“Si-siapa wanita ini?” tanya Khayra. Kaivan membawanya ke sebuah rumah sederhana yang penuh penjaga, dan di salah satu kamarnya, ada seorang wanita paruh baya yang dikurung di sana dengan fasilitas memadai. “Dia adalah, Marlina. Orang yang sangat mengenal Andi, dia adalah Bibi kandung dari Andi,” ucap Kaivan membuat Khayra kaget. “Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku? Kenapa kamu menahanku di sini?” tanya Marlina terlihat emosi. “Dengar, anak muda. Aku sudah tidak ada urusan lagi dengan si Andi, pria tamak dan tidak tahu diri itu. Dia sudah dibuang dari kartu keluarga,” ucap Marlina. Kaivan memberi kode dengan matanya pada Khayra. Membuat wanita itu berjalan mendekati Marlina. “Sekarang anda mengatakan sudah tidak ada hubungan apa pun dengan Andi. Lalu bagaimana dengan 12 tahun yang lalu?” tanya Khayra membuat Marlina mengernyitkan dahinya. “Apa yang mau kalian ketahui dariku?” tanya Marlina. “T
“Sekarang kita akan pergi liburan. Berbahagialah dan lupakan semua beban masalahmu, sebentar saja,” ucap Kaivan membuat Khayra menoleh ke arah pria itu. Saat ini, mereka sedang berada di dalam pesawat bersama tim divisi mereka. Kaivan duduk berdampingan dengan Khayra. “Ya, aku ingin melakukannya, tetapi sulit sekali mengenyahkan perkataan Marlina dari kepalaku,” ucap Khayra. “Tapi, kamu jangan terbebani dan nikmatilah liburanmu.” Kaivan tersenyum sambil mencubit pipi Khayra. “Benar-benar istri yang perhatian,” seru Kaivan membuat Khayra mencibirnya. “Tidurlah, perjalanannya masih lama,” ucap Kaivan. “Wah, tidak sangka, pak Bos galak bisa seperhatian itu,” kepala Sunny dan Nita muncul di belakang kursi mereka. “Tidak masalah, kan. Perhatian dengan istri sendiri?” tanya Kaivan melirik ke arah mereka. “Ah, bahagia banget rasanya jadi istri pak Kaivan ini, iya gak, Ra?” goda Nita membuat Khayra melihat ke ara
“Ugh!” Khayra terbangun dari tidurnya. Dia kaget saat menyadari dirinya berada di dalam pelukan seseorang. Bahkan pria di depannya tidur tanpa mengenakan pakaian bagian atas. Dengan cepat, Khayra menarik tubuhnya menjauh, tetapi pelukan pria itu bukannya melonggar malah semakin erat dan menarik Khayra semakin menempel ke dada bidangnya. Kini tepat di depan mata Khayra adalah dada bidang yang kekar dan hangat. “Sebentar saja, aku masih mengantuk,” bisik pria itu memeluk Khayra. Sebenarnya posisi seperti ini adalah posisi paling nyaman dan Khayra pun sangat menikmatinya. Dia merasa terlindungi, dikasihi, dan merasakan kehangatan yang menyentuh hatinya. Karena terlalu nyaman, dia pun kembali terlelap dalam dekapan Kaivan. Tok! Tok! Tok! Ketukan di pintu membuat mereka berdua terbangun dari tidurnya. “Ugh sial! Siapa yang mengganggu,” keluh Kaivan. “Pak Kaivan! Khayra!” itu adalah teriakan dari Nita
“Pak, setelah dari sini, kita belanja, ya,” seru Sunny menyadarkan keterpakuan Khayra dan Kaivan. “Ya, kita lanjut keliling dulu. ada tempat lain yang harus kalian lihat di sini,” ucap Kaivan berjalan lebih dulu diikuti yang lain. Sedangkan Khayra masih terdiam di tempatnya dengan tatapan yang tertuju pada punggung Kaivan. tidak menyangka kalau ternyata orang yang menyebabkan trauma para Kaivan adalah Yuda. Entah apa alasannya, Khayra tahu kalau Yuda tipe pria yang memiliki obsesi besar dan temperamen jelek, tidak jarang Khayra mendapat bentakan dan hampir terkena pukulannya. Tetapi Khayra tidak menyangka kalau hal itu sampai membuatnya melakukan hal yang mengerikan. Bagaimana kalau saat Yuda mendorong Kaivan di usia itu, Kaivan tidak selamat dan meninggal dunia. ‘Apa Yuda memang berencana membunuh Kaivan?’ batin Khayra. “Ra, ayo cepat!” panggil Sunny menyadarkan Khayra. “Iya,” jawab Khayra berlari cepat ke arah rombongannya.
“Akhirnya sampai juga, lelah sekali rasanya,” keluh Khayra yang langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang saat sampai dari ke kamar hotel. “Tidak mandi dulu?” tanya Kaivan. “Rasanya seluruh tubuhku remuk,” keluh Khayra. “Aku akan menggendongmu dan mandi di dalam jacuzzi. Kamu mau?” tanya Kaivan membuat Khayra terdiam beberapa saat seakan berpikir keras. “He ... he ... sebegitu takutnya aku terkam. Aku hanya akan membantumu mandi, hanya mandi,” ucap Kaivan penuh penekanan. Khayra terkekeh dengan rasa malu. Dia pikir Kaivan tidak akan menyadarinya. “Kamu itu terlalu polos dan tidak akan bisa mengelabuiku. Keliatan sekali dari wajahmu,” ucap Kaivan membuat Khayra tersenyum. “Ayo, aku bantu kamu untuk mandi.” “Aku mandi sendiri saja,” jawab Khayra bangkit dari posisinya. “Kenapa? kamu takut padaku? Takut aku terkam?” tanya Kaivan. “Tidak, bukan seperti itu. Aku hanya merasa mal
“Sial!” amuk Yuda saat melihat media sosial milik Kaivan. Kakak sepupunya itu mengganti profilnya dengan foto dirinya bersama Khayra. Yuda mendadak tidak mood untuk bekerja. “Sialan, Kaivan! kau merebut semua yang harusnya menjadi milikku!” gumam Yuda mengepalkan kedua tangannya dengan erat. “Aku harus merencanakan sesuatu untuk memisahkan mereka dan menghancurkan Kaivan. Tidak peduli apa pun yang terjadi, yang jelas, Khayra harus kembali padaku. Dan posisi direktur utama harus jadi milikku!” gumam Yuda penuh rencana jahat di kepalanya.*** Tepat pukul tujuh malam waktu Turki. Mereka sampai di pinggir jembatan Canakkale. "Waw! Panjang sekali jembatannya," ucap Nita sambil tangan kanan di tempelkan di dahi seolah-olah sedang mengamati sesuatu dengan serius. Jembatan Canakkale merupakan jembatan gantung di provinsi Canakkale yang menyebarangi selat Dardanelles. Bukan hanya panjang, tapi keindahan jembatan ini jika dipandang da
“Tapi ini untuk apa, Ma?” tanya Ziya pada Ratna. Saat ini Ziya dan Ratna sedang berbelanja di sebuah mall besar. Ziya mendapatkan black card dari Yuda karena Yuda tidak mau mengantar Ziya untuk belanja perlengkapan bayi. “Kamu itu bodoh atau apa sih. Itu nanti kamu kasih untuk mertuamu. Bukankah dia sangat suka mengoleksi parfum, dan yang ini hadiahkan pada ibunya Kaivan. Katamu, si Khayra dan suaminya sibuk liburan terus, bukan. Jadi ini kesempatan kamu untuk mendekati mereka dan hasut keduanya untuk berada di pihakmu. Buat dukungan sebanyak-banyaknya di keluarga Dirgantara. Jangan biarkan Khayra menguasai keluarga Dirgantara,” ucap Ratna. Ziya tersenyum penuh rencana jahat. “Mama benar, aku harus mendekati mereka dan menghasut mereka untuk semakin membenci si jalang itu. Dia pikir, dukungan suaminya saja cukup. Aku akan buat dia lebih menderita di kediaman Dirgantara!” Ziya menatap dua parfum keluaran terbaru brand terkenal dengan penuh rencan
“Tidak ada pak Kaivan, berasa sepi banget, ya.” Sunny berkomentar. “Benar sekali. Tidak ada semangat untuk bekerja,” keluh Nita. “Kembali bekerja. Jangan sampai pengganti pak Kaivan meremehkan pak Kaivan karena pekerjaan kita tidak selesai,” ucap Rizal. “Benar. Karena dia pasti akan melakukan pemeriksaan pada hasil kinerja kita selama bersama pak Kaivan,” ucap Cecep. “Eh Khayra, sekarang Pak Kaivan kerja di mana? Dia gak jadi pengangguran, kan?” tanya Nita. “Tidak kok. Dia kembali bekerja di perusahaan keluarganya,” jawab Khayra. “Maksudmu, dia jadi Direktur atau CEO?” tanya Nita sangat kepo. “Ya, begitulah,” jawab Khayra. “Pak Kaivan itu dari keluarga Dirgantara. Kalian tahu, bukan Dirgantara group yang memiliki banyak anak perusahaan di bidang tertentu. Dia seorang crazy rich,” ucap Cecep. “Serius?” Nita sangat terkejut. “Haduh, ke mana saja, Neng. Padahal sudah lama kami ta