Share

18. Kecupan

Author: Rin Rien
last update Last Updated: 2025-08-04 21:42:10

Sebuah figura tergantung di dinding kamar Arya. Walaupun hanya lampu tidur temaram yang menerangi kamar, tapi Evita masih bisa melihat sketsa wajah dirinya dan Arya, yang mengisi figura tersebut. Sebuah buket bunga, berada dalam genggamannya. Masih segar di ingatan Evita, foto yang menjadi dasar sketsa itu dibuat.

Saat itu adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Arya datang ke rumahnya untuk menjemputnya. Tanpa Evita tahu, ternyata Arya sudah mempersiapkan makan malam untuknya, di private room sebuah restauran mewah. Sebuah kejutan manis yang tidak akan pernah ia lupakan

"Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Tiba-tiba terdengar suara Arya dari balik punggung Evita.

Sontak Evita terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya ke arah suara. Ditatapnya wajah Arya dengan sikap yang terlihat gugup dan salah tingkah.

"Ma-maaf, aku sudah lancang masuk ke kamarmu tanpa permisi," ujar Evita dengan suara gagap.

Arya diam, tak menanggapi ucapan Evita. Pria itu melenggangkan kakinya berjalan d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   22. Rencana Busuk Dito

    "Ma-maaf, mengganggu. Saya hanya ingin mengantarkan minuman untuk tamu Pak Arya." Evita berkata dengan bahasa yang formal, karena saat ini keduanya masih berada di kantor. Suara wanita itu terdengar gugup."Terima kasih, Vit. Tolong letakkan minuman itu di meja," ucap Arya, tanpa mengurai rengkuhan pada tubuh Rianti.Evita mengangguk. Bibirnya tersenyum, namun terlihat sangat dipaksakan. Dengan tangan yang sedikit gemetar karena gugup, Evita mengambil cangkir dan piring dari atas nampan, lalu meletakkannya di tengah-tengah meja.Baru saja Evita hendak berpamitan, tiba-tiba saja tangan kanan Rianti terulur di depannya. "Halo, Kak. Perkenalkan, namaku Rianti" Dengan senyuman ramah, Rianti memperkenalkan dirinya."Halo juga. Nama saya Vita." Evita balas memperkenalkan dirinya. Senyuman sumbang tergambar di wajahnya."Maaf, saya permisi keluar dulu." Evita berpamitan. Ia sudah tidak sabar untuk segera pergi, agar tidak perlu melihat pemandangan, yang menusuk mata dan hatinya. "Kenapa bu

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   21. Dukungan Rianti

    Setelah beberapa saat berpelukan, wanita itu melepaskan lilitan kedua tangannya dari leher Arya. Senyum manis dan mata yang berbinar, menghiasi wajahnya yang cantik."Ayo kita masuk! Sebaiknya kita bicara di dalam saja." Arya mengajak wanita itu untuk masuk ke dalam ruang kantornya.Wanita itu mengangguk, lalu merangkul lengan Arya. Diikutinya langkah Arya yang berjalan masuk ke dalam ruang kantor."Katakan ... angin apa yang membawamu kemari! Apakah kamu sedang butuh uang untuk membeli tas branded kesayanganmu? Atau mungkin Mama sudah menceritakan sesuatu padamu," tebak Arya, setelah menutup pintu ruang kantornya. Tatapan pria itu terlihat tajam. Mendengar tebakan Arya, sontak kedua netra wanita itu membulat. Ekspresi wajahnya terlihat geram. Tangannya langsung terkepal dan meninju lengan pria tersebut."Memangnya kalau seseorang berkunjung itu harus ada perlunya?" tukas wanita tersebut sambil membuang muka. Mimik wajahnya masam. Kedua tangannya dilipat di depan dada."Bukankah mema

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   20. Cemburu

    Hening. Tidak ada percakapan antara Arya dan Evita, selama perjalanan mereka menuju kantor. Keduanya tampak sibuk dengan pikiran masing-masing."Jangan dipikirkan semua perkataan Mama. Sepertinya seseorang sudah meracuni pikirannya. Mungkin saat ini dia sedang terbawa emosi. Tapi secepatnya, aku akan mencoba bicara lagi dengannya." Arya mencoba menghibur Evita, yang terlihat bersedih.Evita yang tengah melamun sambil menatap pemandangan di luar jendela, perlahan tertunduk. Perasaan sedih, khawatir dan juga bingung, kini bercampur aduk menjadi satu."Yang dikatakan tante Juwi memang benar, Ar. Seharusnya kamu lebih mengutamakan keluargamu daripada aku dan anak-anakku. Kami bukanlah tanggung jawabmu." Dengan suara parau menahan gejolak di dadanya, Evita berkata."Keluargaku?" Arya berkata seraya tersenyum. Satu sudut bibirnya terangkat. Terlihat sinis, tapi juga menyimpan luka."Aku dan Shanum sudah bercerai setahun yang lalu. Saat itu Arsen masih berusia satu tahun. Dia masih bergantun

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   19. Kehadiran Juwita

    "Mama. Tumben Mama datang berkunjung pagi-pagi sekali," ucap Arya, seraya bangkit dari duduknya.Arya sangat terkejut dan juga gugup, melihat kehadiran ibunya yang secara tiba-tiba. Apalagi pagi-pagi seperti ini. Biasanya wanita paruh baya itu akan menghubunginya lebih dulu, jika ingin berkunjung. Sebab ia tahu, putranya merupakan seorang pengusaha yang sangat sibuk."Kenapa? Apakah Mama sudah tidak diperbolehkan lagi, untuk datang mengunjungi putranya?" Wanita itu balik bertanya.Alih-alih menatap wajah lawan bicaranya, tatapan wanita bernama Juwita itu justru tertuju pada Evita dan kedua anaknya. Ekspresinya wajahnya menunjukkan perasaan tidak suka, saat menatap mereka. Sehingga membuat Evita merasa salah tingkah dan juga takut "Tentu saja Mama boleh datang kemari, kapan pun Mama mau," sergah Arya, sembari berjalan mendekati ibunya.Arya memeluk tubuh wanita yang sudah melahirkannya itu. Lalu mengecup kedua pipinya."Bagaimana kabar Mama dan juga Papa? Apakah kalian sehat?" Arya be

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   18. Kecupan

    Sebuah figura tergantung di dinding kamar Arya. Walaupun hanya lampu tidur temaram yang menerangi kamar, tapi Evita masih bisa melihat sketsa wajah dirinya dan Arya, yang mengisi figura tersebut. Sebuah buket bunga, berada dalam genggamannya. Masih segar di ingatan Evita, foto yang menjadi dasar sketsa itu dibuat.Saat itu adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Arya datang ke rumahnya untuk menjemputnya. Tanpa Evita tahu, ternyata Arya sudah mempersiapkan makan malam untuknya, di private room sebuah restauran mewah. Sebuah kejutan manis yang tidak akan pernah ia lupakan "Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Tiba-tiba terdengar suara Arya dari balik punggung Evita.Sontak Evita terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya ke arah suara. Ditatapnya wajah Arya dengan sikap yang terlihat gugup dan salah tingkah."Ma-maaf, aku sudah lancang masuk ke kamarmu tanpa permisi," ujar Evita dengan suara gagap.Arya diam, tak menanggapi ucapan Evita. Pria itu melenggangkan kakinya berjalan d

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   17. Marah

    "Bukankah aku sudah bilang ... jangan hancurkan kesempatan yang aku berikan! Sekarang Kak Vita sudah membuat pelangganku kecewa. Kak Vita harus membayar semua perbuatan Kakak ini! Besok aku akan melaporkan Kak Vita ke kantor polisi. Bersiap-siaplah untuk kehilangan anak-anak!" Sinta meluapkan emosinya. Tatapannya nyalang.Arya yang melihat kejadian itu, menjadi semakin bingung. Ia tidak mengerti, kenapa adik tiri Evita ingin melaporkan kakaknya ke kantor polisi.Tangan Sinta kembali terangkat. Wanita itu belum puas meluapkan emosinya. Ia ingin menampar kembali wajah Evita. Namun dengan sigap, Arya mencekal pergelangan tangan Sinta, sebelum sempat menyentuh wajah sang kakak. "Jangan coba-coba menamparnya lagi, atau kamu nanti yang akan mendekam di dalam penjara!" ancam Arya. Sinta menarik tangannya dengan kasar. Dengan sorot mata tajam penuh emosi, wanita itu menghunus kedua netra Arya."Jangan ikut campur! Ini urusanku dengan kakakku. Sebaiknya kamu pergi dari sini. Atau akan aku pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status