LOGIN"Kita pergi, tempat ini nggak cocok untuk berlama-lama."Luther melangkah lebih dulu ke jalan kecil yang licin dan rusak itu. Langkahnya tetap mantap seperti biasa. Namun, Misandari bisa merasakan kalau aura di sekelilingnya jauh lebih tenang daripada sebelumnya, seolah-olah dia sedang menahan kekuatannya dan mengumpulkan tenaga untuk menghadapi tantangan tak terprediksi di depan sana.Rombongan itu mengikuti dalam diam. Suasana terasa mencekam. Logar dan dua pengawal lainnya menggenggam senjata mereka erat-erat, menatap ke arah danau berwarna merah tua yang bergolak di kedua sisi dengan waspada. Mereka khawatir ada lagi makhluk aneh yang tiba-tiba menyerang.Zara menopang Zamer yang kondisinya semakin memburuk. Erosi energi jahat dari darah naga membuat sisa vitalitasnya terus terkikis, bahkan pandangannya mulai mengabur.Semakin mereka melangkah ke dalam, pemandangan di sekitar semakin aneh. Danau biru jernih yang tadinya terpisah jelas dari wilayah yang terkontaminasi warna merah ge
"Kalian pergilah dulu, terus maju ikuti jalan batu itu," seru Luther dengan nada muram karena tahu dia tidak bisa terus dalam keadaan bertahan. Dia tiba-tiba menarik kembali bayangan diagramnya, lalu tubuhnya memelesat ke depan dan bukannya mundur. Dia berubah menjadi cahaya biru kehijauan dan memelesat maju menghadapi hujan cahaya mematikan itu tanpa gentar.Klang!Luther akhirnya menghunus pedang panjangnya yang mengeluarkan dengungan nyaring. Begitu pergelangan tangannya bergetar, cahaya pedang turun dari udara seperti air terjun dan membentuk tirai pedang biru kehijauan yang padat di depannya.Ding! Dang! Boom!Saat berkas cahaya bertabrakan dengan cahaya pedang, terjadi ledakan beruntun disertai cahaya menyilaukan. Sebagian besar serangan berhasil ditahan dan dihancurkan, tetapi ada beberapa yang menembus pertahanan.Saat cahaya itu menghantam permukaan danau di belakang Luther, darah menyembur ke udara dan mengguncang jalan batu giok sampai hancur di beberapa bagian.Melihat pema
Air danau berwarna merah tua yang tadinya hanya bergerak dengan pelan pun tiba-tiba bergejolak, seolah-olah makhluk raksasa yang sedang terbangun di dasar air.Beberapa saat kemudian, tentakel-tentakel sebesar tong air yang terbentuk dari darah kental dan aura jahat pekat tiba-tiba muncul dari dalam air. Seiring dengan tiupan angin amis yang menusuk hidung dan suara gesekan tajam yang membuat gigi ngilu, entitas-entitas itu muncul. Setelah itu, mereka menghantam dan melilit rombongan di atas jalan batu dari segala penjuru."Hati-hati!" teriak Logar dengan lantang, lalu mengayunkan pedangnya dan menebas salah satu tentakel yang mengarah ke Misandari.Namun, begitu bilah pedang menghantam tentakel itu, terdengar suara dentingan logam dan memercikkan bunga api. Tentakel itu ternyata sangat kuat dan dipenuhi energi korosif yang luar biasa sampai guncangan pedangnya membuat lengan Logar mati rasa. Sementara itu, bilah pedangnya langsung tertutup lapisan kotoran berwarna merah tua dan cahaya
Luther berjalan menuju tepi altar, mengabaikan aura dendam yang pekat di sekitarnya. Dia membungkuk dan memungut token perunggu itu, lalu menyentuh pola aneh di atasnya dengan tatapan dingin."Bukan cuma satu kelompok. Dilihat dari perbedaan bercak darah yang baru dengan lama dan bentuk benda-benda peninggalan ini, setidaknya ada tiga atau lebih kelompok berbeda dalam puluhan tahun ini yang melakukan ritual pengorbanan darah di sini," kata Luther.Setelah itu, Luther melangkah ke arah salah satu mayat yang masih relatif utuh. Saat memeriksa kerangka itu, dia menyadari tulang dadanya berwarna emas gelap yang tidak wajar dan penuh dengan retakan halus."Orang ini kultivasinya nggak lemah. Saat masih hidup dia setidaknya seorang ahli tingkat master, tapi penyebab kematiannya ... sepertinya darah dan jiwanya disedot habis oleh kekuatan tertentu secara paksa. Bahkan spiritual di dalam tulangnya pun ikut terkuras," kata Luther lagi."Ritual pengorbanan darah ini untuk berkomunikasi atau untu
"Air lemah ...."Misandari menatap wilayah biru di hadapannya yang tampak tenang, tetapi seolah-olah mampu menelan cahaya itu sendiri. Dia bisa merasakan kekuatan hukum yang aneh berdenyut di dalamnya. Keningnya perlahan berkerut.Bulu tak bisa mengapung, burung pun tak dapat melintas. Itu jelas bukanlah isapan jempol.Kekuatannya memang tidak lemah, tetapi untuk membuka jalur di air aneh seperti itu dalam waktu lama, Misandari tahu dirinya tidak akan sanggup.Luther melangkah ke tepi danau. Dia berlutut, lalu mengumpulkan setitik energi sejati di ujung jari dan perlahan memasukkannya ke air.Begitu energi itu masuk, permukaan air tetap tak beriak. Sebaliknya, rasanya seperti menembus cairan kental yang sulit digerakkan, bahkan ada kekuatan tak kasatmata yang perlahan-lahan mengikis energi tersebut."Benar, air ini mengandung hukum yang bisa membuat segala sesuatu tenggelam dan lenyap." Luther menarik jarinya, ekspresinya tetap tenang. "Segala jurus peringan tubuh nggak akan berguna di
Begitu kata-kata itu terucap, wajah cantik Misandari seketika memucat. Harapan tipis yang tadi masih menggantung di hatinya, kini hancur nyaris tanpa sisa karena ucapan pria tua itu.Dia seolah-olah bisa melihat bayangan mengerikan itu. Setelah meminum Pil Abadi, ayahandanya bukannya sembuh, malah berubah menjadi makhluk buas tanpa jiwa. Rasa putus asa dan tak berdaya yang amat besar melanda dirinya, menenggelamkannya seperti ombak pasang.Zara segera berjongkok dan memeluknya. Matanya pun memerah menahan tangis. Luther hanya menatap dalam diam, tanpa berusaha memberi penghiburan. Ada kenyataan yang memang harus dihadapi dengan kepala tegak, bukan ditenangkan dengan kata-kata.Wisesa memandang Misandari yang tampak kehilangan semangat, lalu menghela napas panjang. "Gadis Muda, bukan karena aku enggan merestui baktimu, melainkan karena inilah jalan takdir. Menggunakan kekuatan Naga Nirvana sama saja seperti meneguk racun demi menghilangkan dahaga. Hasilnya hanya mempercepat kehancuran s







