Share

Bab 8

Author: Aku Mau Minum Air
Saat ini, di dalam mobil Bentley berwarna perak yang sedang melaju.

"Tuan Luther, terima kasih banyak. Ini adalah kartu naga Keluarga Caonata, tolong diterima," ujar Bianca sambil mengeluarkan sebuah kartu hitam dengan sisi yang terbuat dari emas.

Setelah menyodorkannya, dia menjelaskan, "Dengan kartu ini, kamu akan menjadi tamu terhormat Keluarga Caonata. Kamu bisa menikmati pelayanan terbaik dari semua bisnis milik Keluarga Caonata."

"Nona Bianca, bukan ini yang kubutuhkan," sahut Luther sambil menggeleng.

"Tuan Luther, tenang saja. Ini hanya bentuk terima kasih dariku. Rumput Hati Naga yang dikatakan Pak Eril akan dikirim ke rumahmu besok," balas Bianca sembari tersenyum.

"Nona Bianca benar-benar lugas. Baiklah, terima kasih kalau begitu." Luther tersenyum dan menerima kartu naga tersebut.

Barang yang diberikan oleh Bianca sudah pasti bukan barang biasa.

Ketika keduanya masih mengobrol, sopir sontak menginjak rem dan menghentikan mobil di pinggir jalan.

"Bu Bianca, maaf sekali. Mereka memaksaku untuk melakukan ini!" Selesai melontarkan kalimat ini, sopir itu langsung turun dari mobil dan kabur.

Pada saat yang sama, terlihat 2 mobil van berwarna hitam tiba-tiba melaju kemari dengan kecepatan tinggi.

Kedua mobil ini berhenti di depan dan belakang Bentley untuk menghalangi jalan.

Begitu pintu mobil dibuka, belasan preman yang memakai penutup wajah dan memegang tongkat bergegas turun dengan galak.

Yang memimpin adalah seorang pria botak bertubuh gendut.

"Nona Bianca, bosku ingin bertemu denganmu. Tolong ikut dengan kami," kata pria botak itu setelah melompat ke atas mobil. Dia bahkan memegang pisau di tangannya.

Bianca sama sekali tidak panik. Sebaliknya, dia justru tampak teguh dan tak kenal takut.

"Kalau pengawalmu ada di sini, kami tentu nggak berani. Sayangnya, mereka semua sedang menjaga Tuan Jericho di rumah sakit. Hanya ada seorang pecundang yang mengikutimu. Mana mungkin kami melewatkan kesempatan emas ini?" lanjut pria botak itu sembari menyeringai.

"Sepertinya, kalian cukup cerdas karena bisa menyuap sopirku. Tapi, aku sangat penasaran, siapa bos kalian?" tanya Bianca dengan tidak acuh.

"Kamu akan tahu setelah sampai nanti. Cepat turun!" desak pria botak itu.

"Huh! Kamu nggak berhak menyuruhku turun dari mobil!" Bianca menentang dengan berani.

"Kalau kamu begitu nggak tahu diri, jangan salahkan kami bertindak lancang!" ancam pria botak itu. Kemudian, dia melambaikan tangan untuk meminta palu besar dari anak buahnya.

Tepat ketika pria botak ini hendak menghancurkan jendela mobil, Luther tiba-tiba turun dari mobil.

"Nona Bianca, piaraanmu ini benar-benar pengecut. Aku belum mulai, tapi dia sudah ketakutan sampai pipis di celana. Masa kamu menyukai pria seperti ini?" ejek pria botak itu sambil tersenyum.

Bianca mengernyit tanpa mengatakan apa pun. Dia hanya mengulurkan tangan ke dalam tasnya.

"Kuberi kalian 5 detik, cepat pergi dari sini!" perintah Luther dengan dingin.

"Bocah, kamu tahu apa yang kamu katakan? Sok pahlawan! Kamu sudah bosan hidup, ya?" maki pria botak itu.

Begitu ucapan tersebut dilontarkan, terdengar suara pukulan yang nyaring. Luther telah melayangkan pukulan ke wajah pria botak itu.

Tenaga yang dikerahkannya sangat besar, sampai membuat wajah pria botak itu miring. Tubuhnya bahkan terhuyung-huyung dan tidak bisa berdiri dengan stabil.

"Berengsek, berani sekali dia menyerang! Ayo, bunuh dia!" Preman lainnya langsung menerjang saat melihat kejadian ini.

Luther sama sekali tidak takut. Dia maju selangkah untuk berhadapan dengan para preman itu.

Sosoknya sangat gesit, bagaikan hantu yang terus bergerak di antara kerumunan. Setiap kali mendekati seseorang, Luther pasti akan melayangkan pukulannya.

Plak plak plak ....

Seiring dengan suara yang nyaring ini, para preman bertubuh kekar itu dijatuhkan satu per satu oleh Luther hanya dalam waktu singkat.

Satu preman hanya mendapatkan satu pukulan. Proses ini pun berlangsung dengan sangat cepat.

Saat ini, si pria botak yang baru tersadar dari keterkejutannya benar-benar ketakutan. Dia sungguh tidak menduga bahwa pemuda yang dianggapnya pecundang ini ternyata begitu kuat.

Saudara-saudaranya yang begitu ganas itu bahkan tidak punya kesempatan untuk menyentuh Luther.

"Menarik juga," ujar Bianca seraya menyunggingkan senyuman. Matanya tampak berbinar-binar.

Seketika, dia meletakkan kembali pistol kecil yang disembunyikan di dalam tasnya.

Bianca awalnya mengira Luther akan disiksa oleh para preman ini. Siapa sangka, ternyata Luther begitu hebat.

Pemuda ini berhasil menjatuhkan sekelompok preman kekar dengan enteng. Kemampuan bertarung Luther ini sudah pasti di atas para pengawalnya.

Bukan hanya menguasai keterampilan medis, tetapi Luther juga tampan dan pintar bertarung. Benar-benar pria berkelas!

Ketika melihat Luther mendekatinya selangkah demi selangkah, pria botak itu pun panik. Dia berteriak, "Ja ... jangan mendekat! Jangan macam-macam denganku! Kalau kamu berani menyentuhku .... Argh!"

Sebelum selesai berbicara, Luther sudah meninju perutnya. Dia kesakitan hingga berlutut di tanah dan memuntahkan makanannya.

"Nona Bianca, silakan." Luther langsung berdiri di samping setelah memberi pelajaran kepada si pria botak.

"Terima kasih." Bianca mengangguk sambil menghampiri. Dia menatap pria botak itu dengan tatapan merendahkan, lalu bertanya, "Siapa bos kalian?"

"A ... aku ...." Pria botak itu terbata-bata.

"Nggak mau kasih tahu?" Bianca terkekeh-kekeh, lalu memungut sebilah pisau dan menodongkannya ke leher si pria botak. Kemudian, dia melanjutkan dengan sinis, "Kalau begitu, aku akan mencincangmu dengan pisau ini."

Selesai mengatakannya, Bianca pun mengangkat pisaunya dan hendak menebas kepala si pria botak.

"Ja ... jangan! Aku ... akan memberitahumu. Tuan Adi ... Tuan Adi Devano dari Grup Prosper!" jawab si pria botak yang akhirnya mengaku kalah.

Nyawanya sudah terancam, mana sempat dia memedulikan kesetiaannya lagi sekarang.

"Rupanya dia ...." Bianca terkekeh-kekeh dengan sinis, lalu memerintah, "Pulang dan beri tahu bosmu bahwa aku akan mengingat masalah hari ini. Kalau sudah senggang, aku akan mencarinya sendiri. Sekarang, bawa orang-orangmu dan pergi dari sini!"

"Ba ... baik!" Pria botak itu ketakutan hingga pipis di celana. Kemudian, dia buru-buru membawa para bawahannya pergi.

"Nona Bianca, kakekmu diracuni, lalu kamu bertemu dengan masalah seperti ini. Keduanya pasti saling berkaitan. Sepertinya, Tuan Adi ini bukan orang biasa," ujar Luther untuk memperingatkan.

"Adi hanya anjing gila, aku nggak takut. Tapi, masih ada seseorang di belakangnya. Supaya nggak membuat lawan berwaspada, aku akan membiarkannya dulu beberapa hari. Ketika saatnya tiba, aku akan menghancurkan mereka semua!" sahut Bianca sambil memicingkan matanya.

Bianca memilih untuk diam sementara waktu ini. Namun, begitu beraksi, dia akan langsung memberi pukulan yang fatal untuk lawannya!

"Baguslah kalau begitu." Luther menganggukkan kepalanya. Dia tidak tertarik untuk ikut campur dalam perselisihan seperti ini.

"Tuan Luther, kamu benar-benar tamu terhormat Keluarga Caonata. Kamu menolongku dan kakekku, entah bagaimana aku harus berterima kasih," kata Bianca dengan mata berbinar-binar.

"Hanya bantuan kecil, nggak masalah," timpal Luther.

"Ini adalah utang budi yang sangat besar, aku harus membalas kebaikanmu." Setelah terdiam sejenak, Bianca tiba-tiba tersenyum centil dan berkata, "Demi menunjukkan ketulusanku, gimana kalau ... aku menikah denganmu?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Edo Ponsel
ini cerita nya agak sama kayak cerita yang disebelah..tapi beda nama saja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikejar Lagi oleh Istri CEOku   Bab 2631

    Saat ini, asap hitam yang tebal memenuhi langit Kota Linaer. Jalanan yang sebelumnya ramai pun kini sunyi senyap dan udara penuh dengan bau gosong yang menyengat bercampur dengan bau darah dan busuk yang membuat orang merasa mual.Di pemakaman massal di arah barat daya kota, api masih membara dengan dahsyat sampai berderak dan melahap sisa-sisa kehidupan terakhir. Mayat-mayat hangus berwarna hitam berubah bentuk dalam kobaran api. Kadang-kadang, bahkan ada potongan tubuh yang belum terbakar sepenuhnya terjatuh dari tumpukan api sampai menampakkan tulang-tulang putih yang menyeramkan.Nolan yang berpakaian pelindung berdiri di puncak bukit dan menatap neraka dunia di depan dengan ekspresi datar. Ekspresinya yang tegas tidak menunjukkan emosi apa pun, seolah-olah yang terbakar di depannya bukan puluhan juta nyawa dan hanya rumput kering yang tak berarti. Noda darah merah di pakaian pelindung yang sudah lama mengering memantulkan kilau aneh di bawah sinar matahari."Pangeran Nolan, kami m

  • Dikejar Lagi oleh Istri CEOku   Bab 2630

    Wajah Naim tampak sangat buruk. Dialah sang pangeran, berada di posisi tertinggi, tetapi kini sorotan justru direbut oleh Misandari. Hatinya tentu saja tidak senang.Seandainya semua rakyat yang terinfeksi wabah itu mati, dia masih bisa dengan mudah menutup-nutupi kejadian ini dan menyembunyikannya rapat-rapat.Namun, karena ulah Misandari, semuanya menjadi kacau. Sekarang mau disembunyikan pun sudah tidak bisa lagi.Yang paling menyakitkan adalah semua rakyat diselamatkan oleh Misandari. Dengan perbandingan seperti itu, dirinya sebagai pangeran malah terlihat tak berguna. Hanya saja, meskipun kesal, dia tetap harus berpura-pura manis untuk saat ini.Hujan baru saja reda. Di atas reruntuhan Kota Wuga, uap lembap masih mengepul perlahan. Naim melangkah di atas lumpur menuju ke arah Misandari dengan senyuman hangat bagaikan angin musim semi di wajahnya."Misandari, lihat dirimu yang begitu berantakan, pasti sangat kelelahan. Ayo, ikut aku kembali ke perkemahan. Aku sudah minta juru masak

  • Dikejar Lagi oleh Istri CEOku   Bab 2629

    Saat hujan mulai reda, zona isolasi di balik tembok kayu sudah mulai terbentuk.Misandari melintasi gubuk-gubuk kecil dengan rok putih sederhana yang sudah ternodai darah dan lumpur hingga ke ujungnya. Dia bahkan tak sempat membersihkan sisa-sisa ramuan herbal di sudut bibirnya.Jarum perak di tangannya menusuk ujung jari ungu kehitaman seorang anak kecil. Dia menekan keluar setengah mangkuk darah hitam berbau busuk, lalu segera menuangkan ramuan hangat ke dalam mulut anak itu yang pecah-pecah karena dehidrasi."Barisan ketiga masih kurang 20 tandu lagi!" Dia berseru lantang, suaranya menjadi serak karena terus-menerus berteriak.Tak jauh dari situ, Luther tengah menggunakan cahaya emas untuk membakar luka busuk seorang pasien. Benang-benang cahaya itu menjalar di sela-sela daging dan kulit, membakar habis belatung-belatung yang menggeliat di dalamnya.Pria tua yang dirawat itu gemetar karena sakit, tetapi tetap menggigit erat batang kayu tanpa mengeluh. Dia melihat butiran keringat ya

  • Dikejar Lagi oleh Istri CEOku   Bab 2628

    "Rakyat rendahan ini benar-benar keterlaluan, berani-beraninya menyerang perwira Negara Drago. Aku pasti akan membuat kalian membayar mahal," ancam Damian dengan marah sambil terus memberontak setelah diikat para pengawal pribadi Misandari.Tanpa basa-basi, Misandari langsung mengangkat tangan dan menampar Damian beberapa kali sampai kepala Damian pusing, pipi bengkak, dan darah mengalir di sudut bibir. "Orang sepertimu juga pantas jadi perwira Negara Drago? Aku akan mencopot jabatanmu.""Mencopot jabatanku? Huh! Kamu pikir kamu ini siapa? Sungguh konyol," kata Damian yang sama sekali tidak takut. Dia ini orang kepercayaan Naim dan tidak ada yang berani mencopot jabatannya, selain pihak kerajaan."Berhenti!"Saat itu, tiba-tiba terdengar teriakan seseorang dari belakang, lalu terlihat Naim yang mengenakan pakaian pelindung dan sekelompok pasukannya bergegas menuju lokasi.Melihat situasi itu, ekspresi Damian langsung terlihat sangat gembira. "Hahaha .... Pangeran Naim sudah datang, kal

  • Dikejar Lagi oleh Istri CEOku   Bab 2627

    Dengan tetesan hujan bercampur bau amis darah yang menempel di wajahnya, Misandari menatap ke arah dinding kayu. Mendengar jeritan kesakitan yang terus bergema, dia tiba-tiba mencabut pedang panjang di pinggangnya. Pada saat itu, terlintas cahaya dingin dan kunci besi di dinding kayu pun langsung terputus.Misandari berteriak dengan nada yang sangat tegas, "Buka semua pintu dan pisahkan area isolasi. Yang sehat pindahkan ke tanah lapang di sisi timur, yang terinfeksi kumpulkan ke gubuk di sisi barat. Cepat!"Di ujung jari Luther, muncul tiga cahaya emas yang langsung memelesat dan menghantam bambu runcing di atas dinding kayu. Potongan-potongan bambu langsung terjatuh satu per satu, ini untuk mencegah para warga terluka saat memanjat dinding kayu.Para tenaga medis menerobos lumpur dan kerumunan, lalu menyalakan daun mugwort yang mereka bawa. Dalam sekejap, asap yang tebal serta menyengat membubung tinggi dan menekan penyebaran bau busuk."Ini ... obat?" tanya seorang pria kurus sambil

  • Dikejar Lagi oleh Istri CEOku   Bab 2626

    Saat Misandari dan Luther memimpin tim penyelamat dan tiba di kawasan kumuh Kota Wuga, mereka tak kuasa menahan keterkejutan atas pemandangan yang terbentang di depan mata.Di balik dinding kayu, tanah yang berlumpur telah menghitam dan memancarkan bau busuk akibat tercemar oleh berbagai kotoran.Rakyat berdesak-desakan di dalam seperti ternak yang dikurung. Mata mereka kehilangan cahaya kehidupan, yang tersisa hanyalah kekosongan dan keputusasaan.Banyak dari mereka mengenakan pakaian compang-camping, bahkan ada yang bertelanjang dada. Tulang-tulang menonjol membentuk bayangan menyeramkan di bawah cahaya remang-remang.Seorang kakek berambut putih meringkuk di sudut. Entah sejak kapan kedua kakinya telah membusuk, dipenuhi belatung putih yang menjalar di lukanya. Namun, dia tampak tak merasakan apa-apa, hanya terus-menerus memasukkan gumpalan tanah ke mulut dengan tangan kurus kering.Di sampingnya, seorang wanita muda memeluk erat anak kecil yang sudah tak bernyawa. Wajah sang anak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status