Share

Bab 6 : Lamaran

          “Bagaimana kalian bisa bersama?”

          Yuda melihat ke arah Khayra dan Kaivan secara bergantian. Khayra sendiri tidak bisa berkata-kata, hatinya bergemuruh karena emosi. Seikhlasnya dia menerima kenyataan, tidak membuatnya melupakan dan memaafkan pengkhianatan yang sudah dilakukan pria di depannya itu.

          “Khayra, ada hubungan apa kamu dengan Bang Kai? Apa semua ini?” tanya Yuda mendekati Khayra, tetapi baru saja akan melangkah, Kaivan menahan dada pria itu dengan telapak tangannya.

          “Jangan coba-coba mendekatinya,” ucap Kaivan yang kini berjalan ke samping Khayra yang masih berdiri di tempatnya.

          Kaivan tahu kalau tubuh Khayra bergetar dengan kedua tangan yang mengepal. Wanita itu sedang menahan dirinya dari rasa sakit, amarah dan dendam. Dengan lembut, Kaivan merangkul Khayra dan menarik tubuhnya untuk semakin rapat dengannya.

          “Kamu bisa lihat bagaimana kedekatan kami, Yuda,” jawab Kaivan dengan sorot mata tajam.

          “Khay? Apa semua itu benar? Kamu dan Bang Kai?” tanya Yuda berusaha meyakinkan dirinya.

          “Hubungan kita sudah berakhir. Kamu tidak berhak menanyakan kehidupan pribadiku,” jawab Khayra.

          “Aku perlu tahu, Khay.” Yuda masih dengan keteguhannya.

          “Kita pergi dari sini,” pinta Khayra di mana terlihat bias kaca di kedua mata gadis itu.

          “Ya,” jawab Kaivan.

          Tanpa kata, Kaivan membawa Khayra meninggalkan Yuda di sana.

          “Khayra, aku butuh penjelasanmu. Bagaimana kamu bisa pergi begitu saja?” panggil Yuda.

          Kaivan dan Khayra sudah berlalu pergi meninggalkan Yuda yang terlihat sangat emosi.

          Di dalam mobil, Khayra menangis terisak dan Kaivan tidak mempermasalahkan itu. Dia mengambil tissue dan memberikannya pada Khayra yang menangis.

          “Kapan kamu akan berhenti menangis. Sudah lima menit aku menunggumu berhenti menangis,” ucap Kaivan terlihat jengah.

          “Maafkan aku, bisakan kamu mengantarkanku pulang,” pinta Khayra.

          “Apa kamu akan terus menerus menangisinya, Khayr?” tanya Kaivan.

          “Bapak tidak tahu bagaimana sakitnya. Lima tahun bukan waktu yang singkat, kami melewati banyak ujian dan kesulitan,” isak Khayra.

          “Dan akhirnya dia meninggalkanmu setelah sukses. Ayolah, Khayr, jangan membodohi dirimu sendiri,” ucap Kaivan.

“Bodohnya aku, aku menganggap kalau dia adalah rumah untukku berlindung dan bernaung, tetapi ternyata dia hanya singgah. Rasa sakitnya, benar-benar membuat hatiku hancur lebur,” ucap Khayra.

“Yang terbaik tidak akan pergi. Jika dia pergi, berarti dia bukan yang terbaik untukmu. Pahamilah metode itu, jangan terlalu lemah jadi manusia,” ucap Kaivan. “Bebanmu tidak banyak. Hanya saja kamu yang lemah. Semakin kamu lemah, bebanmu akan semakin berat dan kamu akan semakin kesulitan. Lalu kapan kamu akan bangkit dari semua keterpurukan dan trauma ini?”

Kaivan menatap Khayra dengan intens. Tatapan mereka terpaut satu sama lain. Di sana, Khayra tidak bisa berkata apa-apa selain isakan tanpa suaranya, sorot mata tajam Kaivan yang entah kenapa menenangkan.

“Boleh aku minta peluk, sebentar saja,” gumam Khayra.

Kaivan bergerak mendekat dan membawa Khayra ke dalam pelukannya. Pria itu membelai lembut kepala Khayra dan menyalurkan kehangatan untuk menenangkan gadis itu.

***

          “Kamu sudah pulang, Kakak?” panggil Ziya yang awalnya sedang fokus memainkan ponselnya. Melihat Yuda masuk ke kamar, secepat kilat, wanita itu menyimpannya di laci dan bergegas mendekati Yuda.

          “Aku bantu buka kemejanya,” ucap Ziya di mana kedua tangannya sudah akan menyentuh kemeja Yuda.

          “Tidak perlu,” jawab Yuda dengan sangat dingin. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil pakaian tidurnya dari lemari.

          Ziya hanya bisa memandang pintu kamar mandi dengan tatapan nanar.

          Sejak mereka menikah, Yuda sama sekali tidak menganggapnya. Mereka berada di satu ruangan yang sama tetapi sangat asing, bahkan setiap malam Yuda memilih tidur dengan memunggunginya. Entah apa yang dia lihat di layar ponselnya, sampai betah berjam-jam dan mengabaikan Ziya yang merupakan istrinya.

          “Sampai kapan kamu akan mengabaikanku, Kak Yuda?” gumam Ziya menyeka air matanya seraya mengusap perutnya yang masih datar.

***

          Khayra sangat kaget saat melihat kedatangan Kaivan di rumahnya.

          “Pa-“

          “Panggil namaku,” ucap Kaivan.

          “Kenapa kamu datang malam-malam begini?” tanya Khayra cukup kaget melihat kedatangan Kaivan di rumahnya.

          “Om dan Tantemu ada?” tanya Kaivan.

          “Um, ada. Silakan masuk.” Khayra mempersilakan Kaivan untuk masuk. Kemudian dia beranjak masuk ke dalam rumah untuk membuatkan minum dan memanggil om dan tantenya.

          Tante Ratna, Om Andi, Khayra sudah duduk di ruang tamu dan menunggu Kaivan membuka suaranya.

          “Om, Tante, alasan saya datang kemari adalah untuk melamar keponakan kalian, Khayra,” ucap Kaivan dengan tegas.

          Ratna dan Andi saling beradu pandang. Kedatangan Kaivan sangat mendadak, dan dia datang untuk melamar keponakan mereka, Khayra.

          “Kalau boleh Tante tahu, apa kalian sudah lama saling kenal?” tanya Ratna.

          “Sudah dua tahun,” jawab Kaivan. “Khayra dan saya bekerja di tempat yang sama. Saya adalah manager dari Khayra,” jawab Kaivan tampak serius.

          “Jadi, apa jawaban dari lamaran saya? Kalau Om dan Tante menerima, maka saya akan segera datang bersama orang tua saya,” tutur Kaivan.

          Khayra memandang Kaivan, pria itu terlihat serius dan tidak terlihat sedang berakting.

          “Khayra, bagaimana pendapat kamu? Om dan tante di sini sebagai wali kamu. Semua keputusan ada di tanganmu, dan kami akan selalu mendukung apa pun jawaban darimu,” ucap Andi.

          Khayra melihat kembali ke arah Kaivan, kemudian Om dan Tantenya.

          “Ya, saya menerimanya,” jawab Khayra dan itu membuat Ratna kaget mendengarnya. Ratna menatap Khayra dengan penuh kekhawatiran.

          “Kamu yakin, Khay? Coba pikirkan lagi baik-baik,” ucap Ratna.

          “Aku sudah yakin, Tante.”

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Elvi Yonafrita
Tante nya gak tau ajah mereka berdua khayra dan kaivan sdh tanda tangan kontrak buat nikah karena buat balas dendam ke yuda
goodnovel comment avatar
Febrin Fifys Mara
semua keputusan ada ditangan lmu khayr aku yakin kok ini yg terbaik...
goodnovel comment avatar
Yanti Wijaya
Gercep bgt pak bos sy suka gaya mu lanjutkan....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status