Share

2

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2025-09-17 16:15:13

Bab 2

“Bu… Ayah kenapa di sana sama Tante Mila? Ayah sakit, ya?” suara Raka lirih, matanya merah karena habis menangis.

Lila menarik napas panjang. Tubuhnya terasa berat, seolah semua tulangnya retak saat melangkah pulang. Tangannya menggandeng Raka erat-erat.

“Nggak … Ayahmu… cuma lagi ngobrol sama Tante Mila,” jawab Lila terbata.

Seperti apa pun yang terjadi, Lila tak ingin mengatakan hal ini pada Raka. Dia takut jika hanya akan menganggu mental anaknya.

Raka mengernyit polos. “Ngobrol kok nangis, Bu? Ayah sama Tante Mila nangis?”

“Udah, Nak. Kamu jangan banyak tanya dulu, ya.” Suara Lila serak. Air matanya sudah habis di jalan, tapi entah kenapa masih saja mengalir tanpa bisa dia cegah.

Raka menunduk. “Aku takut Ayah marah sama Ibu…”

“Nggak usah takut. Ada Ibu di sini. Kamu aman.” Lila mengelus kepala anaknya.

Sesampainya di rumah, Lila langsung menutup pintu rapat-rapat. Ditariknya Raka ke kamarnya. “Kamu di sini aja, ya, Nak. Jangan keluar. Main mobil-mobilanmu tuh.”

Anak itu mengangguk pelan meski wajahnya penuh tanda tanya.

Baru saja Lila duduk di tepi ranjang, suara berisik dari luar terdengar.

Tok! Tok! Tok!

"Mbak Lila, buka pintu!"

“Lila! Buka pintunya! Ini aku, Imam!”

Suara yang tak ingin sekali pun ia dengar sore itu.

Belum sempat ia bergerak, suara perempuan lain ikut memanggil. “Mbak Lila, tolong… ini salah paham!” Mila. Sepupunya. Pengkhianat itu.

Bersamaan dengan itu, terdengar suara-suara warga. Riuh. Rupanya gosip sudah tercium cepat sekali.

“Bu RT, Ketua RT juga ada di sini!” teriak salah satu warga di luar.

Lila menutup wajahnya. Ya Allah… apa lagi ini? Hatinya masih begitu nyeri, tetapi dia sadar, bahwa semua pasti ada lanjutnya.

Dia pun berdiri, menarik napas panjang, lalu keluar menemui mereka. Membawa segelas teh panas yang tadi sempat diseduhnya, untuk sedikit menenangkan hati.

Di depan rumah sudah ada Imam, masih dengan baju setengah kancing, wajah penuh keringat. Mila di sampingnya, daster merah muda yang dipakainya tadi masih melekat, wajahnya tertunduk. Di belakang mereka beberapa warga dan Ketua RT, Pak Surya, terlihat memegang senter dan tampak gusar.

“Bu Lila,” Pak Surya memulai, suaranya hati-hati. “Tadi mereka berdua sudah diarak warga dari kos-kosan sampai ke sini. Warga minta kejelasan. Ini mau diselesaikan secara pribadi atau perlu bantuan pihak berwajib?”

Lila menatap Imam dan Mila dengan pandangan kosong. “Bantuan pihak berwajib?” gumamnya pelan.

Sebelum ia sempat bicara lagi, Imam sudah memotong. “Nggak usah bawa-bawa polisi, Pak. Ini masalah pribadi keluarga saya----”

“Cukup, Mas!” Pak Surya memotong ucapan Imam, "saya tidak bertanya pada Mas Imam, karena Mas Imam bersalah. Nanti juga kami meminta denda, karena telah mengotori kampung ini."

Mila meneteskan air mata. “Mbak… maafkan aku…”

“Jangan panggil aku Mbak!” bentak Lila sampai Mila tersentak mundur sejajar kembali dengan Imam.

“Bu Lila,” Ketua RT menengahi lagi, “warga cuma ingin tahu keputusan Ibu. Kalau Ibu ingin diselesaikan secara keluarga, ya silakan. Kalau mau lapor, warga siap jadi saksi.”

Imam nampak begitu kaget dan kembali langsung menyahut. "Tolong Pak RT, biarkan kami menyelesaikan masalah ini secara pribadi. Semua denda akan saya bayar hari ini Cash." Imam memohon sambil melipat kedua tangannya. "Ini hanya salah paham saja, Pak."

Byurr

Ah panas!

Tanpa aba-aba, Lila tiba-tiba menyiramkan teh panas ke wajah Imam dan Mila. Karena emosi sudah menjalar di otaknya.

"Panas Mbak, jahat sekali kamu!" Mila langsung berteriak kepanasan. Imam malah mencoba membantu selingkuhannya itu.

Melihat adegan itu, hati Lila makin mendidih. "Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Pak. Saat ini juga, saya ingin kedua sampah ini angkat kaki dari sini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 119. Hak Asuh Rafi

    "Lila … kamu siap?" suara Bayu terdengar pelan, hampir tenggelam oleh hiruk-pikuk koridor pengadilan pagi itu.Lila menoleh. Ia mengenakan blouse putih sederhana, wajahnya pucat tapi tegar. "Siap atau nggak, hari ini harus selesai, Mas."Bayu mengangguk pelan, lalu menggenggam tangan istrinya erat. "Kita udah sejauh ini. Apa pun hasilnya, kita jalan bareng."Lila tersenyum tipis. "Aku percaya, Mas. Tuhan nggak bakal kasih luka dua kali di tempat yang sama."Langkah mereka beriringan memasuki ruang sidang. Udara di dalam terasa berat, mencekam. Suara bisik-bisik kecil dari beberapa pengunjung membuat jantung Lila berdegup semakin kencang.Di seberang, Farah sudah duduk. Mata perempuan itu sembab, wajahnya tampak lelah. Gaun formal yang dikenakan tak mampu menutupi getar di ujung jarinya. Ia menunduk dalam, seperti tak sanggup menatap Bayu dan Lila.Ketika hakim memasuki ruangan, semua berdiri. Suasana hening total."Sidang hari ini akan membacakan putusan atas perkara hak asuh anak ata

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 118. Yang Ditunggu

    "Mas… tanganku dingin banget," bisik Lila pelan di dalam mobil yang perlahan berhenti di depan gedung tinggi penuh cahaya. Dari luar, sorak sorai, lampu kamera, dan lantunan musik gala malam terasa begitu megah.Bayu menatapnya lembut. Ia menggenggam tangan istrinya erat. "Kamu nggak perlu takut. Kamu cuma datang untuk mengambil apa yang sudah lama jadi hakmu, pengakuan."Lila tersenyum kaku, matanya menatap pantulan dirinya di kaca jendela. Gaun biru pastel yang ia kenakan tampak sederhana di antara kilauan gaun para tamu lain yang glamor. Tapi di balik kesederhanaan itu, ada keyakinan yang tumbuh pelan-pelan."Aku dulu cuma ibu rumah tangga yang nulis di sela-sela anak tidur, Mas," ucapnya lirih. ,"Aku nggak pernah nyangka harus berdiri di ruangan sebesar ini."Bayu terkekeh pelan. Justru itu yang bikin kamu beda. Mereka menulis karena ingin dikenal, kamu menulis karena ingin sembuh.”Lila menatapnya dalam. “Kamu yakin aku kuat?”“Yakin banget,” jawab Bayu, menatap lurus ke matanya.

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 117. Penghargaan

    "Mas…” Suara Lila parau memecah sunyi pagi.Bayu baru saja menyeruput kopinya, ketika mendengar nada panik di ruang tengah. Ia segera menoleh dan mendapati Lila duduk di lantai, ponselnya bergetar tak berhenti, notifikasi terus berdenting bersahutan."Ada apa, Lil?" tanya Bayu cepat, mendekat.Lila menatap layar ponselnya dengan wajah pucat. "Aku… aku viral, Mas. Semua orang tahu. Lihat ini."Bayu jongkok di sebelahnya, menatap layar yang penuh dengan notifikasi dari media sosial: mention, DM, artikel berita.Judul-judulnya bertebaran di layar:“Aruna M Terungkap! Penulis Terkenal Ternyata Istri Pengusaha Lokal.""Lila Bayu, Perempuan yang Menulis dari Luka.""Kisah Nyata di Balik Novel ‘Kisah yang Bertahan di Antara Luka’."Sejak Dina memviralkan Lila kemarin, sampai pagi ini berita itu seakan terus menyebar. Lila masih begitu shock.Lila menggigit bibir, jemarinya gemetar. "Mas, aku takut … aku nggak siap jadi pusat perhatian begini."Bayu menarik napas panjang, lalu duduk di lanta

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 116. Bangga Sekali

    116"Rafi, jangan asal coret, Nak. Hurufnya harus rapat, biar nggak kebaca kayak ular lagi."Suara lembut Lila terdengar dari ruang tengah sore itu. Raka duduk di sebelah adiknya, membantu mengeja beberapa kata untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Di atas meja, tumpukan kertas, pensil warna, dan satu mug susus hangat menebar aroma melati.Bayu baru pulang dari kantor, menaruh tasnya di sofa, dan tersenyum kecil."Wah, kelihatannya ruang belajar ini berubah jadi kelas mini, ya?"Lila menoleh sambil tersenyum. "Lebih ramai daripada sekolah, Mas. Muridnya dua, tapi cerewetnya kayak sepuluh.""Eh, itu siapa ya datang?" Raka menengok ke arah pintu begitu terdengar suara bel pintu.Lila bangkit, membuka pintu, dan langsung disambut pelukan hangat dari seorang perempuan muda."Mbak Lila! Aku dadakan ke sini, kangen Rafi sama Raka.""Dina!" Lila tertawa kecil. "Masuk, sini. Wah, udah lama banget kamu nggak mampir."Dina, adik Bayu, membawa tas kecil berisi hadiah, dua mobil-mobilan untuk anak-an

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 115. Kamu Jantungku

    Bab 115Layar ponsel Lila masih menyala menampilkan foto Bayu dan Farah di rumah sakit. Ia menatapnya lama, hingga akhirnya pintu rumah terbuka. Bayu berdiri di ambang, wajahnya lelah, mata merah karena kurang tidur."Mas…"suara Lila pelan. "Aku lihat fotonya."Bayu menatap istrinya tanpa berkata apa-apa beberapa detik, lalu mendekat perlahan. "Itu nggak seperti yang kamu pikir," katanya pelan. "Farah beneran sakit, Li. Dokter bilang dia drop karena tekanan batin."Lila menunduk. "Aku nggak marah."Bayu mengerutkan kening. "Nggak marah?"Lila menggeleng. "Cuma sedih. Karena sepertinya kita semua udah terlalu capek saling menyakiti."Bayu memegang tangannya erat. "Aku tahu. Makanya aku mau kamu ikut besok. Kita jenguk dia bareng. Aku nggak mau lagi ada yang salah paham."Lila terdiam beberapa saat, menatap mata suaminya. "Kamu yakin aku boleh datang?""Bukan boleh, Li. Aku mau kamu datang. Supaya semuanya berakhir dengan baik."Lila mengangguk pelan. "Kalau itu memang yang terbaik, aku

  • Dikhianati Suami, Dinikahi Mantan Pacar Tajir   Bab 114. Masih Tetap Farah

    "Mas, kamu baca ini?"Lila menunjukkan layar ponselnya pada Bayu. Di layar, ada unggahan dari akun anonim yang menuliskan:"Istri kedua, numpang kaya, sok alim tapi nggak becus urus anak."Bayu mengerutkan kening. "Aku udah lihat. Nggak usah dipikirin, Li. Mereka cuma cari perhatian."Lila menarik napas dalam. "Tapi orang-orang di komplek udah mulai bisik-bisik. Tadi waktu aku beli sayur aja, Bu Ratmi sempat nyeletuk—‘kalau bukan karena Bayu, Lila mana mungkin bisa tinggal di sini.’""Biarkan aja," ujar Bayu datar, menahan amarahnya. "Aku nggak mau kamu capek mikirin omongan orang. Mereka nggak tahu apa pun."Lila tersenyum tipis. "Aku nggak capek, Mas. Aku cuma… kasihan Rafi."Bayu menoleh cepat. "Rafi kenapa?"Lila menunduk, menatap ujung jarinya yang saling bertaut. "Tadi dia pulang sekolah, wajahnya murung. Aku tanya kenapa, katanya teman-temannya bilang aku ‘bukan ibu kandungnya’. Ada yang bilang aku cuma ikut numpang makan di rumah ayahnya."Bayu mengepalkan tangan di meja. "Kur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status