Share

Bab 5 : Syarat dari Khayra

“Kamu sudah menunggu lama?” tanya Kaivan yang menemui Khayra di sebuah restoran yang berada tidak jauh dari kantor. 

“Tidak, Pak.”

“Sudah pesan makan?” tanya Kaivan.

“Sebelum makan, aku ingin membahas syarat-syarat dariku,” ucap Khayra merogoh sebuah amplop dari tasnya dan menyerahkannya pada Kaivan.

Kaivan membuka amplop dan membaca isi surat kontraknya itu. “Syarat yang pihak kedua ajukan : Pertama, Menghargai keputusan dan kehidupan pribadi masing-masing pihak. Kedua, Pihak kedua tidak akan melakukan tugas seorang istri yang melayani suaminya. Ketiga, Setelah pihak kedua hamil, maka pihak pertama tidak berhak menyentuh pihak kedua. Keempat, Pihak kedua tidak mau berhenti bekerja di Perusahaan. Kelima, Menjaga kesetiaan selama pernikahan masih berlangsung. Keenam, Langsung gugat perceraian saat bayi sudah lahir. Ketujuh, Bayi akan bersama pihak kedua sampai usia minimal lima tahun.”

“Aku tidak setuju,” ucap Kaivan saat membaca isi syarat itu.

“Bagian mana yang tidak kamu setujui?” tanya Khayra.

“Poin ketiga, poin keenam dan poin ketujuh. Aku yang menawarkan, jadi aku yang menentukan kapan pernikahan itu akan berakhir,” ucap Kaivan.

“Kenapa begitu, aku tidak mau.”

“Khair, pernikahan ini tetap sah di mata Negara dan agama, jadi aku ingin kita tetap melakukan kegiatan layaknya pasangan suami istri, sebelum jatuhnya gugatan cerai,” ucap Kaivan.

“Aku akan menjamin semua keperluanmu, kamu mau bekerja atau tidak, aku tidak akan mempermasalahkannya. Aku akan membantumu membalaskan dendam pada Yuda dan Ziya, sebagai gantinya lakukan apa yang aku minta,” ucap Kaivan.

“Lalu kamu ingin pernikahan kita berakhir kapan?” tanya Khayra.

“Yang pasti setelah anak yang aku inginkan hadir ditengah-tengah kita. Dan dia harus dirawat olehku,” ucap Kaivan terlihat keras kepala.

Khayra menghela napasnya. “Baiklah,” jawab Khayra.

“Besok kita temui pengacaraku dan memperbaiki surat kontrak ini,” ucap Kaivan.

Tidak ada pilihan lain untuk Khayra selain menyetujuinya. Dia sudah menerima penawaran ini dan dia tidak bisa mundur lagi. Setidaknya, sakit hatinya akan segera terbayarkan.

*** 

Khayra berada di antara dua makam dengan rumput hijau. Tertulis nama orang tua Khayra di batu nisan.

“Ma, Ayah, Khayra datang,” ucap Khayra. “Awalnya Khayra tidak tahu bagaimana ke depannya. Khayra tidak lagi memiliki tujuan hidup, orang yang sangat Khayra percaya pun dengan tega mengkhianati dan membohongi Khayra. Sebenarnya, Khayra tidak memiliki lagi keberanian untuk melanjutkan hidup dengan pria lain, karena rasa trauma ini. Tapi, setelah Khayra pertimbangkan lagi, Khayra perlu membalaskan dendam sakit hati ini pada mereka yang sudah melukai dan menghancurkan hidup Khayra.”

“Ma, Ayah, kalian pernah berkata. Maafkanlah semua kesalahan orang lain, jadilah orang yang baik supaya mendapat karma baik. Tetapi lihatlah sekarang, hidupku hanya dimanfaatkan, kebaikanku diremehkan oleh mereka.” Khayra menitikkan air matanya saat mengatakan hal itu, mengingat bagaimana Tante dan Pamannya yang tidak memaksanya untuk membatalkan pernikahan tanpa menuntut apa pun pada Yuda. Bahkan mereka dengan teganya menggunakan semua persiapan yang sudah disiapkan Khayra untuk pernikahannya dengan Yuda. Mulai dari MUA yang sudah masuk uang muka, mereka dengan tanpa malu meneruskannya. Semua yang sudah disiapkan Khayra digunakan, hanya saja pengantin perempuannya saja yang berubah, bukan lagi Khayra. 

Ya, setega itulah mereka, orang-orang yang berkata sangat menyayangi, berjasa karena memberi makan dan tempat tinggal setiap hari. 

“Untuk kali ini, biarkan Khayra membalaskan dendam, Ma, Ayah. Ijinkan Khayra membalaskan sakit hati ini, walau ini salah. Mungkin dengan begini, aku tidak akan merasa lebih sakit hati lagi setiap melihat mereka,” gumam Khayra.

*** 

Kyaira dan Kaivan pergi menemui pengacara mereka. Di sana, mereka sudah menyepakati isi kontrak dan mulai menandatanganinya. 

“Baiklah, aku akan menyimpan yang asli dan copyannya akan kalian bawa masing-masing,” ucap Budi memberikannya pada mereka berdua.

Setelah mengurus kontrak, mereka berdua keluar dari ruangan Budi.

“Sudah makan?” tanya Kaivan.

“Belum, tadi langsung kemari,” jawab Khayra.

“Kalau begitu kita makan dulu,” ucap Kaivan mengulurkan tangannya ke arah Khayra.

Khayra mengernyitkan dahinya di sana. “A-apa?” tanya gadis itu dengan polos.

“Kamu calon istriku sekarang, memangnya aku tidak boleh memegang tangan calon istriku?” tanya Kaivan. 

Khayra pun menyambut uluran tangan Kaivan. “Bersamaku, kamu tidak akan pernah merasakan sakit hati. Aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik, apalagi di atas ranjang,” bisik Kaivan membuat Khayra melotot ke arahnya.

Kaivan terkekeh melihat ekspresi menggemaskan dari Khayra.

Mereka pun berjalan menuju parkiran mobil. Kaivan membukakan pintu penumpang untuk Khayra dan itu cukup mengejutkan bagi Khayra.

“Aku tidak sangka kalau kamu bisa memberikan act of service, aku kira kamu hanya bisa marah-marah saja,” sindir Khayra.

“Sudah aku katakan, kamu tidak mengenalku. Dan kamu akan bahagia bersamaku, aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik, walau pernikahan kita hanya pernikahan kontrak,” ucap Kaivan membuat Khayra terdiam.

Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di sebuah restoran dan memesan makanan yang mereka inginkan.

“Weekend begini, kamu tidak ada acara?” tanya Kaivan.

“Ada,” jawab Khayra.

“Oh ya? dengan siapa?” tanya Kaivan.

“Dengan bos galakku,” jawab Khayra. “Bukankah kita sedang keluar saat ini. Karenamu, hari liburku tidak bisa digunakan untuk istirahat,” ucap Khayra.

“Kamu ini memang berbeda dari yang lain, Kura-kura,” ucap Kaivan.

“Oh, ya? memangnya apa yang berbeda?” tanya Khayra sangat penasaran.

“Kamu itu unik,” ucapnya membuat Khayra terkekeh. “Dan ternyata kamu lebih cerewet dari yang aku kira.”

“Tentu saja. Aku bisa berbicara panjang lebar saat bertemu dengan orang yang mau mendengarkanku dengan baik,” ucapnya membuat Khayra terkekeh. 

Mereka berbincang dan menikmati makanan dengan sesekali tertawa terbahak-bahak. Dan satu hal yang Khayra tahu dari Kaivan, pria itu seperti orang dengan dua kepribadian. Di kantor dan di luar kantor sangatlah berbeda karakternya.

“Makanannya enak?” tanya Kaivan.

“Ya, lumayan enak,” jawab Khayra.

“Apa para perempuan sangat suka makan sampai belepotan supaya bisa di seka oleh prianya?” tanya Kaivan membuat Khayra mengernyitkan dahinya bingung. Sampai Kaivan mengulurkan tangannya untuk menyeka bekas makanan di sudut bibir Khayra.

“Ini maksudku,” ucap Kaivan membuat Khayra tertegun. Wanita itu merasa jantungnya berdebar, tetapi dengan cepat dia enyahkan segala pemikiran itu.

“Terima kasih,” ucap Khayra dan kembali fokus pada makanannya. “Kalau boleh aku tahu, apa rencana kamu selanjutnya?” tanya Khayra mengalihkan pembahasan mereka.

“Rencanaku. Um, tentu saja melamarmu, apalagi. Setelah itu memperkenalkanmu pada keluargaku dan kita siapkan pernikahan. Lebih cepat lebih baik, kan?” ucap Kaivan berbicara dengan sangat santai.

“Um, ya, kurasa begitu,” jawab Khayra.

“Khayra?” panggil seseorang membuat wanita itu menoleh ke sumber suara. Terlihat seorang pria berdiri di dekat meja mereka.

“Yuda?” gumam Khayra.

Kaivan menoleh ke arah Yuda dan di sana Yuda sangat kaget. “Bang Kai?” Yuda cukup kaget melihat sosok Kaivan di sana.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Febrin Fifys Mara
bakalan seruh nih kalau si Yuda cmburu trus menysal eh tp SDH terlambat. mana nnti nikhnya sama sepupu lagi rasain kamu yud... apa nggak trllu lama itu ya pernikahan hmmm 9bulan menuggu kelhirn bayi dan msih bnyak hri² lainnya yg belum terhitung dan dngan waktu selama itu apa nggak Sling jatuh cinta?
goodnovel comment avatar
Lily
tuh kan ternyata mereka gengsian tapi mau...... nanti malah pernikahannya bukan kontrak tapi jadi Keluarga bahagia ...
goodnovel comment avatar
Nana Kecil01
semoga Surat perjanjian itu hanya akal akalam Kai...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status