama yang marah. Dia melemparkan cawan anggur di tangannya ke tanah. G
Perubahan mendadak itu membuat Misandari berpandangan dengan yang lainnya. Mereka tidak tahu apakah ini pertanda baik atau bencana.Luther menenangkan napas sejenak. Wajahnya yang pucat perlahan berwarna kembali. Dia menatap jembatan pelangi di depan sana. Jembatan itu memancarkan aura menggoda, tetapi tersembunyi bahaya yang tak diketahui. Matanya dalam dan penuh makna.Dia bisa merasakan, di ujung lain jembatan itu adalah tempat Aokun dan yang lainnya berada, yaitu istana megah yang penuh kemewahan itu."Sepertinya tanpa mengalahkan penguasa sesungguhnya, mustahil bisa menyentuh rahasia inti dari kolam surgawi ini."Luther perlahan berdiri. Meskipun auranya masih lemah, tatapannya kembali tajam dan tegas. Dia meneruskan, "Kalian tunggu di sini. Aku akan segera kembali.""Aku ikut denganmu!" kata Misandari tanpa ragu, sorot matanya penuh tekad.Luther menatapnya sejenak. Melihat kekhawatiran dan keteguhan di matanya, dia akhirnya mengangguk. "Jangan jauh-jauh dariku."Keduanya berjala
Pedang panjang yang tertancap di depan Luther terus berdengung, sedangkan kedua tangannya membentuk segel dengan begitu cepat hingga meninggalkan bayangan samar-samar. Energi sejati murni di sekitar tubuhnya tadinya terlihat meredup karena pertarungan sengit, kini kembali bergelora kembali dengan cara yang lebih dalam serta terarah dan membangkitkan energi alam di sekelilingnya.Luther tidak sekadar mengerahkan kekuatannya lagi, melainkan bergabung dengan langit dan bumi."Bintang-bintang di langit, dengarkan perintahku. Segel iblis, tertutup!" teriak Luther dengan nada muram dan berwibawa, seolah-olah mengandung perintah dari hukum alam semesta itu sendiri.Begitu kata tertutup itu diucapkan, pedang panjang yang menancap di tanah memancarkan cahaya biru kehijauan yang menyilaukan dan langsung menembus awan tinggi di langit.Pada saat yang bersamaan, gugusan bintang yang samar-samar muncul di udara di platform yang diselimuti kabut spiritual dari kolam surgawi serta aura jahat dari cel
"Bentuk formasi! Lindungi Putri!" teriak Logar dengan marah sambil menahan rasa sakitnya. Bersama kedua pengawal lainnya, mereka memaksakan diri untuk mengerahkan sisa kekuatan internal mereka dan membentuk formasi pertahanan segitiga yang sederhana. Formasi itu untuk melindungi Misandari, Zara, dan Zamer yang sekarat di belakang mereka.Namun, semua orang tahu pertahanan itu seperti kertas biasa yang tidak berguna di hadapan empat boneka mengerikan itu. Sementara itu, pertempuran siap meledak kapan pun.Pada saat yang bersamaan, di dalam istana megah yang jauh di dalam Pulau Dewata Promana. Pesta anggur dan wanita masih berlanjut, alunan musik yang memabukkan juga belum berhenti.Sosok Aokun muncul diam-diam di atas kursi santai besar yang terbuat dari giok putih, seolah-olah tidak pernah meninggalkan tempat itu."Kakek, kamu sudah kembali ya?" tanya Ruben yang menghentikan permainan kecapinya, lalu menatap Aokun sambil tersenyum.Saat itu, Darsono dan Camila juga menoleh ke arah Aoku
Begitu mereka menembus wilayah kematian itu, pandangan di depan mendadak terbuka luas.Ujung jalan kecil itu tersambung pada sebuah platform melingkar raksasa. Seluruh permukaannya disusun dari batu giok putih murni yang memantulkan cahaya lembut. Platform itu mengambang di atas air kolam surgawi, dikelilingi kabut spiritual yang berputar seperti awan, sementara aura spiritual menetes seperti hujan gerimis di udara.Di tengah platform, terdapat sebuah mata air berdiameter sekitar tiga meter. Air yang mengalir dari sana bukanlah air biasa, melainkan cairan spiritual pekat berwarna-warni, seolah-olah tidak bisa menyatu dengan udara karena kepadatannya yang luar biasa. Kehidupan murni dan energi spiritual yang memenuhi tempat ini semuanya bersumber dari sana.Namun, begitu mereka melewati wilayah hukum yang kacau dan menapakkan kaki di atas platform giok putih itu, energi murni di udara sama sekali tidak membawa rasa lega. Sebaliknya, tekanan mengerikan, jauh lebih berat dari milik Eryon,
Wilayah ini seolah-olah menjadi tanah terlarang di mana hukum alam telah runtuh, sebuah tempat mengerikan di mana bahkan aturan langit dan bumi pun menjadi musuh bagi segala kehidupan."Ah!" Zamer yang kehilangan satu lengannya akhirnya tak mampu bertahan lagi. Ketika gravitasi tiba-tiba meningkat berkali-kali lipat, tubuhnya yang sudah lemah kehilangan keseimbangan.Ditambah dengan bayangan-bayangan mengerikan yang terus muncul dalam benaknya, kakinya terpeleset. Dengan seruan pendek, dia terjatuh ke arah danau di sisi mereka, danau yang dipenuhi celah ruang mematikan."Zamer!" Zara menjerit, mencoba meraih tangannya. Namun, dia segera terpental oleh arus udara kacau yang tiba-tiba meledak di antara mereka.Tepat ketika Zamer hendak jatuh ke jurang kematian itu, sebuah bayangan berwarna hijau melintas bagai hantu di sisinya.Dengan satu tangan, Luther mencengkeram bagian belakang baju Zamer, sementara tangan satu lagi membentuk jari pedang, menggores beberapa kali ke arah depan, ke ar







