Share

28. Tamu Tak Diundang

Penulis: Rin Rien
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-10 23:30:35

Perawat mengantarkan Evita ke brankar, dimana saat ini kedua putranya terbaring. Seorang perawat lainnya, tampak tengah memasang infus pada punggung tangan Alif. Bocah laki-laki itu terlihat masih tidak sadarkan diri. Begitu pula dengan adiknya.

"Dok, bagaimana kondisi putra-putra saya?" Evita bertanya pada dokter yang tengah menyorotkan senter kecil, pada pupil mata Galih.

Mendengar suara Evita, dokter ber-tag name Irsan Pramudya itu mematikan cahaya senter. Tatapannya kini jatuh pada wajah Evita yang terlihat cemas.

"Syukurlah, kondisi mereka tidak terlalu mengkhawatirkan. Mereka berdua hanya mengalami dehidrasi, karena kekurangan cairan. Perut mereka juga kosong karena tidak adanya asupan makanan, yang masuk ke dalam tubuh," jelas dokter.

Perasaan Evita seketika merasa lega. Kekhawatiran langsung lenyap dari hatinya. Ditatapnya wajah Alif dan Galih secara bergantian dengan senyum kebahagiaan. Setitik air mata kebahagiaan jatuh, tapi segera diusapnya.

"Saya rasa, tidak lama lagi ked
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   28. Tamu Tak Diundang

    Perawat mengantarkan Evita ke brankar, dimana saat ini kedua putranya terbaring. Seorang perawat lainnya, tampak tengah memasang infus pada punggung tangan Alif. Bocah laki-laki itu terlihat masih tidak sadarkan diri. Begitu pula dengan adiknya."Dok, bagaimana kondisi putra-putra saya?" Evita bertanya pada dokter yang tengah menyorotkan senter kecil, pada pupil mata Galih.Mendengar suara Evita, dokter ber-tag name Irsan Pramudya itu mematikan cahaya senter. Tatapannya kini jatuh pada wajah Evita yang terlihat cemas."Syukurlah, kondisi mereka tidak terlalu mengkhawatirkan. Mereka berdua hanya mengalami dehidrasi, karena kekurangan cairan. Perut mereka juga kosong karena tidak adanya asupan makanan, yang masuk ke dalam tubuh," jelas dokter.Perasaan Evita seketika merasa lega. Kekhawatiran langsung lenyap dari hatinya. Ditatapnya wajah Alif dan Galih secara bergantian dengan senyum kebahagiaan. Setitik air mata kebahagiaan jatuh, tapi segera diusapnya."Saya rasa, tidak lama lagi ked

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   27. Cemas

    Dengan sigap, petugas polisi yang menerjang masuk ke dalam rumah, segera menodongkan pistol. Sorot matanya tajam, mengawasi setiap sudut rumah, yang minim penerangan. Itu dilakukannya sebagai antisipasi, barangkali ada teman Dito yang ditugaskan oleh pria itu, untuk menjaga kedua anaknya.Setelah dirasa aman, petugas tersebut memberikan kode dengan tangannya, agar rekan-rekannya masuk ke dalam rumah. Ia pun memasukkan kembali pistol yang dibawanya, ke dalam sarung pistol kulit, yang ada di pinggangnya. Diambilnya senter untuk menerangi rumah tersebut dan mencari keberadaan Alif dan Galih.Betapa terkejutnya petugas polisi tersebut, saat sorot senternya menangkap sosok dua orang bocah laki-laki, yang terbaring di lantai. Tubuh keduanya diam tak bergerak. Seragam sekolah masih melekat di badannya. "Mereka di sini!" Petugas itu berseru, memberitahukan pada rekan-rekannya yang baru saja merangsek masuk ke dalam rumah. Diarahkannya sorot senter, ke arah tubuh Alif dan Galih.Salah seorang

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   26. Dito Tertangkap

    Arya mematikan ponsel, setelah pembicaraan berakhir. Ditatapnya dengan lekat, kedua netra Evita. Sehingga membuat Evita penasaran, apa yang baru saja dibahas oleh Arya, dengan lawan bicaranya."Ada apa, Ar? Siapa yang baru saja meneleponmu? Apakah polisi?" tebak Evita, dengan jantung yang berdegup kencang. Ia yakin, pihak berwajib lah yang baru saja menelpon Arya.Arya mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Evita."Apa yang dia katakan? Apakah anak-anakku sudah ditemukan?" Dengan tidak sabar, Evita bertanya. Diguncangnya tangan Arya."Habiskan dulu makananmu, lalu bersiap-siaplah. Kita akan pergi ke kantor polisi. Aku juga akan mandi dan bersiap-siap," ujar Arya, lalu bangkit dari duduknya. Kemudian pria itu melangkah keluar, meninggalkan kamar Evita.Tidak ingin membuang waktu, Evita bergegas pergi ke kamar mandi. Tidak dihiraukannya makanan di piring yang masih tersisa.Kurang dari setengah jam, Arya dan Evita sudah siap di dalam mobil. Dengan kecepatan sedang, Arya mengemudikan sen

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   25. Pingsan

    Ketika Arya membuka pintu mobil, Evita segera menelisik bagian dalam mobil Arya dengan pandangannya. Wanita itu mencari keberadaan anak-anaknya, yang mungkin saja pulang bersama dengan Arya."Kemana anak-anakku? Apakah kamu belum menemukannya?" Evita bertanya pada Arya yang baru saja menurunkan kakinya dari dalam mobil.Arya tidak langsung menjawab pertanyaan Evita. Pria itu lebih dulu keluar dari mobil, lalu menutup pintunya."Sebaiknya kita bicara di dalam saja," ujar Arya seraya mengusap lengan Evita dengan lembut, untuk menenangkan perasaan wanita tersebut.Evita mengangguk. Dengan berjalan beriringan, Evita dan Arya masuk ke dalam rumah. Lalu keduanya duduk berdampingan di sofa panjang, yang ada di ruang tengah.Kedua netra Evita menatap wajah Arya dengan sorot mata tajam. Seolah menuntut penjelasan. Perasaan cemas terlihat jelas dari wajah cantiknya. "Aku harap kamu bisa bersabar untuk beberapa waktu. Polisi sedang berusaha menemukan Dito dan anak-anakmu. Yang bisa kamu lakukan

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   24. Memberikan Pelajaran

    Alih-alih menjawab pertanyaan Arya, Evita justru terlihat semakin bingung. Wanita itu tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan pria tersebut. "Katakan apa yang sudah terjadi, Vit!" titah Arya yang sangat yakin, jika ada sesuatu yang membebani pikiran Evita saat ini. "Aku tidak tahu, bagaimana harus menjelaskannya padamu." Evita berkata dengan kedua netra yang mulai berembun.Melihat Evita yang tampak terguncang, Arya segera mengambil air yang tersedia di dekat tempat kerja Evita. Ia ingin wanita itu menenangkan diri dulu, sebelum menceritakan semua pada dirinya."Duduklah dulu, lalu minumlah air ini!" pinta Arya.Evita menuruti ucapan Arya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Evita menerima gelas pemberian Arya, lalu meminumnya perlahan."Apakah sekarang perasaanmu sudah lebih baik?" Arya bertanya, setelah melihat Evita meletakkan gelas yang isinya tinggal separuh, ke atas meja.Evita mengangguk pelan. Tapi wajahnya masih terlihat pucat. "Kalau begitu, kita lanjutkan bicarany

  • Dikhianati Suami, Dicintai Sahabat   23. Ancaman Dito

    Evita tengah fokus pada laptop di hadapannya, ketika dering ponselnya tiba-tiba berbunyi. Wanita itu hanya melirik untuk melihat nama penelepon. Namun keningnya seketika mengerut, ketika membaca sederet nama yang tertera pada layar ponsel.Diambilnya ponselnya. Lalu menggeser tombol hijau. Kemudian menempelkan benda pipih tersebut ke telinganya."Selamat siang, Pak Usman. Saat ini Pak Arya sedang ada rapat dengan klien. Kalau ada yang ingin Pak Usman bicarakan dengan Pak Arya, Pak Usman bisa mengatakannya pada saya. Nanti saya akan menyampaikannya pada Pak Arya. Atau kalau memang tidak mendesak, Pak Usman bisa menelponnya lagi nanti," kata Evita pada pria yang merupakan sopir di kediaman Arya. Yang biasanya mengantar serta menjemput Alif dan juga Galih dari sekolah. Evita mengira jika Usman menghubunginya untuk menyampaikan pesan kepada Arya. Sebab saat ini atasannya tersebut sedang rapat dengan klien. Dan sudah menjadi kebiasaan Arya, untuk mematikan ponsel saat sedang rapat."Tidak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status