Share

Bab 62

Penulis: Piemar
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 23:02:36

“Kamu yakin ini perlu?” Dion—research scientist sekaligus sahabat Bima, dari balik meja bertanya pelan dengan ekspresi wajahnya ragu. “Kenapa mesti diubah? Bukannya tadi batch ketiga udah stabil?”

Bima tak langsung menjawab. Ia malah menuang cairan biru ke dalam larutan bening—reaksi instan membuat cairan itu jadi kehijauan, tanda efek kimia baru terbentuk.

“Justru karena udah stabil,” katanya akhirnya, suaranya dingin. “Makanya harus diacak sedikit.”

Dion mengerutkan dahi. “Tapi... kalau ini ketahuan Pak Dewa, kita bisa habis, Bim,”

Bima tertawa pendek. “Makanya, Dion. Aku ubah dosisnya. Ganti beberapa komponen aktif sama bahan legal yang susah dilacak. Kalau mereka mau ngecek hasil lab, ya silakan. Gak bakal cocok sama yang nyokap Andini buat.”

“Kamu jahat juga ya,” gumam Dion. Meskipun Bima adalah keponakan dari Dewa, ia tidak yakin jika Dewa bisa bersikap subjektif.

Justru semenjak di bawah kepemimpinannya, perusahaan PT Hadinata Pharmaceutical mulai mengalami banyak perubahan. D
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 157 Malu hingga ke ubun-ubun

    Naura terbaring di ranjang observasi, tubuhnya sudah dibalut pakaian rumah sakit yang longgar dan jilbab sederhana yang dipinjamkan perawat. Meski begitu, tubuhnya masih lemah dan wajahnya terasa panas. Rasa malu tak tertahankan mengalir sampai ke ubun-ubun.“Kenapa harus begini sih…” gumamnya sambil memegang ujung jilbabnya erat-erat, menunduk. Kini ia mulai tenang dan tentu saja kesadarannya mulai terkumpul. Satu per satu momen kejadian tadi muncul di kepalanya.Terlihat jelas semua bayangan ketika ia jatuh ke kolam renang lalu dengan sigap Dipta, dokter killer itu menyelamatkannya. Dan, sialnya, ia justru malah menangis histeris hingga melanggar batas, memeluk tubuh pria itu.Perasaannya berkecamuk. Antara kesal pada dr Tantri yang sudah mendorongnya, perasaan traumatis yang pernah dilewatinya dan momentum aksi penyelamatan dramatis yang dilakukan oleh Dipta padanya. Seharusnya momen itu adalah momen bahagia di mana ia bisa menghadiri acara pesta pernikahan anaknya direktur rumah sa

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 156 Dewa penolong

    Setiba di apartemen, Andini langsung pergi ke kampus. Ia akan menemui dosen pembimbing dan menanyakan perihal jadwal sidang. Tak lama kemudian ia menghabiskan waktunya di perpustakaan. Ia banyak membaca buku referensi sebagai persiapan sidang.Andini baru sampai di lobi apartemen setelah seharian di kampus. Rambutnya berantakan, tas penuh kertas draft skripsi, dan wajah lelah. Jam sudah hampir menunjukkan pukul delapan malam.Begitu pintu apartemen terbuka, ia langsung menyalakan lampu. “Akhirnyaaa…” gumamnya lega. Ia menendang sepatunya ke sudut ruangan, melempar tas ke sofa, lalu berjalan ke dapur dengan autopilot, ingin minum air dingin.Namun langkahnya terhenti. Ada sesuatu yang aneh. Meja makan yang tadi pagi kosong, kini ada dua bungkus nasi lemak, beberapa botol air mineral, bahkan ada sekotak gorengan khas Malaysia.Dahi Andini berkerut. “Eh… siapa yang naruh makanan di sini?” suaranya tercekat. Seketika bulu kuduknya berdiri. Ia langsung dilanda panik.Ia meraih sapu atau b

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 155 Naura dalam bahaya

    Musik jazz masih mengalun lembut. Para tamu sibuk mengobrol sambil menikmati hidangan buffet yang beraneka macam dan lezat tentunya. Lampu kristal memantulkan cahaya hangat yang menambah kesan elegan pesta itu.Vina berdiri di dekat meja minuman, mengatur napas sambil merapikan rambutnya. Matanya terus mengikuti langkah dr. Dipta yang baru saja selesai berbincang dengan salah satu dokter senior. Kesempatan emas ini nggak boleh aku lewatkan.Ia segera melangkah anggun, membawa dua gelas jus. “Dokter Dipta…” suaranya dibuat selembut mungkin, hampir mendayu. “Capek ya? Dari tadi kelihatan sibuk sekali. Ini, saya ambilin jus jeruk. Biar segar lagi.”Dipta menoleh singkat, ekspresinya datar seperti biasa. “Terima kasih, tapi saya tidak minum jus. Air putih saja.”Vina sedikit kikuk, tapi cepat menyembunyikan dengan senyum. “Oh, iya ya. Maaf, saya lupa. Dokter lagi ngurangin gula ya. Tapi nggak apa-apa kan kalau saya nemenin sebentar?” Ia mencoba menyejajarkan langkahnya dengan Dipta, menata

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 154 Ternyata bukan aku

    Deru pengumuman dari pengeras suara bercampur dengan suara roda koper berderit di lantai marmer. Andini berjalan sambil merapikan sweater rajutnya, wajahnya terlihat tegang tapi juga antusias. Di sampingnya, Dewa mendorong troli koper dengan ekspresi… kesal.Tentu saja, ia merasa kesal sebab Andini harus pulang ke KL untuk mengikuti sidang akhir skripsi. Sementara itu Dewa tidak bisa menemaninya karena ada banyak urusan pekerjaan yang deadline dan harus ia kerjakan bulan itu. Alhasil, pria dewasa itu agak tantrum saat melepas kepergian istri kecilnya.“Andini, aku masih nggak habis pikir. Kamu balik KL cuma buat sidang satu jam. Satu jam, Din!” Nada suaranya terdengar seperti bos marah ke karyawan.Drama ikan terbang dimulai. Andini hanya menahan tawa melihat ekspresi pria besar itu. Hanya padanya ia terlihat manja dan kekanak-kanakan. Jauh kesannya saat ia berhadapan dengan para bawahannya.Andini mendengus, mencubit lengannya. “Ya ampun, Mas Dewa. Ini sidang skripsi, bukan belanja on

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 153 Malaikat bayangan

    Vina berjalan cepat sambil menenteng map pasien, tapi langkahnya terhenti ketika melihat dr. Dipta keluar dari ruang rapat. Ia menyunggingkan senyum terbaiknya. Dokter incarannya ada di sana. “Dok,” panggilnya agak pelan. Wajahnya sumringah saat melihatnya. Beberapa kali ia juga memperlihatkan gesture genit, memainkan rambut ikalnya.Dipta mengangkat kepala, ekspresinya datar seperti biasa. Entah ia memang mengalami kelumpuhan wajah sehingga ia tidak bisa ekspresif seperti yang lain. “Ada apa?”Vina mendekat, menurunkan suara. Dalam hitungan detik, raut wajahnya langsung berubah ditekuk. “Tadi pagi ada kejadian di ruang diskusi. Naura dimarahi dr. Tantri… terus minumannya ketumpah ke catatannya.”Alis Dipta nyaris tak bergerak, tapi matanya menatap lurus ke Vina. “Ketumpah… sengaja?” telisiknya interogatif.Vina sedikit ragu. “Hmm… ya, kelihatannya bukan kecelakaan. Nada bicaranya juga… nyerang banget. Katanya soal kamu sama dr. Gilang bla, bla, bla.”Vina mengadu seperti murid pada g

  • Dikhianati Mantan, Dinikahi Paman Miliardernya   Bab 152 Gosip panas

    Pagi itu, Naura baru saja meletakkan map status pasien di meja ketika suara cekikikan terdengar dari pojok nurse station.“Eh, itu kan yang waktu itu diantar dr. Gilang pulang, ya?” bisik salah satu perawat sambil menatapnya.“Lah, iya. Katanya sih lagi… dekat,” sahut yang lain sambil senyum-senyum.“Tunggu, bukankah dr Gilang itu sudah married? Serius?” timpal yang lain semakin membuat suasana memanas padahal udara masih cerah dan segar.Naura pura-pura tidak mendengar. Ia tidak perlu menanggapi mereka. Toh, nyatanya ia tidak merasa seperti apa yang mereka katakan.Dia membalik halaman catatan, fokus pada data laboratorium pasien tifoid yang sedang ia follow-up. Tapi kupingnya makin panas lama kelamaan. Gunjingan itu terus menerus bertubi-tubi seperti sengaja memancing dirinya.Beberapa detik ingatan Naura terlintas pada chat grup. Sejak foto dirinya bersama dr. Gilang muncul di grup WhatsApp internal, foto yang entah diambil siapa, gosip itu tak berhenti. Captionnya, “Koas favoritny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status