LOGIN
"Aku, Ren Abraham Louhan, menerima engkau, Florensia Brawijaya, menjadi istriku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita."
"Aku, Florenisa Brawijaya, menerima engkau, Ren Abraham Louhan, menjadi suamiku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita." "Di hadapan Tuhan dan saksi ini, saya menyatakan kalian sebagai pasangan suami istri. Semoga pernikahan ini mendapat berkat dari Tuhan." Mata Flo berkaca-kaca saat pendeta menyatakannya resmi menjadi istri dari kekasih yang sudah mengisi hatinya selama dua tahun belakangan ini. Dia tak bisa membendung rasa senang yang membuncah dihatinya. Setelah penantian panjang, akhirnya dia berhasil menyandang status sebagai menantu keluarga Louhan. "Silakan bertukar cincin." Ren mengambil cincin berlian lalu meraih tangan Flo. Sambil tersenyum manis, dia menyematkan cincin itu ke jari manis istrinya. Flo melakukan hal yang sama, dia mengambil cincin dengan tangan yang sedikit gemetar. Diraihnya telapak tangan Ren yang besar kemudian mulai menyematkan cincinnya. "Anda boleh membuka veil mempelai wanita dan menciumnya." ucap pendeta. Ren mengangguk, dia mengikis jarak antara dirinya dan Flo. Kedua tanganya perlahan menarik kain veil yang menutupi wajah cantik istrinya. "Cantik." puji Ren saat wajah Flo terligat jelas di hadapannya. Flo tersipu malu, rasa haru dan bahagia bercampur jadi satu. Perlahan Ren mendekatkan wajahnya sambil menahan tengkuk istrinya. Keduanya saling memejamkan mata saat bibir itu bertemu. Kilatan flash dan riuh tepuk tangan dari tamu undangan yang datang seketika memenuhi gedung yang sudah disulap menjadi pesta pernikahan yang megah. Keduanya masih asyik berciuman hingga beberapa detik sebelum Flo melepaskan ciumannya. "Ren, malu." cicit Flo. Ren membawa istrinya kedalam pelukannya, hari ini menjadi hari bersejarah dalam hidupnya karena berhasil mempersunting gadis dambaan hatinya. Setelah proses pemberkatan, sepasang suami istri itu naik ke pelaminan. Beberapa tamu undangan mulai memberikan selamat serta doa kepada mereka. Acara pernikahan berlangsung selama berjam-jam membuat Flo merasa kakinya mulai terasa pegal. "Ada apa sayang?" tanya Ren. "Kaki aku sakit Ren." "Kita temui orang tua kita dulu setelah itu kamu bisa istirahat. Bagaimana?" Florensia mengangguk, dia dibantu Ren menuruni anak tangga. Gaunnya yang berat membuatnya sedikit kesusahan. "Akhirnya, pasangan raja dan ratu sehari kita turun dari singgahsananya." goda Joshua sepupu Ren. "Selamat kak, akhirnya kakak menikah juga." ucap Marissa. "Terima kasih adik kecil." ucap Ren sambil mencubit pipi Marissa. "Bagaimana perasaan kamu sayang?" tanya Talita, mama Florenisa. "Flo seneng mah, akhirnya kami menikah juga." "Ren, papa titip Flo sama kamu ya. Jangan sakiti fisik maupun batinnya, kelak jika kamu tak lagi mencintai Flo, kembalikan putri papa dengan baik-baik seperti saat kamu memintanya dengan baik-baik." ucap Anton pada menantunya. Ren mengangguk mantap. "Ren tidak bisa berjanji pada papa, tapi akan Ren usahakan untuk memenuhi permintaan papa." "Sayang, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri. Tugas kamu akan bertambah, sebagai istri wajib melayani suaminya. Mama harap kamu selalu sabar dan terus saling mencintai ya." Florensia memeluk mamanya dengan erat, matanya kembali berkaca-kaca saat mendengar wejangan dari mamanya. "Sekarang udah nggak boleh ngambek-ngambek lagi, kalau ada masalah diselesaikan baik-baik ya?" Florensia mengangguk dipelukan mamanya. "Iya mah, Flo janji." Talita melepaskan pelukannya. "Ayo sekarang sapa mertua kamu." Florensia kembali mengangguk lalu menoleh ke arah kedua orang tuan Ren. "Ta-" "Eits, sekarang kamu sudah menjadi bagian keluarga Louhan. Mulai sekarang panggil mama, jangan tante lagi." ucap Sofia. Mereka semua tertawa saat Florensia hampir memanggil ibu mertuanya dengan sebutan tante. "Mama papa." ucap Florensia. Florensia pun memeluk mertuanya secara bergantian, seperti biasa pelukan Sofia begitu hangat seperti sebelum-sebelumnya. "Selamat datang di keluarga Louhan, Florensia." ucap Raditya Louhan. "Terima kasih papa." "Ma, Flo mohon bimbingannya ya. Flo belum bisa masak seenak masakan mama Sofia." Sofia tertawa pelan lalu mengusap lengan Florenisa. "Iya sayang, nanti mama akan ajarin kamu masak." "Jangan mah, nanti istri aku bau bawang." ucap Ren bercanda sambil memeluk pinggang Flo. "Ren." tegur Flo. "Seperti adat yang masih keluarga Louhan anut tuan Anton, saya sebagai kepala keluarga meminta langsung kepada anda untuk meminta putri anda tinggal di kediaman Louhan. Mereka bisa tinggal sendiri ketika kelak memiliki momongan." ucap Raditya. Anton dan Talita mengangguk. "Saya bagaimana anak-anak saja tuan, jikalau memang seperti itu adanya, saya dengan lapang dada melepaskan putri saya untuk tinggal di kediaman anda." balas Anton. Florensia mendongak menatap suaminya, senyumnya melebar saat Ren juga tengah menatapnya. "Kak Flo, jangan lupa main juga ke rumah aku ya." ucap Marissa. "Tentu kak, aku pasti akan sering main ke rumah kalian." "Sekali lagi selamat atas pernikahan kalian ya Flo dan Ren." ucap Vanesa bibi Ren. "Terima kasih tante." "Ngomong-ngomong Kenan kemana, kenapa nggak kelihatan dari tadi?" tanya Andito adik Raditnya. "Tadi Jo lihat kak Kenan disana pah." tunjuk Joshua pada meja disebelah hidangan. "Kalau gitu Ren ajak Flo istirahat dulu, kasihan dia kakinya sakit." "Iya, jaga istrimu baik-baik Ren. jangan lupa nanti malam makan bersama." Ren mengangguk. "Baik pah." "Ayo sayang." "Flo duluan ya." pamit Florensia pada keluarganya. Florensia Brawijaya, gadis 26 tahun yang memiliki tinggi 170cm dengan tubuh rampinnya. Dia merupakan putri tunggal pasangan Anton Brawijaya dan Talita Maheswari, saat ini dia bekerja di perusahaan papanya dan merupakan penerus perusahaan keluarga. Florensia menikah dengan Ren Abraham Louhan, pria mapan 30 tahun yang saat ini menjabat sebagai direktur di perusahaan papanya, Raditya Louhan. Ren Abraham Louhan memiliki tinggi 180cm dengan tubuh kekar dan tegap. Dia memiliki adik laki-laki bernana Kenan Albert Louhan yang saat ini berusia 28 tahun dan juga tengah bekerja di perusahaan keluarga. Florensia dan Ren sudah berpacaran selama dua tahun lamanya hingga akhirnya memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Flo memiliki sifat yang lemah lembut, hal itu sangat disukai Ren hingga membuat Ren mantap untuk menjalin biduk rumah tangga dengan Florensia. Ceklek. Ren membuka kamar pengantin mereka yang terletak di lantai 15 hotel yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya pernikahan mereka. "Ah, akhirnya bisa istirahat juga." ucap Florensia merasa lega. Ren membantu istrinya duduk di ranjang, dia berjongkok di hadapan Flo kemudian membantu melepaskan high hills yang digunakan istrinya. "Sebelah mana yang sakit?" "Sayang, udah nggak papa kok. Sini kamu bangun aja." ucap Florensia tak enak. Ren mendongak sambil tersenyum ke arah istrinya. "Nggak papa, bagian sini yang sakit? Biar aku pijitin." ucap Ren sambil menyentuh betis Flo. Seketika sekujur tubuh Flo terasa merindibg saat tangan besar suaminya menyentuh kakinya. "Ren, udah nggak usah." Ren terkekeh kecil kemudian berdiri dari duduknnya, dia paham mungkin Florensia belum terbiasa dan juga belum siap. "Kalau gitu aku ke bawah dulu ya mau nemuin kolega bisnis aku." Flo mengangguk. "Iya, sekalian tolong panggilin Karina ya suruh bawa ponsel aku juga." "Iya sayang, aku balik dulu ya." Ren mendunduk lalu mengecup kening Florensia lama, setelah itu dia segera keluar dari kamar mereka. ting. Saat pintu lift terbuka, dia melihat adiknya yang tengah menyandarkan tubuhnya di dinding koridor. "Kenan, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Ren. "Di dalem terlalu bising kak, telinga aku sakit." Ren terkekeh pelan lalu merangkul pundak adiknya. "Kamu tidak boleh bicara seperti itu diacara kakakmu sendiri Ken." Ren membawa Kenan kembali masuk ke dalam ballroom hotel. Sebelum menemui kolega bisnisnya, dia mencari asisten istrinya terlebih dahulu. "Karina." Karina yang tengah mengobrol dengan Angel dan Noela, kedua sahabat Florensia, seketika menoleh. "Ada yang bisa saya bantu tuan?" "Flo sedang sendirian dikamar kakinya sakit, tolong kamu temani dia. Jangan lupa bawakan ponsel dan suruh pelayan mengantarkan makanan juga." "Baik tuan." "Kak Ren, kita boleh ikut?" tanya Noela. Ren hanya mengangguk kemudian pergi. Kedua sahabat Florensia dan asisten Florensia mulai meninggalkan lokasi pesta. "Kamar Florensia yang mana kak Rin?" tanya Angel. "Sebelah sini nona." ucap Karina. Sampai di depan kamar, Karina tak lupa mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian membuka pintunya. "Nona Flo." Sapa Karina. "Aaa Flo, akhirnya lo nikah juga." ucap Angel heboh saat masuk ke dalam kamar Florensia. Florensia tersenyum lebar saat melihat kedua sahabatnya masuk ke kamar bersama asistennya. Angelica dan Noela menghampiri sahabatnya lalu memeluknya dengan erat. "Makaish ya kalian udah dateng, maaf nggam bisa banyak ngobrol sama kalian tadi." Ucap Flo merasa bersalah. "Nggak papa Flo, kita paham kok." Tak lama pintu kamar Flo kembali diketuk, Karina dengan cekatan membuka pintu lalu mengambil nampan dari pelayan. "Sebaiknya anda makan dulu nona." ucap Karina sambil meletakkan nampan ke atas meja. "Ponsel aku mana Rin?" Karina membuka tasnya lalu memberikan ponsel Florensia. "Kalian udah makan belum? Kita makan bareng yuk?" ajak Florensia. "Kamu aja Flo, kita udah makan tadi." tolak Angelica. Florensia mengangguk lalu mulai memakan makanannya yang berada diatas nampan. "Kata tuan Ren kaki anda sakit, sebelah mana nona biar saya periksa." "Betis aku Rin, tapi gaun ini sangat menganggu." Keluh Florensia. "Kalau begitu selesaikan makan anda terlebih dahulu nanti saya bantu berganti pakaian." Florensia mengaangguk kemudian melanjutkan makannya. "Eh Flo, kok aku nggak lihat kak Kenan ya?" tanya Noela. "Kenan? Ada kok, tadi aku lihat." ucap Angelica. "Kamu ngerasa nggak sih kalau keluarga Louhan itu bibit unggul semua, apa lagi sepupunya kak Ren. Siapa tadi namanya, aku lupa?" "Joshua?" "Nah iya itu." ucap Noela. "Jangankan yang muda, om Raditya aja juga masih ganteng meskipun udah tua." ucap Angelica. "Angel, jangan sembarangan ya!" tegur Noela. "Meskipun iya juga sih." sambungnya. Florensia dan Karina hanya tertawa mendengar ucapan Angelica dan Noela. Flo akui jika perkataan sahabatbya ada benarnya, Ren, suaminya memang memiliki aura dingin diluar namun hangat di dalam. Meski terlihat cuek dengan orang lain, namun dengan keluarganya, pria itu begitu hangat. Itulah yang membuat Florensia jatuh cinta dengan suaminya. "Rin, aku udah selesai." ucap Florensia. Karina mengangguk, dia kemudian membantu Florenisa berdiri dan masuk ke kamar mandi. Dia mulai menurunkan resleting gaun Florensia lalu melepaskannya. Florensia tak merasa malu sama sekali karena sudah terbiasa dengan kehadiran Karina sejak dia lulus kuliah. "Anda menyukai gaun ini Nona?" Florensia mengangguk, apapun yang menurut Karina bagus maka akan sangat cocok untuknya. "Makasih Rin." "Sama-sama Nona, mari saya pijit kaki anda." Setelah selesai membantu Florensia mamakai gaun baru, Karina membawa Florensia kembali ke kamar. "Berarti habis ini kamu tinggal di rumah kak Ren dong Flo?" tanya Angelica. Florenisa mengangguk sambil merebahkan tubuhnya. "Iya, kata papa Raditnya kalau kami belum punya anak belum boleh tinggal sendiri." "Yah, kita jadi canggung dong kalau mau main ke rumah kamu." Florensia tersenyum. "Nggak papa, mama Ren baik kok." "Terus kak Karina gimana?" Florensia menatap asistennya yang tengah memijat kakinya. "Kamu mau kan Rin ikut tinggal di mansion Louhan?" Karina tersenyum lalu mengangguk. "Saya siap nona."Drrtt. Drrtt. Suara dering ponsel mengalihkan perhatian wanita cantik yang tengah berkutat dengan laptopnya. Dia melirik ponselnya lalu mengangkat panggilan itu. "Katakan." "Maaf menganggu waktu anda nona, namun ada hal penting yang harus saya sampaikan." Kalimat sang penelpon terjeda sesaat, terdengar suara helaan nafas dari sebrang telepon. "Polisi yang sebelumnya menangani kasus ini ternyata sudah dipindah tugaskan ke luar Privinsi. Saya sudah memaksa mereka untuk memberitahu dimana lokasi pemindahannya namun mereka menolak memberikan informasi." "Beri mereka uang, hanya uang yang bisa menutup dan membuka mulut aparat itu." ucap sang wanita cantik tegas. "Sudah nona, namun mereka menolaknya. Bahkan saya sudah menyuap salah satu oknum namun beliau juga menolak." Wanita cantik itu tersenyum miring. "Kalau begitu biarkan saja. Kita cari cara lain." "Baik nona." "Segera kembali ke kantor." "Baik nona, saya akan kembali sekarang." Wanita cantik itu mematikan
Tok.Tok."Masuk."Ceklek.Pintu ruangan Kenan terbuka dari luar, Darel, pria berusia tiga puluh tahun masuk ke dalam ruangan Kenan sambil membawa beberapa berkas."Ini laporan perkembangan proyek vila yang anda ingikan tuan." ucap Darel."Letakkan dimeja."Darel mengangguk kemudian meletakkan berkas itu ke atas meja. Tidak langsung pergi, Darel masih berdiri ditempatnya karena masih ada satu hal yabg ingin dia sampaikan pada Kenan.Melihat asistennya masih berdiri, Kenan sedikit mendongak."Apa masih ada hal lain?" tanya Kenan.Darel mengangguk."Duduk." ucap Kenan.Darel kemudian duduk dihadapan Kenan. Kenan melepaskan kacamata yang digunakannya kemudian menatap asistennya."Ada apa?""Tuan Ren meminta saya untuk memberitahu anda, bahwa selama beliau honeymoon anda diutus untuk membantu mengerjakan pekerjaannya." Kenan mengangguk, dia kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Tidak heran lagi jika dia sering membantu pekerjaan Ren. Menurutnya, Ren adalah panutan yang sempurn
Ren dan Sofia menatap senang kedekatan Florensia dan Raditya, tangan Ren senantiasa memeluk bahu mamanya sambil menatap istri dan papanya yang tengah berpelukan di halaman didekat mobil baru Florensia."Mama juga punya hadiah buat Flo." ucap Sofia."Hadiah? Untuk Flo saja?" tanya Ren sambil mengerutkan keningnya."Ya, hanya untuk menantu sekaligus anak perempuan mama yang cantik."Sofia mendongak lalu menatap putra sulungnya."Ren, jangan bilang kamu belum menyiapkan hadiah untuk istri kamu?"Ren tersenyum manis lalu mengangguk pelan."Mama jangan khawatir, Ren sudah menyiapkan semuanya."Sofia berbafas lega. "Syukurlah.""Papa, terima kasih. Ini hadiah yang bagus."Raditya mengusap surai panjang Florensia, dia menatap putri temannya yang kini menjadi bagian dari keluarganya."Sama-sama, ayo kita masuk. Masih ada kejutan lain yang menunggu kamu.""Kejutan lagi?" tanya Florensia terkejut.Raditya mengajak Florensia masuk ke mansion, Sofia dan Ren yang sejak tadi menunggui mereka juga i
Ren menatap Flo yang tengah tertidur dengan lelap, setelah pergumulan mereka tadi, Flo langsung tertidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Ren tersenyum melihat wajah damai Flo, dia mengangkat tangannya lalu merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. Ren juga membenarkan selimut istrinya hingga sebatas leher."Terima kasih sudah mau menerima aku yang banyak kekurangan ini Flo." gumam Ren.Dia mengelus hidung mancung Flo lalu mengecupnya pelan. Ren bangkit perlahan dari tidurnya agar tak membangunkan istrinya. Hanya mengenakan kimono, dia duduk disofa lalu menuang minuman alkohol ke gelasnya kemudian menyesapnya pelan.Seketika dia teringat hadiah yang dia letakan disaku jasnya tadi. Dia kembali bangkit dari duduknya lalu mencari keberadaan jasnya, setelah menemukan jasnya dia lekas mengambil kotak yang tersimpan disaku."Apa yang dia berikan padaku?" gumam Ren.Ren menatap kotak berukuran sedang berwarna hitam ditangannya. Dia kembali ke sofa lalu duduk, sambil kembali
Ren berjalan dengan wajah datar menemui beberapa kolega bisnis perusahaan keluarganya, dia menerima ucapan selamat atas pernikahan yang baru saja di gelarnya."Selamat atas pernikahan anda tuan Ren." ucap Fajar."Terima kasih atas kehadiran anda tuan Fajar."Fajar tersenyum kemudian mengangguk."Suatu kehormatan bagi saya bisa menghadiri acara yang meriah ini tuan Ren.""Anda terlalu berlebihan tuan, silakan dinikmati pestanya. Saya ke sana dulu.""Ah ya, tentu saja tuan Ren."Selesai berbincang dengan Fajar, Ren menghampiri kedua sahabatnya yabg tengah duduk disalah satu meja."Jack Van." sapa Ren."Selamat atas pernikahanmu kawan." Ucap Jackson sambil memeluk Ren.Ren mengangguk, Jackson dan Evan bergantian memeluknya sambil mengucapkan selamat."Dimana Flo?" tanya Evan."Dia sedang istirahat, kakinya sakit karena terlalu lama berdiri." jawab Ren."Benar-benar suami pengertian." goda Jackson.Ren hanya tersenyum tipis, tak lama pelayan datang sambil membawa minuman. Ren mengambil sa
"Aku, Ren Abraham Louhan, menerima engkau, Florensia Brawijaya, menjadi istriku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita." "Aku, Florenisa Brawijaya, menerima engkau, Ren Abraham Louhan, menjadi suamiku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita.""Di hadapan Tuhan dan saksi ini, saya menyatakan kalian sebagai pasangan suami istri. Semoga pernikahan ini mendapat berkat dari Tuhan."Mata Flo berkaca-kaca saat pendeta menyatakannya resmi menjadi istri dari kekasih yang sudah mengisi hatinya selama dua tahun belakangan ini.Dia tak bisa membendung rasa senang yang membuncah dihatinya. Setelah penantian panjang, akhirnya dia berhasil menyandang status sebagai menantu keluarga Louhan."Silakan bertukar cincin." Ren mengambil cincin berlia







