Share

Bab 33

Author: Piemar
last update Last Updated: 2025-05-25 19:14:43
Dewa menerima secangkir teh herbal yang diberikan oleh Andini. Lalu ia menyerahkannya pada Jelita. “Minum pelan-pelan ya. Setelah itu kamu istirahat. Jangan banyak pikiran dulu.”

Jelita menatap Dewa dengan lekat. “Kalau dipeluk mungkin bisa lebih cepat sembuh.” Celetuknya pelan, nyaris seperti bercanda.

Andini langsung tersedak pelan.

Dewa menarik napas dalam. “Jelita… istirahat. Jangan bercanda yang aneh-aneh.”

Jelita tersenyum simpul. “Maaf. Aku masih kangen sama Om. Dulu kan Om selalu peluk aku kalau lagi sakit.”

Gadis itu berkata namun tatapannya tertuju pada Andini.

Andini menoleh, menahan senyum kecut.

“Om sudah telepon ibumu. Dia lagi di jalan. Om harus pulang,” kata Dewa mengusap kepala Jelita lembut.

Jelita menyentuh tangan Dewa, seakan tak rela ia meninggalkannya begitu saja.

“Om, gak mau nungguin aku di sini?” katanya dengan suara yang pelan.

Dewa menghela nafas pelan. “Ibumu akan menemanimu malam ini Jel. Om kan sekarang sudah punya istri,”

Jelita mengepalkan ke dua tanga
Piemar

Terima kasih telah membaca hingga akhir bab ini. Apabila kalian menyukai ceritanya, dipersilakan supportnya.  Dukungan kalian sangat berarti, agar kisah ini tidak berakhir tragis seperti charger yang hilang saat baterai 1%. Kwkwk  Later …

| 4
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 45

    Baru saja Andini melangkah mundur dengan mata memanas, lift terbuka—dan keluar dari sana, Dewandaru Hadinata dengan tatapan datarnya yang khas. Di belakangnya, asisten pribadi membawa tablet dan ponsel, bergegas mengikuti.Sekejap, Dewa menghentikan langkah. Matanya langsung menangkap sosok Andini yang sedang dihalangi oleh dua satpam. Nafasnya terhenti sesaat melihat wajah istrinya yang kusut, tertahan, dan nyaris menangis.“Andini?” Dewa berseru.Semua orang menoleh. Satpam refleks menunduk. Resepsionis langsung mematung.“Om... eh, Mas Dewa...” ucap Andini lirih.“APA yang kalian lakukan padanya?” suara Dewa rendah tapi tajam, seperti ancaman berlapis baja. “Dia istriku. ISTRIKU!”Satpam langsung pucat. “Kami tidak tahu, Pak. Soalnya—penampilannya—kami pikir...”“Jadi kalian nilai seseorang dari penampilan?” bentak Dewa.Jelita maju beberapa langkah, berusaha meredam. “Om, maaf. Mereka hanya menjalankan SOP kok. Gak ada yang bermaksud—”“Tutup mulutmu, Jelita.” Mata Dewa menatapnya

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 44

    Andini baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut separuh basah dan kaos oversized bertuliskan Obat adalah racun yang diberi dosis. Sementara itu Dewa sudah rapi dalam kemeja putih dan celana hitam, sedang berdiri di dapur dengan ekspresi datar menatap sebuah panci kecil di atas kompor gas.“Ini apa?” tanya Dewa sambil menunjuk ke panci yang mengeluarkan aroma aneh. Andini langsung berseri-seri. Ia menjelaskan dengan antusias. “Itu herbal buat stamina! Aku racik sendiri pakai jahe merah, ginseng, madu hutan, dan sedikit—eh—lada putih.”Dewa menatapnya seolah dia baru saja mendengar bahwa ramuan itu dibuat dari campuran nuklir dan cabai rawit. Bukan tanpa alasan, aromanya memang agak beda, menyengat. Namun ia sama sekali tidak keberatan dengan apa yang Andini lakukan.“Lada putih?” ulangnya.Andini mengangguk penuh percaya diri. “Biar efeknya nendang!”“Yang nendang siapa? Ramuan ini atau aku setelah minum?” Dewa duduk di kursi sambil membuka kancing kemejanya satu per satu deng

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 43

    “Aku kira kamu kenapa-kenapa,” suara Dewa serak, masih terdengar sisa kekhawatiran di ujungnya.Andini masih mematung setelah pelukan singkat tapi intens itu. Tangannya menggenggam ujung bajunya, jantungnya berdetak seperti alarm yang tak kunjung dimatikan.“Aku baik-baik aja, Om,” bisiknya pelan, tanpa berani menatap. Sial, mengapa ia tidak bisa menolak pelukan pria dewasa itu.Dewa melangkah masuk, koper diseret sembarangan ke sisi pintu. Suasana apartemen mendadak terasa sesak. Bukan karena panas, tapi karena atmosfer canggung yang menggantung di antara mereka.Andini menyusul pelan, duduk di ujung sofa, menjaga jarak seperti siswa takut guru piket.Dewa berdiri di hadapannya, kedua tangannya bersedekap, wajahnya tak semarah yang dibayangkan Andini… tapi juga jauh dari tenang. “Coba jelaskan!”Andini mengangkat mata lalu ia pun mulai menceritakan kronologi apa yang terjadi sejak ia bangun tidur kemarin hingga memutuskan menonton bioskop bersama Naura.Dewa menghela napas panjang, m

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 42

    Tanpa pikir panjang, Andini menarik lengan Naura masuk ke dalam minimarket. Kemudian ia mengadu pada kasir yang berada di sana.“Mas, tolong. Ada dua orang mencurigakan dari tadi ngikutin kami dari bioskop,” kata Andini pada kasir dengan perasaan gelisah.Ke dua kasir minimarket saling pandang dengan tatapan rumit. Lalu salah satunya berkata. “Kalian aman di sini,”Sementara itu, mendengar suara Andini, Satpam yang berdiri di ujung rak camilan langsung menghampiri mereka.“Ada apa?”“Pak, ada dua penguntit yang mengikuti kami dari bioskop seberang,” jawab Andini dengan nafas ngos-ngosan.“Eh, mereka nungguin di luar, Din… Gimana dong?!” bisik Naura, setengah ingin tertawa, setengah pengen nangis. Pokoknya, perasaannya campur aduk.Andini menoleh ke satpam. “Pak, bisa bantu kami?”Tanpa ba-bi-bu, satpam itu langsung memanggil seseorang lewat walky talky.Tak lama kemudian pihak keamanan mal datang di luar minimarket. Dua pria itu langsung ditangkap. Salah satunya ternyata memang pelaku

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 41

    “Nauraa… ayo nonton!”Andini muncul tiba-tiba di depan kamar kos Naura dengan senyum penuh rahasia. Tangan kanannya menyembul dari balik sweater coklatnya, mengacung-acungkan dua tiket bioskop.Naura yang sedang menyetrika jilbab langsung terpental kecil. Andini datang tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Tentu saja, ia sangat senang. Kini mereka bisa menghabiskan waktu bersama.“Astaghfirullah… Din, kamu pikir aku jomblo nganggur apa tiap Jumat sore? Aku dokter koas, tahu nggak? Koas!” sambut Naura nyerocos mirip rapper. Padahal hatinya senang bukan main melihat kedatangan sahabatnya.“Tapi kamu lagi nggak jaga, kan? Lihat, bajumu masih wangi dan pipimu belum kucel. Itu artinya, kamu bebas,” jawab Andini santai, duduk di ranjang Naura tanpa diundang.Selama menjadi dokter KOAS, Naura tinggal di indekos yang berada tak jauh di rumah sakit di mana ia mengabdi.Naura mendesah panjang, lalu duduk di karpet dengan gaya bersila yang lebih mirip orang baru turun dari gunung.“Film apaan dulu

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 40

    Dewa berdiri mematung menatap Andini dengan tatapan yang sukar dimengerti. Sontak, Andini mendongak, menatap wajah tampan pria dewasa itu dengan gugup. Apalagi, tiba-tiba Dewa menyentuh helaian rambutnya lalu menyelipkannya ke balik telinganya.Andini mengerjap pelan. Ia menahan nafas karena jarak mereka terlalu dekat. Aura Dewa sangat kuat dan mendominasi. Ia bisa melihat bagian jakun pria itu yang naik turun. Bibirnya bergerak. “Saat masuk ruang rapat, semua mata pria melotot menatapmu.”Andini menghela nafas. “Termasuk Bima?”Dewa menegakkan tubuh, mengangkat bahu. “Mungkin. Tapi kamu duduknya di sebelah aku. Jadi biarin aja dia melotot sampe matanya kering.”Andini diam. Bukan karena tersinggung, tapi karena... hatinya aneh. Lagi-lagi, di dekatnya Dewa menunjukkan sisi lembut yang tidak cocok dengan image ‘PresDir Galak’ tadi. “Kenapa diem?” tanya Dewa.“Om Dewa...” Andini menatapnya. “Kamu tuh... bikin aku bingung. Di luar galak dan keren banget. Di sini... jadi lembut dan perha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status