"Emang cuma kamu saja yang boleh marah tanpa alasan. Huh!" ujar Danis sambil tersenyum. Senyuman palsunya terlihat jelek dan membuat Zahira mencebik.Melihat reaksi Zahira, Danis hanya menggelengkan kepala sambil menghisap rokoknya, asap keabuan itu menyeruak."Kakak sudah tua dan asap rokok tidak baik untuk kesehatan! Kakak ingin cepat mati ya? Bukannya jawab pertanyaanku malah bengong!" Zahira terus mengomel lalu membuka pintu jendela agar asap rokok itu bisa keluar. Karena hari sudah pagi, udara yang masuk sangat dingin. Tubuhnya menggigil, dia ingin berganti baju tapi takut Danis mengambil kesempatan saat dia lengah.Mendengar Zahira terus merepet tanpa henti, Danis yang frustasi berdiri di depan jendela. Kepalanya sedikit menyembul keluar dan menikmati pemandangan kota dengan nanar. Angin yang masuk menyibak rambutnya yang mulai panjang. Karena sering dikatai tua oleh Zahira, Danis memotong rambutnya dengan gaya mulet dan membuatnya semakin tampan dan berkarisma. Apalagi ekspres
Korek api Danis jatuh ke lantai, dia bahkan meremas rokoknya dan menatap Zahira dengan suram. "Aku kira kamu akan memaafkanku. Ternyata kamu sangat keras kepala!!" pria itu tersenyum getir. Kedua tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya lalu kembali berkata, "Aku ga mau!""Keluar atau aku panggil polisi!" Ancam Zahira sambil memegang ponselnya. Ancaman itu membuat Danis sedikit melunak, bukan karena takut tapi hanya ingin mengendalikan suasana saja. Danis berjalan mendekat secara perlahan sambil mengulurkan tangan, "Maafkan aku! Aku mohon, Ra!" Danis memang meminta maaf, tapi dari mata hitam pria itu terlihat kilatan obsesi yang membuat Zahira merinding. Zahira langsung berlari menuju kamar mandi. Langkah Zahira tak bisa menandingi, kecepatan Danis. Pria itu berhasil memangkap tubuh kecil Zahira lalu terkekeh, "Kena!"Mereka seperti anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran.Tubuh kecil Zahira terperangkap di dalam pelukan Danis. Pria itu berbisik tepat di telinga, "Katakan apa
"Kamu gila!" pekik Zahira dengan marah.Zahira terus memutar gagang pintu dengan panik, wajahnya sangat pucat dan kakinya sudah mulai lemas saat langkah Danis mulai mendekat. Pria yang sudah melepas jasnya itu langsung menangkap tubuh Zahira dan memeluknya dari belakang. Hap!!"Akkkhhh!" Zahira berteriak dan tubuhnya bergetar hebat.Danis menelusupkan wajahnya di leher Zahira dan menghirupnya dengan puas. Aroma bunga levender menyeruak, membuatnya mabuk kepayang. Air menetes di wajahnya dari rambut pendek Zahira yang masih basah dan membuat darahnya berdesir. Pria itu berbisik tepat di telinganya dan membuat tubuh Zahira merinding sebadan-badan. "Emran tadi menyentuh tubuhmu kan? Aku ingin menghapus jejaknya!"Tubuh Zahira menggeliat, rasanya geli dan malu, "Kamu brengsek!!" ujarnya lirih.Sambil menjelajahi tubuh bagian depan gadis itu, Danis memejamkan matanya dan menikmati aroma tubuhnya yang wangi dan segar. "Kamu benar, sayang. Aku ga pernah seperti ini dulu."Setelah puas mengh
Talitha hanya bisa menatap Zahira dengan tatapan yang menyeramkan. Dia menghentakan kakinya dan pergi begitu saja. Erlangga mendekati Zahira dan menepuk pundaknya dengan lembut, "Jadi kamu adiknya Tuan Zaidan?"Zahira mengangguk, lalu berkata dengan nada penuh penyesalan, "Kakek, maaf telah membuat keributan."Erlangga tersenyum hangat, "Ga papa."Pria tua itu menghadap ke arah para tamu lalu membungkuk dengan rendah hati. Lalu berkata dengan sopan, "Maaf atas ketidaknyamanannya atas insiden di pesta ini. Karena malam semakin larut, silahkan semuanya untuk makan dulu sebelum pulang."Pria itu mempersilahkan sekaligus memberi peringatan secara halus agar kejadian di rumahnya jangan sampai bocor.Para tamu pun menjadi enggan, mereka akhirnya bubar dengan tenang.Emran dan Wulan mendekati Erlangga dan berpamitan, "Kami pamit Tuan Erlangga. Maaf telah membuat kegaduhan," ujar Emran sambil menunduk. Sebelum pergi, dia menatap Zahira lebih dulu, namun gadis itu berpaling dengan dingin. Em
Pelukan Danis semakin erat, dia bahkan tidak tahu bahwa Zahira merasa kesakitan. Mata pria itu memerah dan dipenuhi obsesi yang meluap-luap. "Danis ... " panggil Zahira sambil meringis.Talitha yang melihat amarah yang membara dari mata Danis langsung tersenyum. Dia pikir pria itu akan mencampakan Zahira. Zaidan yang melihat Zahira kesakitan langsung menegurnya, "Lepaskan Zahira! Dia kesakitan."Mata Danis memerah, dengan gigi bekertak dia berkata, "Tidak ada yang boleh merebut milikku! Zaidan kamu berani menghianatiku!""Kamu salah paham!" Zaidan mencoba mendekat, namun tinju Danis menyapa wajahnya hingga membuat Zaidan tersungkur ke tanah. Bug!"Akkkhh!" suara teriakan menggema memecah ketegangan. Mereka terkejut karena Danis memukul sahabatnya sendiri demi seorang wanita.Beberapa orang pun mundur secara perlahan. Ayusita berlari dan memeluk Ibunya. Dia ingat saat Daniswara memukuli anak-anak SMA yang mengganggunya tanpa ampun. Kakaknya jika benar-benar marah tidak akan bisa dik
Di bawah sinar rembulan dan cahaya lampu taman, tatapan Danis begitu lembut dan penuh perhatian. Kehangatan yang dia tunjukan mengalahkan hangatnya sinar matahari di pagi hari.Semua gadis pun merasa iri.Di saat Danis sedang merapikan penampilan Zahira, gadis itu melirik ke arah Zaidan. Mereka saling menatap, saat Zaidan tersenyum, Zahira langsung berpaling lalu menunduk.Talitha yang melihat interaksi singkat antara Zahira dan Zaidan semakin marah. Dia tidak terima semua ini berlalu dengan mudah. Matanya dipenuhi kilatan penuh kebencian dan rencana licik. Tuan Erlangga ... " panggil Talitha.Semua orang yang hendak masuk ke dalam kembali menoleh. Mereka tidak akan melewatkan tontonan gratis yang menghibur.Ajeng hendak mendorong kursi roda suaminya pun berhenti, sedangkan Erlangga langsung terlihat masam. Tubuhnya yang sudah tua tidak tahan berdiri lama sambil menyaksikan drama orang-orang yang tidak penting. Dengan rahang mengatup, Erlangga membuka mulutnya, "Ada apa lagi Nona Tali