Home / Romansa / Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan / Dengan Mudahnya Dia Hancurkan

Share

Dengan Mudahnya Dia Hancurkan

Author: Mbak Engz
last update Last Updated: 2023-03-03 22:56:07

Raya ikut tercengang melihat pria itu. Namun, Raya hanya bisa diam melihat apa yang terjadi.

“Kau bertanya? Bertanya-tanya?” tanya pria itu kepada Lusi terkesan sedikit konyol.

“Dia calon suamiku,” ucap Raya yang terpaksa mengatakan hal itu. Walau dalam hatinya begitu kesal karena tidak sesuai dengan skenario yang ada.

“Siapa dia? Pasti pria sewaan, bukan?” ujar Tian sembari meledek dengan nada meremehkan.

Raya tersenyum mendengar ucapan Tian. Lalu menghela napasnya dan melangkah mendekati pria yang datang bagai pahlawan. Raya mengeratkan kedua tangannya pada pinggang pria itu.

“Dia pewaris Wilaga Grup. Iyakan, Rai?” Raya menatapnya sembari memberikan kode dengan mengedipkan sebelah mata.

“Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri lagi. Terima kasih sudah hadir dalam acara pernikahanku dengan Soraya Barata.”

Ya! Pemuda itu adalah Raiden. Dia datang menyamar menjadi seorang sultan. Lantaran keluarga Adiwilaga adalah orang terkaya di kota itu. Namanya sudah merajai jagat raya. Namun, tidak ada satu orang pun yang mengetahui bagaimana wajah putranya itu. Parahnya, Raiden datang ke sana dan mengaku-ngaku sebagai Raihaga Prayoga, putra pengusaha Adiwilaga.

Melihat gestur dan penampilan Raiden yang meyakinkan, Tian dan Lusi merasa kesal. Namun, mereka tetap saja mencari celah untuk membuktikan bahwa semua yang mereka lihat saat itu tidaklah benar.

Raya dan Raiden berusaha meyakinkan semua orang yang hadir di sana. Bahwa Raiden adalah Raihaga putra pewaris perusahaan Wilaga. Walau Raya takut ada seseorang yang mengenalinya. Namun, penyamaran itu terlihat natural. Sehingga mereka yang hadir di sana mulai percaya dengan skenario Raya.

Setelah mengacaukan pesta pernikahan Tian dan Lusi. Raiden membawa Raya pergi dari gedung itu menggunakan mobil Rolls-Royce. Raya pun hampir tidak berkedip, lantaran percaya kalau Raiden memiliki mobil itu.

“Rai? Kita harus bicara!” Raya menatap Raiden yang duduk di sebelahnya di dalam mobil mewah itu.

“Apa?” Raiden menanggapi dengan santai sembari melepas jas dan dasinya.

“Hei! Dengarkan aku, Rai!”

“Iya, Sayang! Apa yang mau kau bicarakan?”

Raya tercengang melihat ekspresi Raiden dengan kedipan mata genitnya. “Hah? Ap—apa apaan? Sayang? Kau ini?” dengan sigap Raya menempelkan punggung tangannya ke dahi Raiden.

“Apa sih, Ray?” Raiden merasa ada yang tidak beres dengan kondisi Raya.

“Aku hanya ingin memastikan kalau kau sudah tidak waras!”

“Enak saja! Aku ini kan calon suamimu!” lagi-lagi Raiden meledek kesabaran Raya.

“Raiden! Please! Tadi itu hanya pura-pura! Aku saja menyilangkan dua jariku saat kita mengaku-ngaku kalau kita ini calon pengantin! Lagi pula seharusnya bukan kamu yang datang ke sana! Ah! Kacau!” Raya menggerutu kesal.

“Hei, dengar! Pria yang kamu sewa datang ke kontrakan. Dia meminta separuh pembayaran sebelum datang ke sana! Dari pada aku harus bayar, lebih baik aku batalkan dan aku berinisiatif untuk datang ke sana!”

“Terus? Sekarang kau mau meminta bayaran?” tanya Raya dengan lemas.

“Siapa yang bilang? Aku tulus membantu kamu! Lagi pula kalau pria sewaan yang datang ke sana, mereka tidak akan percaya! Bagaimana mungkin seorang Sultan datang dengan menggunakan taksi? Iya kan?”

Raya menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. “Iya juga sih! Tapi bagaimana kamu menyewa mobil ini?”

“Aku selalu punya cara,” ucap pria itu sembari mengulas senyuman dan menepukkan tangan ke dada bidangnya.

“Uang dari mana? Balapan?” tanya Raya mulai melunak.

“Ya begitulah!” Raiden mengulas senyuman.

“Kalau mereka mencatat pelat mobil ini bagaimana? Bahkan aku sendiri tidak pernah tahu siapa dan bagaimana rupa Raihaga putra pengusaha Adiwilaga itu.”

“Tenang saja! Percayakan padaku! Aku sudah mencari informasi mengenai kendaraan milik keluarga Adiwilaga. Mereka tidak akan mengira sejauh itu.”

“Tapi mereka pasti akan mencari tahu! Terus kalau mereka melapor sama Om Sugeng bagaimana, Rai?” Raya merasa hidupnya akan segera berakhir karena kecerobohan serta emosinya.

“Sudah! Tenang saja! Aku yang akan bertanggung jawab!”

“Awas saja kalau semuanya jadi kacau!”

“Memang sudah kacau sejak awal, bukan?” tanya Rai dengan sedikit penekanan intonasi bicaranya.

Raya melirik Raiden. “Iya memang!” dia kembali bermuram durja mengingat kalau apa yang tengah ia jalani saat ini bukanlah sebuah mimpi.

“Sudahlah, Raya! Aku tahu bagaimana perasaanmu. Menerima kenyataan pahit memang begitu berat. Tapi yakinlah! Dia bukan pria yang terbaik untukmu!” Raiden menatap Raya sembari meyakinkan gadis itu.

Raya menunduk lemas. Rasanya dia sudah lelah untuk menangis. Walau perasaannya yang terluka belum kering. Perlahan Raya menatap Raiden yang juga sedang menatapnya.

Raiden tahu betapa hancur hati gadis itu. Dia kembali menyandarkan kepala Raya di bahunya. “Sudahlah, Ray!” Raiden menepuk-nepuk bahu Raya.

“Menangislah jika itu bisa mengurangi sedikit beban!” ucap Raiden dengan penuh ketulusan.

‘Kenapa justru Raiden begitu memahami perasaanku? Sedangkan pria yang begitu aku cintai justru menghadiahiku dengan sebuah pengkhianatan?’ batin Raya yang merasa memiliki sandaran atas beban yang begitu berat yang sedang ia jalani.

***

Setelah melalui siang dan senja dengan perasaan kalut. Malam ini, Raya kembali menguntai perasaannya yang terluka. Bahkan dia tidak bisa tidur gara-gara memikirkan Tian dan Lusi.

‘Ya Tuhan, maafkan aku yang tidak bisa menemani ayah di rumah sakit malam ini. Sungguh, aku tak kuasa menahan gejolak yang ada. Berjalan saja, rasanya kakiku melayang. Bahkan tidak bisa dipungkiri lagi kalau hati ini sangat gentar. Aku benar-benar bingung dan takut. Bingung menjelaskan semuanya sama ayah. Takut kalau terjadi hal buruk setelah ayah mengetahui semua ini,' batinnya lagi.

“Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan?” gerutunya sembari menenggelamkan wajahnya di antar kedua lututnya. Raya tengah duduk tertunduk di dalam kamarnya sembari menatap langit malam di luar jendela.

‘Cepat atau lambat, ayah pasti akan tahu. Tapi aku sangat tidak tega melihatnya. Aku tidak mau terjadi hal buruk sama ayah. Ya Tuhan, perkara putus cinta memang sudah biasa. Tapi apa yang aku alami sungguh luar biasa, kenapa aku sebodoh ini? Dalam hubungan yang terjalin antara aku dan Tian, sikapnya selalu baik dan perhatian. Tapi nyatanya semua itu bohong! Pura-pura! Bodohnya lagi, aku percaya! Setelah dia mengambil sekeping hati yang sudah terpatri. Sekarang dengan mudahnya dia hancurkan! Ya Tuhan ...,' batinnya menangis.

‘Lusi juga orang yang aku percaya selama ini. Bahkan aku sering kali mencurahkan perasaanku tentang Tian. Lusi selalu membelaku saat Mili mulai mencoba menggangguku di kampus. Tapi ... nyatanya ucapan Mili justru menjadi kenyataan. Aku hanya gadis polos yang mudah diperdaya. Astaga!’ batinnya yang tak tenang. Tak henti-hentinya Raya menangis.

“Raya,” panggil Raiden dari depan pintu kamar.

Dengan segera Raya mengusap air matanya yang juga belum kering. “Iya, Rai!” gadis itu berpura-pura tersenyum.

“Raya, hei! Sudahlah! Aku ngga tega melihatmu seperti ini.”

“Tapi aku juga ngga bisa membohongi perasaanku, Raiden!” tegas Raya.

“Aku tahu!”

“Kamu ngga tahu, Rai!” sela Raya lagi. Suasana menghening sejenak saat tatapan mereka beradu.

“Aku memikirkan kondisi ayahku! Aku juga memikirkan cara untuk memberi tahu ayah tentang semuanya. Memikirkan bagaimana konsekuensinya! Karena cepat atau lambat ayah pasti akan mengetahuinya.”

Mendengar penjelasan Raya, pria itu terdiam. Raiden tahu masalah Raya begitu berat. Namun, dia juga tidak mau melihat Raya berlarut-larut dalam kesedihan.

“Ikutlah denganku!” pinta Raiden.

“Ke mana?” Raya berusaha tegar di antara senyuman getir berbalut air mata.

Mbak Engz

Terima kasih sudah mampir untuk membaca. Salam kenal semua. Jangan lupa follow dan masukkan cerita saya ke perpustakaan, terima kasih. 🙏

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    20. Om Sugeng Datang Lagi

    Hari-hari Raiden semakin tersudut, ketika Tian berusaha untuk mempengaruhi para kolega perusahaan Wilaga, bahwa Raihaga yang saat ini kembali bukanlah pewaris yang sebenarnya. Tentu saja hal itu membuat Raiden semakin gusar. Di satu sisi dia sudah terlanjur masuk dalam peran itu. Di sisi lain dia ingin segera mengakhirinya dengan cara membayar lunas hutang Raiden kepada Baskoro. Di ruangan kerjanya, Raiden hanya menatap layar laptopnya tentang rahasia itu. Dia berpikir untuk menemui sosok yang bernama Ratna. “Tidak mungkin Baskoro tidak mengenal Bu Ratna. Aku harus mencari tahunya,” gerutunya sembari memutar bolpoin di sela jemarinya. Tak lama berselang seseorang yang memuakkan masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Raiden. Mata Raiden menajam menatap orang yang datang, “Tampaknya kau begitu sulit melupakanku?” ucap Raiden dengan nada sindiran. “Cuih!” Tian muak melihat wajah Raiden yang menyeringai. “Ngapain ke sini?” tanya Raiden sembari menyandarkan bahunya ke sandaran kursi yan

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    19. Malam Panas

    Kedua netra beradu antara dendam dan masa lalu. ‘Aku tidak akan pernah melupakan pengkhianatan ini, Tian! Kamu sudah membuatku terjerembap dalam kesulitan yang seharusnya tidak pernah aku rasakan!’ batin Raya begitu ingin mendamprat pria pengkhianat di hadapannya. ‘Soraya si gadis malang! Kelinci kecil bodoh! Begitu yang mudahnya aku masuk ke dalam kehidupanmu dan mengeruk kepercayaan beserta harta kekayaan keluargamu!’ batin Tian yang masih saja membenci Raya. Hanya karena Raya berbeda takdir dengan Lusi—gadis yang sebenarnya Tian cintai sejak lama. “Gadis lugu mau ke mana?” tanya Tian sembari menyeringai. Raya hanya diam mengepalkan tangan kanannya dengan begitu erat. Dia tidak mau terjadi keributan yang akan mempersulit Raiden. Raya berusaha menahan amarah dengan tidak menghiraukan Tian. Dia melangkah ke samping untuk menghindari Tian. Namun apa yang terjadi? Tian justru kembali mencegatnya. “Minggir!” ucap Raya. “Kalian memang cocok! Sama-sama penipu!” ucap Tian sembari menc

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    18. Hadapi Atau Bersembunyi

    Raya menunduk malu sembari memejamkan matanya. Dia menduga Raiden adalah pria mesum yang menyentuhnya saat dirinya setengah mabuk. Namun, melihat tatapan Raiden yang tulus membuat Raya merasakan suatu debaran yang telah lama hilang. Debaran yang pernah ada untuk seseorang yang sudah berkhianat kepadanya. Kini debaran itu kembali muncul kepada orang yang berbeda. “Kenapa? Lapar?” tanya Raiden bingung melihat gelagat Raya yang seakan mematung. Padahal Raya sedang mengartikan rasa yang tiba-tiba muncul dari lubuk hatinya yang terdalam. ‘Astaga! Nggak-nggak, perasaan ini mungkin hanya kebetulan melintas,’ batin Raya yang menolak perasaan yang mulai bersemi. Dia kembali fokus pada topik perbincangannya. “Terus bagaimana dengan rumah ayahku?” Raya mengalihkan pembicaraan. “Oh, itu ... tenang saja! Aku sudah atasi.” “Berhutang?” tandas Raya. “Memangnya kau pikir wajahku ini wajah-wajah penuh kesulitan?” kesal Raiden. “Dari mana lagi?” “Astaga! Bocah ini!” gerutu Raiden. “Aku sudah te

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    17. Kejadian Hangat Semalam

    Rasa hangat mulai terasa membelai tubuh Raya. Perlahan dia menggeliat manja, merasakan kenyamanan seakan menjalar di sekujur tubuhnya. Ia menghidu napas dalam sembari meremas rambut panjangnya. Merasakan sensasi kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cahaya terang yang hangat itu perlahan menyelusup ke matanya yang masih terpejam, membuatnya ingin membuka mata. Raya menyipitkan matanya untuk menatap ke arah jendela yang sudah tidak asing lagi baginya. Ia diam sejenak memandang setiap sudut ruangan. “Astaga!” “Ini? Nggak mungkin!” Soraya terkesiap melihat ruangan itu. Parahnya lagi, Raya menyadari dirinya sudah mengenakan piama. “Nggak mungkin!” ujarnya sembari duduk di tepi ranjang sambil mengingat kejadian semalam. “Apa aku mimpi?” ucapnya lagi dengan mencubit pipinya. “Aw! Sakit! Berarti ini?” Raya beranjak dan terlihat kebingungan. Ia menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu siang hari. Lalu ia kembali melangkah ragu menuju pintu untuk membukanya. Saat i

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    16. Kamu yang Minta

    Raya seakan mengulangi lagi masa kelamnya sebelum bertemu Raiden. Semua karena ulah Tian yang berusaha menguasai kekayaan keluarga Barata. Malam itu, Raya melangkah gontai mengenakan gaun berwarna marun yang menampakkan belahan dadanya. Sepatunya pun berwarna senada yang begitu kontras dengan warna kulit Raya yang seputih susu. Gincu merah bold dan bulu mata lentik membuat Raya terlihat nakal. Dia memencet bel kamar hotel itu dengan ragu. Tak butuh menunggu lama, seorang pelayan membukakan pintunya. Degup jantung Raya semakin kencang. Dia menyadari konsekuensinya setelah melangkahkan kaki ke dalam sana. “Silakan masuk, Nona!” ucap pelayan itu. Seorang pria dengan seragam serba hitam. “Kenapa di dalam sana gelap sekali?” tanya Raya yang sedikit ketakutan melihat situasi gelap di dalam sana. “Tidak apa-apa, Nona! Saya akan mengantar. Tuan muda sudah menunggu!” Raya berusaha tersenyum di antara hati yang terluka. Dia melangkah mengikuti pelayan itu. Terlihat dari jarak beberapa mete

  • Dikhianati Mantan Kubalas Menikahi Sultan    15. Bingkisan Malam

    Suseno berusaha untuk menenangkan Barata yang sudah merindukan rumahnya. Lantaran ia tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi saat ini. “Mohon maaf, Tuan, kalau saya lancang.” “Ya, ada apa, Seno?” “Sebaiknya Anda menunda kepulangan Anda tanpa memberitahu Nona Raya, saya mengerti betul bagaimana Nona sibuk mengatur waktu dengan banyaknya urusan yang harus diselesaikan. Saya takut, kalau tiba-tiba Tuan pulang tanpa memberitahu, Nona Raya merasa sedih karena Anda tidak melibatkannya.” “Masa sih? Aku rasa Raya justru senang. Ya ... walau sedikit terkejut,” ucap Barata yang masih mengeyel. “Tapi sebaiknya menunggu Nona Raya menemui dokter yang menangani Anda, Tuan!” ucap Seno khawatir. “Sudah pasti Nona Raya akan menyalahkan saya kalau sampai Tuan pulang tanpa memberi kabar terlebih dahulu,” sahut Suseno lagi dengan jurus final. Barata mendengkus tak bisa menolak, “Baiklah aku akan menurutimu! Kita tunggu Raya datang dan aku akan mengatakan kalau aku sudah merindukan suasana rumah y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status