Share

Bab 2 ( Mari Bercerai)

Author: Tri Afifah
last update Last Updated: 2024-05-17 09:41:00

“Hai, Zola!”

Zola menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap wajah seseorang yang tadi memanggil namanya. Kedua alisnya bertaut saat menyadari siapa yang telah menyapanya. Walaupun tidak ingin berurusan dengan wanita yang kini tengah menatapnya penuh minat itu, namun Zola tak dapat langsung menolak kehadiran wanita itu. Ia tidak ingin Rosa curiga, jika dirinya tengah menghindari situasi bersama dengannya.

“Apa kabar?” tanya Rosa dengan sikap seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu antara dirinya dan Darel.

Zola menarik kedua sudut bibirnya, berusaha untuk tetap tersenyum.

“Baik, seperti yang kau lihat. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di Hotel Suamiku?” Zola sengaja menekan kata suami, agar Rosa bisa sadar akan posisinya.

“Aku dapat panggilan telepon, untuk bekerja disini.”

Zola menyipitkan matanya, mencoba untuk memahami situasi dan pernyataan Rosa.

“Siapa?” tanyanya dengan perasaan yang tak menentu.

“Darel,”

***

Zola membanting pintu masuk ruangannya. Tidak peduli dengan ekspresi terkejut beberapa karyawan yang kebetulan lewat di ruangannya. Tidak seperti biasa, Zola bukanlah seorang wanita temperamental. Namun, kehadiran Rosa sudah membuat semua moodnya rusak begitu saja.

Dadanya naik turun menahan emosi yang bergemuruh. Ingatan akan kegiatan yang dilakukan suami dan Rosa di toilet kembali mengusik ketenangan hatinya. Zola mengepalkan kedua tangannya, menyalurkan rasa kesal karena tidak dapat langsung menyalurkan emosinya.

“Pagi, sayang.”

Tanpa mengalihkan pandangannya, Zola sudah sangat hafal akan suara itu. Zola menarik napas perlahan, mencoba untuk menenangkan diri agar tidak terlalu kentara sekali jika dirinya sedang dirundung kekesalan luar biasa.

“Tanpa memberi kabar, ternyata mas sudah berada di Hotel. Kenapa tidak pulang semalam?”

Saat Darel akan mengatakan sesuatu, Zola tidak lantas memberikan celah pada pria berhidung mancung itu. Wanita cantik itu, mengarahkan jari telunjuknya ke depan. Memberikan sebuah peringatan pada Darel, agar tetap diam.

“Jangan lupa, mas izin untuk membelikan obat untukku. Tapi, bukannya mendapatkan obat. Justru, aku menyadari bahwa suamiku tidak pulang semalaman. Bahkan, tidak memberikan kabar apapun pada diriku. Alasan?” Zola berhenti sejenak, lantas memindai penampilan Darel dari atas sampai bawah.

“Mas terlihat baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda terluka sedikitpun. Lantas, apa alasannya?”

Diam-diam Darel meneguk ludahnya berulang kali. Ia tidak pernah menyangka bahwa Zola dapat menebak isi kepalanya. Padahal, ia akan beralasan mengalami insiden kecelakaan. Namun, sepertinya ia harus memutar otak untuk mencari alasan lainnya.

“Sayang, dengarkan dulu ala-”

“Dan soal anak. Bukankah kau begitu menginginkan agar aku cepat hamil?”

Darel mengerutkan keningnya, ia harus waspada terhadap arah pembicaraan istrinya yang sejak dulu menghindari situasi ini.

“Aku sudah periksa ke dokter kandungan. Kau tahu, apa yang aku dapatkan mas?”

Darel tidak ingin ada seorang pun yang mendengar pembicaraan keduanya. Ia segera menutup pintu ruangan Zola, lalu mendekati wanita berambut panjang itu.

“Apa yang kau dapatkan?”

Zola menatap dalam mata suami yang dulu begitu ia cintai. Ada kilat kemarahan yang Zola tangkap dari tatapan Darel.

“Selama ini, kau hanya ingin menghancurkan impian Pernikahan ini.” Masih sangat jelas dalam ingatan Zola, saat dirinya berada dalam ruangan serba putih. Bau obat-obatan yang begitu menyengat, mampu membuat suasana hatinya kian bertambah tak menentu.

Tangannya sedikit bergetar saat menyerahkan pil berwarna putih pada wanita berkacamata yang sejak tadi, duduk diam dengan tatapan mata yang begitu tajam.

Zola memejamkan matanya, mengingat kejadian satu Minggu yang lalu saat dirinya bertemu dengan sahabatnya. Ada sesal dalam hati, mengapa harus mencari tahu informasi soal obat yang tiap hari Darel berikan. Jika saja rasa penasarannya tidak terlalu dalam, mungkin sampai detik ini Zola tidak akan pernah tahu hal apa yang membuat dirinya terkadang diabaikan oleh suaminya.

“Aku bertaruh, dengan mengabaikan keluargaku. Tapi, kau berencana untuk menghancurkan semuanya? Aku tidak bodoh, mas. Bahkan aku masih bisa mencium aroma tubuh wanita lain dari tubuhmu.” Zola dapat merasakan bagaimana bibirnya bergetar saat mengucapkan hal itu. Seharusnya hal ini ia simpan. Namun, hati nuraninya menolak itu semua. Hatinya tidak rela, jika Darel menambahkan luka baru pada dirinya.

“Kau-”

“Aku tahu perihal perselingkuhan dirimu dengan wanita itu. Jadi, tidak ada yang perlu kau sembunyikan. Lepas topeng yang saat ini kau pakai, mas. Karena sebentar lagi kita akan bercerai!”

“Zola!” Darel mengikis jaraknya dengan Zola. Pria itu dengan sengaja melingkarkan tangannya pada pinggang Zola, agar tubuh keduanya menempel. Kedua bola matanya bergerak gelisah, menatap wajah sendu istrinya yang terlihat begitu lelah.

Ia tidak pernah menyangka, jika kebodohannya bisa terbongkar begitu cepat. Rencananya yang sudah tersusun rapi, nyatanya tidak membuahkan hasil.

“Jangan mengarang cerita. Aku tidak pernah sekalipun berselingkuh dengan wanita lain.” Tangan kanan Darel tidak diam begitu saja, pria itu dengan cepat menyentuh pipi Zola, mengelusnya dengan lembut.

“Aku tidak sembarangan berbicara. Aku punya bukti dan akan aku jadikan bukti di persidangan nanti!” Zola balik menatap tajam pada wajah Darel. Ia tidak ingin sampai Darel melihat sisi lemahnya.

Darel memajukan wajahnya, “ Jadi, maksudmu kau ingin bercerai dariku?”

Zola dapat merasakan hembusan nafas Darel yang beraroma kopi. Mungkin saja, pria ini baru saja disuguhi kopi hangat oleh selingkuhannya.

“Kau mengenalku sudah sejak kita dibangku SMA. Aku tidak mungkin memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu.”

Seandainya saja Zola tidak menyaksikan langsung hal yang terjadi di Toilet itu, mungkin saat ini ia akan luluh dengan kata-kata manis Darel.

Zola menepis tangan Darel, wanita bertubuh mungil itu hendak meronta, namun kekuatannya jauh dibawah Darel.

“Zola Maharani! Lihat aku dan katakan sekali lagi, apa keinginanmu?” desis Darel yang sudah mulai terpancing emosi melihat ekspresi dan gerak tubuh Zola. Istrinya itu seperti jijik berhadapan dan berada dalam dekapannya.

“Aku ingin kita bercerai. Sudahi pernikahan—” Darel sudah tidak tahan lagi mendengar kata cerai yang diucapkan oleh Zola. Darel mencium Zola dengan kasar, berharap mulut wanita itu diam dan tidak lagi banyak menuntut.

Walaupun dirinya bersalah, tapi Ia juga tidak ingin langsung melepaskan status dirinya sebagai suami sah Zola. Harga dirinya seperti tercabik-cabik, saat Zola menuntut perceraian. Merasa kesal, akhirnya Darel membungkam bibir tipis Zola dengan ciumannya. Ia begitu menikmati bibir manis istrinya. Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa manis bibir Zola, sekalipun itu adalah Rosa, selingkuhannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati    Bab 110 ( Berita Skandal yang diciptakan Daries)

    Hari berlalu begitu saja, tidak ada yang menarik bagi Zola kecuali rasa berkecamuk dalam hatinya. walaupun hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh ayahnya, tetap saja Zola merasa sedikit kecewa. sebentar lagi dunia akan tahu, bahwa ayahnya memiliki wanita lain dan tentu saja, buah hati dengan wanita itu. ya, siapa lagi kalau bukan Isa. pria yang sudah ia anggap sebagai sahabat dan kakaknya itu kini justru berubah statusnya sebagai adiknya. pria itu akan menyandang status sebagai seorang anak Joyokusumo.“Sudah siap, sayang?” Zola mendongak, menatap wajah teduh ibunya yang terlihat begitu cantik dalam balutan kebaya berwarna gold.Zola tersenyum tipis, dadanya masih saja sesak walau ia sudah berusaha untuk meyakinkan diri bahwa ia sudah siap dengan semuanya. tanpa menunggu arahan ibunya, Zola bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar menuju ke tempat Resepsi Pernikahan Isa dan Rumi. Zola memang sengaja tidak menemani Rumi saat acara akad nikah, bukan tanpa alasan. Ia lebi

  • Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati    Bab 109 ( Rasanya, Masih Saja Sakit)

    Zola bersandar pada kursi depan mobil, tepatnya di samping Edgar yang saat ini tengah menyetir. suasana terasa begitu hening sesaat setelah keduanya sampai detik ini tidak ada yang memulai pembicaraan. Zola memejamkan mata, meresapi kejadian yang tadi terekam jelas dalam otaknya, bagaimna telatennya Edgar saat menyuapkan makanan. tanpa Zola sadari, pria di sampingnya terlihat mencuri pandang dan mendapati Zola tersenyum sendiri.“Apa yang sedang kau lamunkan, sayang? kau tersenyum begitu manis dan rasanya tidak adil jika tak kau bagi padaku,” deretan kalimat yang diucapkan oleh Edgar membuat Zola membuka mata dan langsung menatap sang pujaan hati.“Hanya mengingat kejadian yang lucu.” Sahut Zola berusaha untuk tidak mengatakan yang sebenarnya. malu, rasanya jika ia harus jujur pada Edgar soal hal yang baru saja ia lamunkan. jika sampai kekasihnya itu tahu, dapat dipastikan bagaimna Edgar akan berbangga hati dan besar kepala.“Benarkah? tap-”“Sudahlah, jangan diperpanjang!” sela Zola

  • Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati    Bab 108 ( Jangan Salah Sangka)

    Zola hanya dapat memandang penuh dengan banyak pertanyaan di kepalanya. saat ini, Zola tidak dapat mengalihkan pandangannya pada Edgar yang terlihat begitu lahap menyantap makanan yang sudah tersedia diatas meja. sesekali Edgar melirik ke arah Zola yang terlihat diam saja dan belum menyentuh makanannya. Edgar tidak terlalu ambil pusing, ia terus saja menikmati makanannya. "Apa kau sering datang ke tempat seperti ini?" akhirnya Zola memutuskan untuk bertanya. ia sudah tidak tahan lagi melihat ekspresi wajah Edgar yang terlalu menikmati makanan. bukan jijik karena berada ditempat warung lesehan seperti ini, lebih ke rasa penasaran karena Zola sendiri belum Pernah makan ditempat seperti ini. apalagi seorang Edgar Valden, seorang pebisnis kaya raya. "tidak sering, hanya saja orang tuaku pernah sesekali mampir ke tempat seperti ini dan jujur saja, aku merasa lidahku cocok untuk makanan seperti ini. apa ini terlihat aneh?" Zola menggeleng, terlihat dipaksakan dan terkesan aneh dengan sen

  • Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati    Bab 107 ( Permintaan Aneh Edgar)

    Rumi tidak memperpanjang perdebatannya dengan Isa. mungkin untuk saat ini, ia harus sedikit mengalah untuk mengesampingkan kepentingan sahabatnya sendiri. walau Rumi tidak tahu pasti, apa yang membuat Isa merubah sifatnya menjadi lebih membenci Zola. Rumi juga tidak ingin munafik, pernikahannya sudah tinggal menghitung hari dan ia tidak ingin pernikahannya hancur berantakan. katakanlah ia egois, tapi Rumi begitu mencintai Isa. *** Zola menatap layar laptopnya sembari menghela napas kasar. pekerjaan yang menumpuk disertai dengan sekelumit permasalahannya membuat tubuh dan pikirannya seperti diperas habis. ingin sekali rasanya pergi ke suatu tempat yang menenangkan diri, tapi Zola terlalu gengsi jika harus menghubungi terlebih dahulu Edgar. Ia ingin agar pria itu berinisiatif untuk menghubungi dirinya terlebih dahulu. “Hai, apa aku mengganggumu?” Zola mengangkat wajah, menatap tak percaya jika pria yang baru saja menghiasi pikirannya, justru kini berdiri di ruangannya. dengan senyu

  • Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati    Bab 106 ( Berubah Menjadi Lebih Egois)

    Pandangan Zola teralihkan pada ponselnya yang berdering. wanita cantik itu lantas merogoh ponsel yang berada di dalam saku celananya. Zola menatap pada Edgar, seperti meminta izin pada kekasihnya itu untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.“Rumi,” ucapnya pelan yang diangguki oleh Edgar.“Hallo,”‘Zola, maafkan aku.’ sahut Rumi tanpa berbasa-basi.‘aku tahu, pernikahanku ini berdampak pada kehidupanmu. tapi, aku sungguh tidak tahu jika keadaannya sampai seperti ini. Isa baru saja menghubungi diriku dan mengatakan akan membatalkan pernikahan ini. bagaimana ini, Zola? undangan sudah terlanjur tersebar dan…aku malu sekali. aku tidak tahu, apa Masalahnya sampai Isa memutuskan hal ini tanpa berbicara padaku. namun,” ada jeda waktu saat Rumi kembali akan melanjutkan perkataannya. ‘aku yakin, ini berhubungan denganmu.’“Kenapa harus aku, Rumi? bukankah kita sahabat, lantas apa yang mendasari dirimu yakin jika Isa membatalkan pernikahan ini gara-gara diriku?” ucap Zola tanpa mengalihkan

  • Dikhianati Suami, Dipertemukan dengan Pria Sejati    Bab 105 ( Caramu Salah)

    “Aku pikir ayah akan sedikit mengasihi kami, sebagai keluarga. namun, nyatanya kami harus kembali di tampar oleh fakta menyedihkan soal pengkhianatan yang ayah lakukan pada ibu.”PRAK!Daries membanting piring yang ada dihadapannya, membuat piring berbahan keramik itu pecah berantakan di lantai. baru kali ini, Zola melihat wajah kemarahan sang ayah. dan itu semua disebabkan oleh Isa. anak kandungnya yang sudah lama ia rahasiakan. “Cukup Daries, kau membuat Zola ketakutan.” “Sebagai seorang ibu, kau tidak bisa mengajari dan mendidik anak kita! lihat kelakuannya sekarang setelah bercerai, berani sekali mengungkapkan isi hatinya dan berencana meninggalkan rumah ini!”Zola menatap wajah ibunya, berharap agar wanita itu bisa sedikit saja tegas pada ucapan Daries. tapi, kenyataannya tidak seperti yang Zola inginkan. Dania hanya dapat menundukkan wajah tanpa berani menatap langsung wajah Daries.‘setidaknya aku tidak selemah ibuku,’ batin Zola lalu pergi meninggalkan ruang makan. Setelah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status