แชร์

03

ผู้เขียน: Eselitaa
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-21 17:14:54

Zayna berharap bertemu Zafran lagi saat pulang dari pekerjaannya tetapi sayang, Zafran tak terlihat lagi meski ibunya masih berada di rumah sakit.

“Zayna, kamu nggak seharusnya bersikap kayak gini,” batin Zayna.

Zayna mengumpulkan semangatnya lagi.

Zayna menjalani rutinitasnya seperti biasa setelah sampai di rumah. Teleponnya tiba-tiba berdering.

Itu dari Raisa. Semangat Zayna bertambah berkali-kali lipat.

“Assalamu’alaikum Zayna.”

“Wa’alaikumussalam Ra. Ada apa Ra?”

“Aku sudah tanyakan ke Bilal soal Zafran dan tentu saja, sesuai permintaan kamu, aku nggak sebutin namamu. Kata dia, mending menyerah saja Za.”

“Apa?” kaget Zayna.

“Zafran katanya sangat-sangat dingin, tertutup, kaku, pendiam, dan nyaris nggak pernah ikut nongkrong sama Bilal dan teman-temannya karena sibuk terus.”

Zayna sampai kehilangan kata-kata. Namun mengetahui kepribadian Zafran yang seperti itu, malah membuat Zayna ingin menikah dengannya.

“...Begitu ya?”

“Tapi jangan sedih dulu. Berdasarkan kepribadiannya, kemungkinan besar dia belum punya pasangan. Terus aku jadi kepikiran, kepribadian begitu, cocok sama kamu Za,” kata Raisa.

“Benarkah?” tanya Zayna.

“Kamu ingin mencari orang kayak dia kan? Kamu gadis yang baik, cantik, dan yang paling utama sholehah. Zafran ini terkenal alim.”

“Alhamdulillah.”

“Kamu bisa menempatkan diri di berbagai situasi sama halnya kayak Zafran ini,” kata Raisa.

“Aku bahkan nggak sadar kalau diriku kayak gitu, Ra. Makasih banyak infonya Ra. Aku cuma mau tahu saja kok,” kata Zayna.

“Jangan menyerah, Za! Kabari aku lagi kalau memang ingin serius sama dia nanti aku coba bicarakan ke Bilal,” kata Raisa.

“Terima kasih banyak sekali lagi, Ra,” kata Zayna.

“Oh ya, aku dapat salah satu akun sosial medianya juga. Coba lihat-lihat dulu. Aku kirimkan ke kamu ya!”

“Terima kasih banyak.”

Setelah selesai mengobrol, Zayna langsung memeriksa akun sosial media milik Zafran. Dia sedikit terkejut.

Postingan-postingan Zafran berkaitan dengan arsitektur. Tidak ada foto Zafran sama sekali. Bahkan foto profilnya gambar pemandangan alam.

“Jadi dia seorang arsitektur ya?” bisik Zayna.

“Zayna!”

Maisha membuka pintu kamar adiknya. Zayna terlonjak kaget dan langsung menyembunyikan ponselnya dibelakang punggungnya.

Maisha menyipitkan kedua matanya.

“Aku bilangin abi sama umi ya!”

Maisha langsung melakukannya.

Zayna buru-buru menghapus riwayat pencarian akun Zafran kemudian menuju ke orang tuanya. Orang tuanya malah mencarinya.

“Zayna, ayah sama ibu nggak melarang kamu jatuh cinta tetapi jangan sampai kamu menjadi berlebihan sehingga mengabaikan semua prinsip yang kamu pegang,” kata Hadi.

Zayna menundukkan kepalanya dan meminta maaf.

“Aku bahkan nggak pernah membayangkan kamu bakal menyembunyikan ponselmu dariku, Za,” kata Maisha.

“Aku malu kak,” elak Zayna.

Maisha mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia mencoba menenangkan kedua orang tuanya.

“Abi, umi, Zayna ini baru pertama kali tertarik sama lelaki jadi wajar kalau dia begitu bukan? Meskipun dia harus memperbaikinya karena dikhawatirkan dia berubah pikiran mengambil jalan yang berbeda dengan yang dia jalani sekarang.”

“Enggak! Mudah-mudahan aku masih teguh pendirian!” ucap Zayna.

“Kapan-kapan ayah akan bicara sama teman kamu itu terkait lelaki ini,” kata Hadi.

Kedua mata Zayna berbinar-binar. “Terima kasih banyak ayah.”

“Apakah aku akan didahului Zayna ya?’ tanya Maisha mencoba bercanda.

“Hah?’ Zayna menoleh ke kakaknya itu.

“Oh ya, kamu belum tahu ya? Kakak sengaja menyembunyikan berita ini untuk surprise kamu,” kata Maisha.

“Kasih tahu aku!” pinta Zayna cepat.

“Sebentar lagi aku bakal bertunangan,” ucap Maisha.

“Alhamdulillah!” Zayna berhamburan memeluk Maisha.

Maisha juga membalas pelukan Zayna erat.

Summayah dan Hadi tersenyum lembut menyaksikan kedua putri mereka.

“Maisha, Zayna, saat kalian sudah menikah, kalian harus berbakti sama suami kalian. Prioritas kalian bukan lagi abi sama umi tetapi suami kalian,” kata Summayah.

Maisha menganggukkan kepalanya. Sementara Zayna justru terdiam.

“Zayna, kamu pernah bilang nggak mau menjalin hubungan dulu sebelum jadi dokter spesialis jantung tetapi kamu sudah berubah pikiran ya?” tanya Hadi.

“Nanti kalau suamimu minta kamu berhenti jadi dokter spesialis jantung, kamu sudah siap kan?” tanya Summayah.

“Kenapa pertanyaan ibu begitu? Jangan tanya begitu dong!” kata Zayna.

Hadi dan Summayah cuma tersenyum.

“Ngomong-ngomong, calon tunangan kamu siapa kak? Kayak apa?” tanya Zayna.

“Rahasia! Nanti kalau dia datang kesini juga kamu tahu,” kata Maisha.

“Jadi makin penasaran. Apakah dia seorang ustads? Direktur? Manajer? Guru?” tanya Zayna.

“Berhenti menebak!”

Zayna terkekeh.

Keesokan harinya, Zayna tidak sabar bekerja. Dia menutup wajahnya. Padahal kemarin baru saja dinasehati oleh orang tuanya dan kakaknya agar senantiasa menjaga pikirannya tetapi baru mau berangkat sudah kepikiran Zafran.

“Kalau sudah menikah, memikirkannya malah jadi pahala kan?” batin Zayna.

Zayna tidak lagi bertemu Zafran.

Namun ketika akhirnya dia bisa beristirahat dan hendak sholat Dzuhur bersama Nadira, dia tidak sengaja melihat Zafran duduk di depan ruangan tempat ibunya dirawat.

Zayna memperhatikan dari kejauhan.

Zafran sibuk bermain ponsel.

Tiba-tiba terdengar suara adzan.

Zafran langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan pergi.

Sementara Zayna sibuk memperhatikan Zafran, Nadira sibuk mengobrol dengan dokter lain.

Zayna mengajak Nadira untuk cepat dan menyapa dokter di hadapannya.

“Kami pergi sholat dulu,” kata Zayna.

Ketika Zayna melangkah ke masjid terdekat, terlihat seorang wanita dan seorang gadis keluar dari ruangan tempat ibunya Zafran dirawat.

Jantung Zayna yang berdebar kencang saat memperhatikan Zafran, menjadi tidak nyaman.

Siapa wanita itu?

Apa hubungannya sama Zafran?

Zayna curiga Zafran sudah menikah.

Lelaki itu tampak mapan, alim, wajar jika dia sudah menikah dan punya anak.

Wanita itu cantik, mengenakan kerudung panjang, dan gadis kecil yang digandengnya juga persis Zafran.

Wanita itu tersenyum ramah pada Zayna dan Nadira saat mereka berpas-pasan.

Zayna terpaku.

Zayna seketika merasa kalah.

Perasaan Zayna menjadi campur aduk.

Disaat dia akhirnya tertarik pada seseorang, kenapa malah jadi seperti ini?

“Aku harusnya nggak boleh mengeluh,” batin Zayna.

“Tapi kenapa hatiku jadi sakit banget?” batin Zayna.

Zayna kerap dicurhati oleh teman-temannya perihal masalah dengan pasangan mereka. Zayna yang tidak pernah menjalin hubungan dengan seseorang, kadang bingung menanggapi.

Ternyata mungkin yang merasa rasakan sakit hati seperti ini. Zayna tidak menyangka bakal merasakannya juga.

Zayna menggelengkan kepalanya.

“Raisa bilang dia belum punya pasangan kan? Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sulit dipercaya dia belum punya calon. Pastinya banyak banget yang ngejar-ngejar dia. Dia itu tipikal yang nurut banget sama ibunya kayaknya,” batin Zayna.

Ekspresi Zayna pasrah.

“Wanita tadi, tunangannya si lelaki itu bukan ya?” tanya Nadira.

Sejak tadi, Zayna bahkan tidak bisa fokus pada ucapan Nadira. Tapi begitu menyangkut Zafran, dia seperti dtarik lagi kesadarannya ke kenyataan.

“Nggak tahu juga,” jawab Zayna.

“Jangankan tunangan. Wajar kalau sudah menikah dan punya anak,” kata Nadira.

Zayna terdiam.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   13

    "Zayna, tolong siapkan alat USG portable dan catat vital signs. Kita mulai dari auskultasi jantung dulu."Zayna segera bergerak. Ia membantu Bu Hafsah duduk tegak dengan hati-hati—wanita itu masih tampak lemah setelah dua hari pasca-operasi bypass jantung. Dengan lembut, Zayna memasang elektroda baru di dada pasien untuk EKG dan menyiapkan stetoskop steril.Dr. Ardea mencondongkan tubuh sedikit, mendengarkan detak jantung dengan penuh konsentrasi."Tarik napas dalam, Bu. Bagus... murmur sistoliknya sudah berkurang signifikan. Graft-nya bekerja baik," ujarnya datar namun puas.Zayna mencatat hasil vital signs: tekanan darah 120/80 mmHg, saturasi oksigen 98%, nadi 78 kali per menit, reguler.Setelah itu, Dr. Ardea mengambil probe USG dan memeriksa area jantung melalui layar monitor, sementara Zayna berada di sisi lain ranjang, memastikan pasien tetap nyaman."Alirannya bagus. Tidak ada tanda kebocoran atau trombus. Jika stabil hingga besok, boleh mulai latihan pernapasan dan duduk lebi

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   12

    Langit menghampiri Zayna dan Nadira yang tengah mengobrol.Nadira cukup terkejut dan langsung menyapa Langit. Zayna juga menyapa tetapi tidak seperti Nadira.“Selamat pagi dokter,” sapa Nadira.“Eh ada Dokter Langit,” kata Zayna.“Pagi-pagi sudah panas banget obrolannya. Ngobrolin apa kalian?!” tanya Dokter Langit dengan nada ramah tetapi tatapannya tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran.Nadira cuma cengengesan. Berbeda dengan Zayna yang malah menundukkan kedua matanya dan benaknya mulai mencari-cari topik apa yang cocok untuk diberikan kepada Dokter Langit.“Bukan apa-apa kok dokter. Iya kan Zayna?!” tanya Nadira.Zayna menoleh cepat ke Nadira.“Kalau jawab begitu, dokter Langit malah jadi semakin curiga Nad,” batin Zayna.“Lagi ngobrolin soal ke luar negeri,” jawab Zayna.“Begitu. Kirain ngobrolin soal surat hitam yang kemarin.”Zayna dan Nadira langsung saling pandang.Zayna tersipu malu dan mulai mengeluh.“Surat hitam apa dok?!” tanya Zayna.“Itu dari kamu kan Zayna? Aku tahu

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   11

    "Hush, jangan sembarangan kalau bicara." Zayna sampai menyenggol lengan Nadira. Nadira menatap Zayna dengan sedikit kejengkelan di wajahnya dan lelah. Bagaimana tidak lelah, Nadira tahu betul temannya itu memang tipe yang tidak peka. Nadira pikir, Dokter Langit sudah cukup lama memendam perasaan pada Zayna tetapi karena Zayna bukan gadis yang mudah, seolah-olah Dokter Langit tidak punya jalan untuk mendekati Zayna. Nadira sempat mendengar rumor dulu ketika Zayna baru pertama kali masuk rumah sakit ini. Orang-orang mengatakan tatapan Dokter Langit pada Zayna berbeda. Ketika jam istirahat tiba, Nadira yang sedang datang bulan, memutuskan untuk menyerahkan surat dari Zayna kepada Zafran. Namun yang dia temukan malah orang lain. Namun Nadira bersyukur. Nadira tidak tahu apakah dia bisa menghadapi Zafran secara langsung atau tidak. "Permisi, bu," sapa Nadira pada wanita yang duduk di ruang tunggu itu. Wanita itu menoleh ke Nadira dan langsung berdiri. Anak disampin

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   10

    Malam itu, Zayna tidak bisa berhenti gelisah. Namun ada perasaan bahagia. Tentu saja alasannya karena Zafran. Tak pernah Zayna sangka akan tiba dimana Zafran menanyakan perihal nomor Dokter Ardea. Bahkan jika dia sangat pemalu, sulit dipercaya melakukannya di hadapan teman-teman mereka. Bahkan ketika Zafran digoda, pria itu tidak memberika. reaksi apapun. Zayna sudah berkali-kali menenangkan diri tetapi hasilnya tetap saja. Zafran seperti terus-menerus menghantui pikirannya. Akhirnya Zayna memutuskan untuk menulis surat. Untuk Zafran, Assalamu'alaikum. Pertama-tama, saya ingin memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama Saya Zayna. Seperti yang anda tahu, saya bekerja di rumah sakit tersebut sebagai dokter umum. Mungkin anda belum tahu ini tetapi saya adalah teman alias sahabatnya Raisa, tunangan teman anda, Bilal. Saya sempat melihat anda waktu itu. Bukan karena saya berniat memperhatikan, tapi karena pandangan saya—entah bagaimana—terhenti pada sosok anda. Se

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   09

    Semua yang ada di meja makan menatap Zayna. “Maaf,” bisik Zayna seraya mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan mulutnya serta pakaiannya yang basah. Zayna juga mengelap meja yang basah. “Nggak perlu terkejut sampai seperti itu, nak,” ucap Ibunya Langit dengan nada rendah. Barangkali supaya Zayna lebih tenang. Tetapi mana mungkin Zayna bisa lebih tenang. Gadis itu menatap Langit meminta penjelasan. Zayna menjadi merasa seperti dijebak. Bagaimana tidak, ketika sebelumnya ibu Langit bicara soal calon istri, Langit tidak mengatakan apapun. Sekarang untuk yang kedua kalinya, Langit juga diam. Zayna tidak punya pilihan lain. Bagaimanapun dia harus mengatakan yang sebenarnya meskipun mungkin akan melukai perasaan Ibunya Langit. “Maaf, tetapi saya bukan calon pasangan Dokter Langit. Saya cuma temannya. Dokter Langit sudah sering bantu saya dan dia mengajak saya ke rumahnya karena beliau pernah silaturahmi juga ke keluarga saya,” ucap Zayna ramah. Wajah ibu Langit langsung

  • Dikejar Lelaki Dingin yang Menolakku   08

    "Kenapa kamu tiba-tiba mempertanyakan itu?" Langit terlihat penasaran. Zayna terdiam sejenak sambil berpikir mungkin saja Langit merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut karena dianggap mengusik privasinya. "Gak ada dokter. Saya minta maaf. Saya tarik kembali pertanyaan saya," kata Zayna cepat. "Ayolah. Aku serius penasaran tahu." Zayna melirik ke arah lain, tampak ragu-ragu menjawab karena menurutnya Langit seperti tersinggung tetapi berusaha menahan amarahnya dan sepertinya dia akan meledakkan amarahnya kalau dia salah menjawab. "Karena Dokter Langit sudah banyak bantu saya jadi saya juga ingin bantu dokter Langit." "Apa hubungannya sama pasangan?" "Mungkin saja dokter ingin saya carikan pasangan hehe. Teman saya alhamdulillah cukup banyak.” “Menurut kamu banyakan teman kamu atau temanku?” tanya Dokter Langit tak lagi tersenyum. Zayna sadar bahwa keputusannya mengenalkan Dokter Langit dengan temannya adalah keputusan yang salah. Lagi pula sulit diperca

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status