Pov Heru
Aku mendengar bahwa Mami Merry, yang tak lain adalah ibu kandung Winda sudah kembali ke negara ini. Aku harus merahasiakan perceraianku dengan Winda darinya. Jika tidak, Mami dan Mr Jason akan sangat marah besar. Belum lagi Mr Jason yang terkenal sangat kejam di balik sikap dingin dan lembutnya itu.
Aku tak mau mencari masalah dengan pria bule kekasih Mami mertuaku itu. Mungkin sekarang lebih tepatnya mantan mertuaku.
Pagi ini aku mendatangi apartemen Mami, tapi tidak ada jawaban setelah berkali-kali aku memencet bel nya. Kemudian aku putuskan untuk menghubungi Mami saja. Mungkin, dia sedang keluar atau sedang di hotel bersama Mr Jason.
Setelah menunggu beberapa saat, panggilan telepon dariku diangkat oleh Mami. "Morrning, Mom. Apa kabarmu pagi ini? Apa benar Mami sudah pulang ke Indonesia?" tanyaku seramah dan sewajar mungkin seperti sikapku biasanya.
"Mami sedang tidak enak badan, Her. Tapi Winda sudah membawa M
Pov Heru Setelah Mami membukakan pagar otomatis yang dulu tak pernah ada itu, aku melesat masuk dan memarkirkan mobil di pekarangan depan rumah. Sengaja tak kuparkirkan di dalam garasi. Biar saat Winda pulang nanti, ia bisa langsung melihat dan tau bahwa aku ada di rumahnya saat ini. Aku turun dari mobil dan segera membuka pintu utama. Tapi sayangnya pintu itu tidak bisa aku buka. Aku yakin, Winda sudah mengganti semua kunci pintun di rumah ini agar aku tak bisa menyelinap masuk seperti dulu lagi. Cerdas juga wanita itu. Kembali ku telepon Mami sambil terus mengawasi sekeliling rumah. Terlihat banyak sekali kamera pengintai atau CCTV yang terpasang di setiap sudut rumah ini. "Winda...Winda...segitu takutnya kah kamu jika aku kembali ke sini?" ucapku dengan tawa yang miris. Tak berselang lama, pintu kembali terbuka. Aku masuk dengan langkah santai. Nampak Mami sedang berdiri di sudut kursi sambil meletakkan kembali remot ya
Pov Heru "Ini pesanannya, Pak." ucap seorang pelayan wanita yang baru saja mengantarkan seporsi makan siang padaku. "Baik, terima kasih," jawabku seraya mengambil sepiring nasi berisi lauk pauk itu dengan cepat. Perutku sudah sangat lapar. Saat keluar dari rumah Winda tadi, jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Tentu saja perutku keroncongan karena lapar. Terlebih lagi karena pagi tadi aku tidak sempat sarapan di rumah, karena bergegas ingin bertemu Mami. Namun, siapa sangka semua malah menjadi petaka yang tak bisa kuhindari. Aku keluar dari rumah itu dengan penghinaan yang bertubi-tubi. Aku di usir dan dicaci maki oleh Mami dan Winda. Harga diriku serasa dipijak-pijak oleh kedua wanita itu. Telepon yang terus berdering tak lagi ku hiraukan. Aku tau, Ranisa menelpon hanya untuk menanyakan masalah di rumah Winda tadi. Aku sudah muak mendengar ocehannya yang tak pernah habis. Aku melajukan mobil dan berakhir di Rumah Makan
Pov Winda Seminggu sudah berlalu sejak kejadian Mas Heru datang ke rumahku dan membuat kekacauan. Mami sudah sembuh total dan masih tinggal bersamaku. Aku juga sudah mengetahui siapa Jason sebenarnya. Jason adalah orang nomor 1 di negaranya. Tidak tanggung-tanggung, dia disegani dan ditakuti gengstar dan mafia dari seluruh belahan dunia. Ternyata sehebat itu seorang Jason yang sekarang menjalin kasih dengan Mami. Pantas saja nyali Mas Heru langsung menciut saat Mami mengancamnya. Mana berani dia dengan orang sehebat dan sekuat Jason. Tapi, aku masih mencari tau bagaimana Mami bisa sampai mengenal Jason. Jason jelas lebih muda dari Mami dan terlihat masih single. Dimana awalnya Mami mengenal Jason. Karena, jujur saja aku sangat takut jika Mami terbawa dan terjerumus dalam dunia hitam yang selama ini digeluti Jason. Meski dia tak langsung turun tangan, tetap saja semua terjadi atas perintahnya. Secara tidak langsung, Jason adalah boss nya
Tiba-tiba terlintas sebuah pertanyaan dalam otakku. "Mi, apa aku punya adik perempuan?" Puufftt.. uhuk.. uhuk.. Seketika Mami menyemburkan minuman hangat yang sedang di seruputnya dan terbatuk-batuk. Mami menjadi salah tingkah. Aku mencoba untuk tetap tenang dan tidak gegabah. Kubiarkan Mami menetralkan kembali suasana hati dan sikapnya. Aku yakin, Mami pasti sedang mempersiapkan jawaban terbaik untukku. Sebenarnya, aku sendiri tidak yakin bahwa aku memiliki seorang adik. Karena selama ini, ayah tidak pernah bercerita apa pun padaku. Dan seingatku memang Mami pergi sendiri dari rumah. Tanpa ada anak lain tang ia bawa. Adik atau kakak yang mungkin satu darah denganku. Aku pun menanyakan hal itu hanya asal-asalan. Tidak terlalu serius. Hanya karena nama gadis muda itu sama denganku, bukan berarti dia adikku, kan? "Winda, apa yang kamu tanyakan? Bagaimana mungkin kamu memiliki seorang adik. Kamu anak tunggal. Kamu nggak pernah punya adik,
"Dulu, Mami memang menikah karena perjodohan dengan Ayahmu. Itu sebabnya, Mami tak pernah patuh dan menjadi istri yang baik untuknya. Hanya satu kali, Mami melayaninya sebagai seorang istri. Itu pun karena Mami pulang dalam keadaan mabuk. Karena kekasih Mami akhirnya pergi ke luar negri dan meninggalkan Mami. Mungkin, Tuhan memang ingin mengirimu sebagai teman hidup Arman hingga dia kembali menghadap Nya. Dia bulan setelah malam itu, Mami akhirnya tau bahwa ada kehidupan baru dalam rahim Mami. Yaitu kamu, Winda. Awalnya Mami menolak untuk mengandung dan melahirkanmu. Tolong maafkan Mami, Nak. Tapi, lagi-lagi ayahmu menjanjikan sebuah harapan pada Mami. Jika Mami bersedia menjaga kandungan itu dengan sepenuh hati, Mami bisa pergi dari hidupnya setelah Mami melahirkanmu dan lepas masa-masa wajib menyusuimu. Ayahmu sangat mencintaimu bahkan dari saat kamu masih berada dalam kandungan. Mami tau, ayahmu sangat mencintai Mami. Terlihat dari cara dia memperlakukan M
Diana kembali duduk setelah aku memintanya dengan lembut. Kali ini aku harus bisa bersikap dewasa agar menjadi contoh juga untuk adikku nanti. Sebesar apapun kesalahan yang Mami lakukan di masa lalu, ia melakukannya karena alasan yang kuat. Aku tidak bisa menyalahkan Mami sepenuhnya. Sama seperti Mas Heru yang memilih untuk tetap bersama Ranisa dari pada mempertahankan pernikahan kami. Dari situ lah aku mengerti dan menyadari, bahwa memang perasaan itu tak bisa dipaksakan. Selama apa pun kita bersamanya, jika tidak ada cinta hanya akan terasa hampa dan percuma. "Mami..sudah cukup bagiku membenci Mami selama belasan tahun ini. Aku sungguh sudah mengeluarkan semua amarah dan kebencianku seiring berjalannya waktu. Luka pasti tersisa, tapi cinta juga akan selalu ada. Apalagi dalam darahku mengalir pula darah Mami." terangku dengan sebijaksana mungkin. "Nak.." lirih Mami dengan derai air mata. "Diana...tak peduli seperti apa ayahmu, kamu tetap adik
Selesai sudah satu masalah besar yang baru saja kami hadapi. Rahasia besar tentang masa lalu Mami sudah terkuak dan sukses mengalirkan air mata yang tak henti dari pelupuk mata. Aku dan Diana bergantian saling memeluk dan mencium Mami. Mami masih menunjukkan wajah haru dan tak percayanya atas semua ini. Begini lah kehidupan. Akan ada suka dan duka yang datang silih berganti. Akan selalu ada satu rahasia besar yang Tuhan sembunyikan agar kita bisa belajar hidup lebih baik sampai tiba saatnya. Tentu, sudah Tuhan siapkan pula banyak kemudahan dan kebahagiaan sebagai imbalan perjuangan dalam kesusahan kita selama menjalani ujian dan cobaan itu. Saat ini kami sudah berada di parkiran. Aku sudah memutuskan bahwa Diana akan berhenti bekerja sebagai kurir. Dia akan kubawa tinggal bersamaku dan Mami. Dan tentu saja, Diana juga akan melanjutkan pendidikannya yang sempat terputus. Aku akan mengantarkan Diana sampai jenjang pendidikan tertinggi. Dia
Pov Heru Aku masih bersembunyi di apartemen bekas Mami Merry tinggal sebelumnya. Entah sudah berapa banyak rokok dan minuman yang aku habiskan semalaman ini. Setelah dengan sengaja menabrak Winda di parkiran bawah tanah kemarin, aku sempat bingung harus pergi kemana. Tidak mungkin aku pulang ke kontrakan tempat Ranisa berada. Bisa saja mereka melapor polisi dan langsung menemukanku dengan mudah di sana. Setelah berkeliling hingga malam, aku memutuskan untuk ke apartemen ini. Dengan ingatanku yang tajam, aku berhasil mengingat sandi pintu otomatis itu dan segera masuk untuk bersembunyi. Untung saja aku memberitahu Ranisa bahwa aku akan keluar kota selama 2 hari sebelum melakukan kejahatan itu. "Winda..kau membuat hidupku berantakan dan menderita. Aku tidak akan membiarkanmu hidup. Aku pasti akan membunuhmu!" gumamku dengan geram. Aku melempar botol minuman keras itu ke dinding dan botol itu langsung berubah menjadi