Share

Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir
Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir
Author: Anggrek Bulan

1

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2025-09-17 16:15:00

BAB 1

"Mbak Lila, Mas Imam kok wangi banget tadi pas berangkat kerja?” tanya Bu Wati, tetangga sebelah, sambil menyapu halaman.

Lila yang sedang menjemur baju langsung menoleh. “Wangi? Serius, Bu?”

Bu Wati pun mengangguk cepat. “Iya, Mbak. Saya lewat pas dia nutup pagar tadi. Wanginya semerbak, kayak mau kondangan.”

Lila mengernyit. Tadi pagi suaminya, Imam, bilang dia harus lembur di toko elektronik tempatnya kerja.

Memang pagi ini Imam terlihat agak berbeda. Biasanya dia ogah-ogahan bangun, tapi pagi ini malah lebih rajin dari pada Lila sendiri. Bahkan sempat terus-terusan berada di depan cermin.

“Aneh,” gumam Lila lirih. Tangannya berhenti di jemuran terakhir.

Sedikit curiga dengan perbedaan suaminya itu, tetapi kemudian Lila menepis semua. Mencoba berpikiran positif, toh perubahan suaminya juga ke arah yang lebih baik.

Lila tetap menjalani harinya seperti biasa. “Nak, kita jalan sore yuk,” ajaknya pada Raka, putra semata wayangnya yang baru kelas 1 SD.

“Mau ke taman, Bu?” Raka segera menyahut. Terlihat sekali jika bocah tujuh tahun itu senang.

“Nggak. Lewat gang belakang aja. Ibu mau beli gorengan,” jawab Lila sambil menggandeng tangan kecil anaknya.

Mereka berdua pun segera berangkat. Langkah mereka melambat saat melewati gang sempit yang jarang dilewati warga. Jantung Lila makin kencang saat matanya menangkap motor bebek tua berwarna biru gelap, yang tak lain adalah motor Imam, terparkir rapi di depan sebuah kontrakan kecil.

Raka berhenti. “Itu motor Ayah, kan?”

Lila mengangguk pelan. “Iya, Nak." Telunjuknya ditaruh tepat pada bibir. "Kamu diam dulu, ya?”

Wanita ayu itu begitu kaget melihat motor suaminya. Karena dia tahu Imam tak memiliki teman di sekitar kos itu. Lila mengendap.

Kos itu sepi. Hanya suara kipas angin dari dalam terdengar samar. Jendela tertutup tirai tipis warna oranye. Pintu depan sepertinya dikunci dari dalam. Tak ada tanda-tanda kehidupan.

Setelah menata emosi, Lila berdiri di depan pintu. Tangannya bergetar saat akan mulai mengetuk.

Tok tok tok!

“Mas Imam …” suaranya pelan. Tapi tak ada respon, Lila pun lalu mengeraskan suaranya, “Mas Imam! Ini aku, Lila!”

Masih tak ada jawaban. Ia mengetuk lagi, kali ini lebih keras lagi. “Mas Imam! Aku tahu kamu di dalam!” Tak lagi dia bisa berpikir positif.

Raka menarik ujung baju ibunya. “Bu, kenapa Ayah nggak buka pintu? Ayah ngumpet?”

Lila tak menjawab pertanyaan anaknya. Perasaannya menjadi semakin tak karuan. Dia cengkeram gagang pintu lalu mendorongnya perlahan. Terkunci dari dalam, tapi tak terlalu kuat, ada sedikit longgar.

Krek!

Pintu terbuka sedikit, cukup untuk melihat bayangan dua orang. Sontak Lila membeku. Matanya menatap lekat kedua bayangan itu. Yang nampak dari celah pintu.

Imam, tanpa baju. Duduk di ujung kasur tipis. Mukanya pucat. Di sampingnya, Mila, Sepupu Lila sendiri. Memakai daster merah muda yang sangat Lila kenali, daster milik Lila.

Mulut Lila sontak menganga. Jari-jarinya gemetar dan nafasnya naik turun.

Raka yang melihat ekspresi sang ibu, mencoba melihat ke dalam. “Bu, itu ---"

“Jangan lihat!” Lila langsung menutup mata anaknya dan memeluknya erat.

Dua insan beda jenis di dalam, sadar jika ada yang mengintip di luar. Meski dari celah, Imam bisa melihat jika itu Lila. Pria itu sontak bangkit, menutupi wajah dengan tangan. “La, ini—”

Mila langsung berusaha menarik selimut, gadis muda itu pun tak kalah kagetnya.

“Kalian… kalian…” Suara Lila tercekat. Air matanya mengalir deras. “Kalian tega sekali...!” Lila tetap berdiri di ambang pintu sambil mendekat Raka.

“La, dengar dulu, ini bukan—” Imam sangat gusar.

“DIAM!” teriak Lila. Tangisnya makin pecah. “Kamu bilang lembur! Katanya cari tambahan buat Raka! Tapi nyatanya kamu di sini, sama sepupuku sendiri!” Tak lagi dia bisa mengontrol emosinya.

Mila pun ikut menangis, berusaha mendekat ke arah pintu. “Aku minta maaf, Mbak. Aku ---"

“Diam! Jangan panggil aku Mbak! Aku bukan siapa-siapa kalian lagi!” Lila semakin emosi.

Hati wanita mana yang tak terluka, melihat suami dan sepupunya sendiri berdua di sebuah kost tanpa sehelai benang pun.

Raka menangis ketakutan. “Bu, aku takut."

Lila mendekap Raka lebih erat, seperti ingin melindunginya dari dunia yang telah hancur. Tapi tak ada kata yang meluncur dari bibirnya, selain isakan yang semakin menjadi.

Imam melangkah ke arah pintu. “La, aku salah. Tapi—”c

“Jangan dekati aku!” Lila memundurkan tubuh, satu tangan menggandeng Raka, satu tangan menunjuk tajam ke arah Imam. “Mulai hari ini, jangan pernah kau sebut namaku lagi!”

Imam menyugar rambutnya kasar, pria itu nampak frustasi. Sedangkan Mila terduduk di lantai, tak sanggup bicara. Tubuhnya gemetar. Seluruh tubuhnya menyusut seolah berharap bisa menghilang begitu saja.

Setelah hening beberapa detik, Lila menoleh ke anaknya. “Ayo, Nak. Kita pulang.”

Dengan langkah terseok, berjalan menjauh, Raka tertatih-tatih di sampingnya. Suara sandal mereka menampar jalanan sempit. Warga sekitar kost mulai melongok dari balik tirai.

Diusapnya air mata itu dengan kasar. Hatinya telah hancur berkeping sore itu.

Sesampainya di ujung gang, Lila berhenti. Ia mendongak ke langit, memeluk anaknya, dan berteriak sekeras mungkin.

"Kenapa harus mereka ya Allah, kenapa?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 119. Hak Asuh Rafi

    "Lila … kamu siap?" suara Bayu terdengar pelan, hampir tenggelam oleh hiruk-pikuk koridor pengadilan pagi itu.Lila menoleh. Ia mengenakan blouse putih sederhana, wajahnya pucat tapi tegar. "Siap atau nggak, hari ini harus selesai, Mas."Bayu mengangguk pelan, lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Kita udah sejauh ini. Apa pun hasilnya, kita jalan bareng."Lila tersenyum tipis. "Aku percaya, Mas. Tuhan nggak bakal kasih luka dua kali di tempat yang sama."Langkah mereka beriringan memasuki ruang sidang. Udara di dalam terasa berat, mencekam. Suara bisik-bisik kecil dari beberapa pengunjung membuat jantung Lila berdegup semakin kencang.Di seberang, Farah sudah duduk. Mata perempuan itu sembab, wajahnya tampak lelah. Gaun formal yang dikenakan tak mampu menutupi getar di ujung jarinya. Ia menunduk dalam, seperti tak sanggup menatap Bayu dan Lila.Ketika hakim memasuki ruangan, semua berdiri. Suasana hening total."Sidang hari ini akan membacakan putusan atas perkara hak asuh anak ata

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 118. Yang Ditunggu

    "Mas… tanganku dingin banget," bisik Lila pelan di dalam mobil yang perlahan berhenti di depan gedung tinggi penuh cahaya. Dari luar, sorak sorai, lampu kamera, dan lantunan musik gala malam terasa begitu megah.Bayu menatapnya lembut. Ia menggenggam tangan istrinya erat. "Kamu nggak perlu takut. Kamu cuma datang untuk mengambil apa yang sudah lama jadi hakmu, pengakuan."Lila tersenyum kaku, matanya menatap pantulan dirinya di kaca jendela. Gaun biru pastel yang ia kenakan tampak sederhana di antara kilauan gaun para tamu lain yang glamor. Tapi di balik kesederhanaan itu, ada keyakinan yang tumbuh pelan-pelan."Aku dulu cuma ibu rumah tangga yang nulis di sela-sela anak tidur, Mas," ucapnya lirih. ,"Aku nggak pernah nyangka harus berdiri di ruangan sebesar ini."Bayu terkekeh pelan. Justru itu yang bikin kamu beda. Mereka menulis karena ingin dikenal, kamu menulis karena ingin sembuh.”Lila menatapnya dalam. “Kamu yakin aku kuat?”“Yakin banget,” jawab Bayu, menatap lurus ke matanya.

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 117. Penghargaan

    "Mas…” Suara Lila parau memecah sunyi pagi.Bayu baru saja menyeruput kopinya, ketika mendengar nada panik di ruang tengah. Ia segera menoleh dan mendapati Lila duduk di lantai, ponselnya bergetar tak berhenti, notifikasi terus berdenting bersahutan."Ada apa, Lil?" tanya Bayu cepat, mendekat.Lila menatap layar ponselnya dengan wajah pucat. "Aku… aku viral, Mas. Semua orang tahu. Lihat ini."Bayu jongkok di sebelahnya, menatap layar yang penuh dengan notifikasi dari media sosial: mention, DM, artikel berita.Judul-judulnya bertebaran di layar:“Aruna M Terungkap! Penulis Terkenal Ternyata Istri Pengusaha Lokal.""Lila Bayu, Perempuan yang Menulis dari Luka.""Kisah Nyata di Balik Novel ‘Kisah yang Bertahan di Antara Luka’."Sejak Dina memviralkan Lila kemarin, sampai pagi ini berita itu seakan terus menyebar. Lila masih begitu shock.Lila menggigit bibir, jemarinya gemetar. "Mas, aku takut … aku nggak siap jadi pusat perhatian begini."Bayu menarik napas panjang, lalu duduk di lanta

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 116. Bangga Sekali

    116"Rafi, jangan asal coret, Nak. Hurufnya harus rapat, biar nggak kebaca kayak ular lagi."Suara lembut Lila terdengar dari ruang tengah sore itu. Raka duduk di sebelah adiknya, membantu mengeja beberapa kata untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Di atas meja, tumpukan kertas, pensil warna, dan satu mug susus hangat menebar aroma melati.Bayu baru pulang dari kantor, menaruh tasnya di sofa, dan tersenyum kecil."Wah, kelihatannya ruang belajar ini berubah jadi kelas mini, ya?"Lila menoleh sambil tersenyum. "Lebih ramai daripada sekolah, Mas. Muridnya dua, tapi cerewetnya kayak sepuluh.""Eh, itu siapa ya datang?" Raka menengok ke arah pintu begitu terdengar suara bel pintu.Lila bangkit, membuka pintu, dan langsung disambut pelukan hangat dari seorang perempuan muda."Mbak Lila! Aku dadakan ke sini, kangen Rafi sama Raka.""Dina!" Lila tertawa kecil. "Masuk, sini. Wah, udah lama banget kamu nggak mampir."Dina, adik Bayu, membawa tas kecil berisi hadiah, dua mobil-mobilan untuk anak-an

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 115. Kamu Jantungku

    Bab 115Layar ponsel Lila masih menyala menampilkan foto Bayu dan Farah di rumah sakit. Ia menatapnya lama, hingga akhirnya pintu rumah terbuka. Bayu berdiri di ambang, wajahnya lelah, mata merah karena kurang tidur."Mas…"suara Lila pelan. "Aku lihat fotonya."Bayu menatap istrinya tanpa berkata apa-apa beberapa detik, lalu mendekat perlahan. "Itu nggak seperti yang kamu pikir," katanya pelan. "Farah beneran sakit, Li. Dokter bilang dia drop karena tekanan batin."Lila menunduk. "Aku nggak marah."Bayu mengerutkan kening. "Nggak marah?"Lila menggeleng. "Cuma sedih. Karena sepertinya kita semua udah terlalu capek saling menyakiti."Bayu memegang tangannya erat. "Aku tahu. Makanya aku mau kamu ikut besok. Kita jenguk dia bareng. Aku nggak mau lagi ada yang salah paham."Lila terdiam beberapa saat, menatap mata suaminya. "Kamu yakin aku boleh datang?""Bukan boleh, Li. Aku mau kamu datang. Supaya semuanya berakhir dengan baik."Lila mengangguk pelan. "Kalau itu memang yang terbaik, aku

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 114. Masih Tetap Farah

    "Mas, kamu baca ini?"Lila menunjukkan layar ponselnya pada Bayu. Di layar, ada unggahan dari akun anonim yang menuliskan:"Istri kedua, numpang kaya, sok alim tapi nggak becus urus anak."Bayu mengerutkan kening. "Aku udah lihat. Nggak usah dipikirin, Li. Mereka cuma cari perhatian."Lila menarik napas dalam. "Tapi orang-orang di komplek udah mulai bisik-bisik. Tadi waktu aku beli sayur aja, Bu Ratmi sempat nyeletuk—‘kalau bukan karena Bayu, Lila mana mungkin bisa tinggal di sini.’""Biarkan aja," ujar Bayu datar, menahan amarahnya. "Aku nggak mau kamu capek mikirin omongan orang. Mereka nggak tahu apa pun."Lila tersenyum tipis. "Aku nggak capek, Mas. Aku cuma… kasihan Rafi."Bayu menoleh cepat. "Rafi kenapa?"Lila menunduk, menatap ujung jarinya yang saling bertaut. "Tadi dia pulang sekolah, wajahnya murung. Aku tanya kenapa, katanya teman-temannya bilang aku ‘bukan ibu kandungnya’. Ada yang bilang aku cuma ikut numpang makan di rumah ayahnya."Bayu mengepalkan tangan di meja. "Kur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status