Share

bab 2

Author: Addarayuli
last update Last Updated: 2025-11-01 11:14:43

Ren berjalan dengan wajah datar menemui beberapa kolega bisnis perusahaan keluarganya, dia menerima ucapan selamat atas pernikahan yang baru saja di gelarnya.

"Selamat atas pernikahan anda tuan Ren." ucap Fajar.

"Terima kasih atas kehadiran anda tuan Fajar."

Fajar tersenyum kemudian mengangguk.

"Suatu kehormatan bagi saya bisa menghadiri acara yang meriah ini tuan Ren."

"Anda terlalu berlebihan tuan, silakan dinikmati pestanya. Saya ke sana dulu."

"Ah ya, tentu saja tuan Ren."

Selesai berbincang dengan Fajar, Ren menghampiri kedua sahabatnya yabg tengah duduk disalah satu meja.

"Jack Van." sapa Ren.

"Selamat atas pernikahanmu kawan." Ucap Jackson sambil memeluk Ren.

Ren mengangguk, Jackson dan Evan bergantian memeluknya sambil mengucapkan selamat.

"Dimana Flo?" tanya Evan.

"Dia sedang istirahat, kakinya sakit karena terlalu lama berdiri." jawab Ren.

"Benar-benar suami pengertian." goda Jackson.

Ren hanya tersenyum tipis, tak lama pelayan datang sambil membawa minuman. Ren mengambil satu lalu menyuruh pelayan itu pergi.

"Gimana rasanya menikah?" tanya Evan.

"Aku baru saja melakukan pengucapan janji suci, bagaimana bisa kamu bertanya seperti itu?"

Jackson tertawa. "Siapa tahu sebelum menikah kalian sudah." ucap Jackson sambil memperagakan kedua tangannya.

"Sialan, aku tidak sebrengsek itu." desis Ren.

Kedua sahabatnya tertawa, diantara mereka hanya Ren yang masih memegang teguh sex setelah menikah. Mereka salut dengan keteguhan Ren, meski memiliki kekasih yang cantik-cantik namun dia sangat menjaga kekasihnya.

Lama mereka bercengkerama, Ren merasakan tepukan pada bahunya. Dia pun menoleh ke belakang dan mendapati dua orang yang amat dikenalnya. Seketika Ren langsung berdiri dan tersenyum pada dua orang itu.

"Om tante." sapa Ren.

Jackson dan Evan hanya saling tatap, keduanya tahu Ren sangat dekat dengan sepasang suami istri dihadapan sahabatnya itu.

"Selamat ya nak, akhirnya kamu menikah juga." ucap Luna lembut.

"Terima kasih tante."

"Meski gagal menjadi menantu kami, tapi kami turut bahagia atas pernikahan kamu nak." ucap Harvin sambil menepuk pundak Ren.

Ren kembali tersenyum, dia celingukan mencari seseorang. Baik Luna maupun Harvin tahu siapa yabg tengah dicari pria tampan berpakaian pengantin itu.

"Dia tidak datang nak, ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan." ucap Luna sambil mengelus lengan Ren.

Ren mengangguk. "Tidak apa-apa tante, Ren mengerti kesibukannya."

"Om senang kalau kalian bisa berteman baik seperti ini."

"Ah iya tante lupa, putri tante menitipkan ini untuk kamu."

Luna membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah kotak kemudian memberikannya kepada Ren.

Ren menerima kotak itu dengan baik.

"Apa ini tante?"

"Tante nggak tahu isinya, kamu buka saja sendiri nanti ya."

Ren mengangguk. "Sampaikan ucapan terima kasih saya kepadanya tante."

Luna mengangguk. "Pasti nak."

"Kalau begitu kami permisi dulu Ren, kami belum menemui orang tua kamu." ucap Harvin.

"Sialakan om tante."

Setelah sepasang suami istri itu pergi, Ren kembali duduk sambil menatap kotak kecil ditanganya.

"Semoga bukan sesuatu yang aneh." batin Ren.

Jackson memperhatikan mimik wajah Ren yang tampak datar.

"Kamu masih berhubungan baik dengan dia?" tanyanya.

Ren mendongak lalu menyimpan kotak itu disaku jasnya.

"Ya, kami berteman baik."

"Bagaimana bisa? Apa Flo tahu?" heran Evan.

Ren mengangguk. "Tidak ada satupun hal yang aku sembunyikan dari Florensia."

"Syukurlah jika Flo tahu, bagaimana pun kalian adalah mantan kekasih dan hal itu sangat sensitif untuk pasangan baru kamu." ucap Jackson.

"Sok paling mengerti wanita." sindir Ren.

"Tapi apa yang dikatakan Jack memang benar Ren, jangan sampai hal ini menjadi bumerang untuk hubungan kalian." ucap Evan membela Jackson.

"Ya, aku tahu."

Pluk!

Jackson menepuk pundak Ren.

"Diantara semua wanita yang pernah aku dekati, tak ada satupun dari mereka yang memiliki sifat seperti Flo."

Ren tersenyum miring. "Flo memang wanita baik dan lemah lembut, aku beruntung memilikinya."

"Jaga istrimu baik-baik, sebelum dengan kamu banyak yang mengantre untuk mendapatkannya." ucap Evan.

"Termasuk kamu juga?" sarkas Ren.

Evan sedikit gelagapan, dulu sebelum Ren mendekati Florensia dia juga sempat mendekati gadis itu namun rupanya cintanya ditolak. Kejadian itu sudah lama sebelum akhirnya Ren, sahabatnya, kenal dengan Florenisa dan menjadi kekasih gadis incarannya.

Jackson sudah tertawa melihat raut Evan yang terlihat seperti maling yang tertangkap basah mencuri. Benar kata pepatah, sedalam-dalamnya mengubur bangkai lama-lama baunya akan tercium juga. Seperti tindakan Evan yang dulu diam-diam suka pada Florensia, saat Ren mendekati gadis itu, dia baru jujur pada sahabatnya.

"Calm down Van, aku hanya bercanda. Lagi pula itu sudah lama, yang terpenting saat ini Flo sudah menjadi miliku."

Acara pernikahan Florensia dan Ren Abraham berlangsung selama empat jam. Pukul delapan malam para tamu undangan mulai meninggalkan venue pernikahan mereka. Hanya tinggal keluarga inti saja yang berkumpul untuk makan malam bersama.

Ren melepas jasnya lalu menyampirkannya ke lengan kiri. Dia berjalan tegap menuju kamar yang saat ini ditempati istrinya.

Tok.

Tok.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka, Karina menunduk hormat saat melihat suami dari bosnya.

"Dimana Flo?"

"Nona sedang tidur tuan, beliau terlihat kelelahan."

Ren mengangguk. "Kamu boleh pergi."

Karina keluar dari kamar Flo tak lupa menunduk sopan pada Ren. Ren segera masuk ke kamar pengantin mereka tak lupa mengunci pintunya.

Dia tersenyum melihat Florensia yang tengah tertidur pulas. Dia berjalan mendekat kemudian duduk ditepi ranjang. Tatapannya begitu hangat, perlahan tangannya terangkat lalu mengelus pipi istrinya.

"Kamu selalu cantik Flo, dan aku tak akan bisa berhenti mengagumi kamu." gumam Ren.

Merasakan elusan pada wajahnya, Flo perlahan mengerjabkan matanya.

"Ren."

Ren tersenyum, dia menjauhkan tangannya dari wajah istrinya.

"Maaf sayang, aku membangunkanmu."

Florensia tersenyum kemudian bangun dari tidurnya.

"Tidak papa Ren, aku bahkan tidak sadar kalau ketiduran."

Ren merapikan anak rambut Florensia yang menutupi wajah cantiknya.

"Kamu pasti capek."

Florensia bersingut lalu memeluk tubuh Ren yang saat ini sudah sah menjadi suaminya.

"Maafkan aku yang tidak menemani kamu menemui tamu undangan."

Ren meletakkan jasnya ke ranjang lalu membalas pelukan Flo.

"Tidak masalah sayang, kenyamanan kamu adalah yang utama."

Florensia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, Ren selalu bisa mengerti dirinya. Dia berharap suaminya akan terus seperti ini hingga mereka tua nanti.

Tok.

Tok.

Florensia melepaskan pelukannya saat pintu kamar mereka diketuk.

"Aku buka pintu dulu."

Florensia mengangguk, Ren mengecup kening istrinya sebelum pergi.

Saat pintu terbuka, Ren melihat asiaten pribadinya berdiri didepan pintu.

"Maaf menganggu waktu anda tuan."

"Ada apa Vegas?"

"Tuan sudah menunggu anda dan nyonya muda untuk makan malam." ucap Vegas.

"Kami akan segera turun."

Vegas mengangguk lalu pergi. Ren kembali menutup pintu lalu menghampiri Florensia.

"Ada apa Ren?"

"Papa sudah menunggu kita untuk makan malam."

"Aku sudah menyiapkan jas baru untuk kamu, kamu sebaiknya ganti baju dulu."

"Terima kasih sayang."

Selagi Ren berganti pakaian, Flo membetulkan riasan wajah serta gaun hitam yang digunakannya. Dia kemudian merapikan rambut panjangnya yang sengaja dia biarkan tergerai.

Greb!

Sepasang tangan melingkari perut rampingnya, Florensia tersenyum melihat pantulan wajah suaminya dicermin.

"Selalu cantik dan luar biasa." puji Ren.

"Ren." ucap Florensia tersenyum malu.

Melihat wajah malu-malu istrinya membuat Ren tak sabar untuk segera memakan Florensia. Namun saat ini mereka harus mengahdiri acara makan malam bersama keluarga mereka.

"Tunggu sampai acara selesai dan aku tidak akan membiarkan kamu begitu saja, Florenisa." bisik Ren.

Cup!

Ren mengecup tengkuk mulus istrinya membuat Florensia merasa merinding sekaligus takut.

"Ayo kita pergi." ajak Ren.

Flo mengangguk, tanganya digenggam erat oleh Ren. Mereka berjalan bersama sembari bergandengan tangan menuju tempat makan malam.

Sampai di lokasi, semua keluarga sudah berkumpul termasuk asisten Ren dan juga asisten Flo.

"Maaf kami terlambat." ucap Florensia lembut.

"Silakan duduk." ucap Raditya.

Ren menarikkan kursi untuk Flo tepat di sebelah Kenan adiknya. Dia juga ikut duduk disebelah mamanya.

"Karena semua keluarga sudah berkumpul, mari kita mulai acara makan malam ini." ucap Raditya.

Seluruh anggota keluarga mengangguk termasuk keluarga Florensia.

Florenisa menatap banyak hidangan didepannya, saat hendak mengambil untuk dirinya sendiri seketika dia teringat jika dia sudah menjadi seorang istri.

"Aku harus melayani Ren terlebih dahulu." batinnya.

"Sayang, kamu mau pakai apa?" tanya Flo.

"Apa saja yang kamu ambilkan akan aku makan."

"Ehem." dehem Kenan cukup keras.

"Wah, sepertinya kak Kenan iri dengan kemesraan kak Ren dan kakak ipar." sindir Marissa.

Meski umur Marissa dan Kenan sama-sama 28 tahun, namun Marissa tetap memanggil Kenan kakak.

Talita dan Sofia saling tatap lalu tersenyum.

"Marissa, jika kamu menikah nanti kamu juga harus melayani suami kamu seperti yanh dilakukan Flo pada Ren." ucap Vanesa.

"Apa keluarga kita akan segera mengelar pesta kembali?" tanya Sofia.

"Tante, Marissa masih ingin bekerja."

"Tapi umur kamu sudah cukup matang untuk menjadi seorang istri Ca." ucap Raditya.

"Kalian ini sama saja." sahut Marissa kesal.

Mereka tertawa saat berhasil membuat satu-satunya wanita keturunan Louhan kesal.

Selesai makan malam, semua anggota keluarga pamit untuk pulang.

"Flo kira kalian akan menginap."

"Tidak nak, papa mama harus kembali. Nikmati malam pertama kalian." ucap Talita.

Florensia tersenyum malu. "Mama."

"Ren, papa mama pulang dulu."

Ren mengangguk. "Hati-hati Pah."

Kenan menepuk pundak kakaknya.

"Bikinkan Ken keponakan yang lucu kak."

Ren menepuk keras lengan Kenan yang hanya disambut tawa kecil dari adiknya itu. Setelah berpamitan pada sepasang pengantin baru itu, mereka kemudian pergi.

Hanya tersisa Ren dan Florensia yang mengantarkan kepergian mereka.

"Ke kamar sekarang?" tanya Ren sambil menatap lapar Florensia.

"Jangan berikan tatapan seperti itu Ren, terlalu menakutkan." ucap Florensia sambil sedikit menjauh dari suaminya.

Dengan sekali hentakan, Ren berhasil menggendong tubuh Florenisa. Sepontan Florensia mengalungkan lengannya ke leher Ren.

"Ren, aku takut jatuh."

Cup!

Ren mencuri kecupan dibibir istrinya, tanpa menjawab istrinya dia berjalan membawa istrinya kembali ke kamar. Florensia menyembunyikan wajahnya ke dada bidang suaminya. Malam ini, dia akan menyerahkan kehormatannya untuk sang suami. Dia akan menjadi wanita seutuhnya.

Saat masuk ke dalam kamar, suasana kamar tak seterang saat mereka keluar tadi. Kamar mereka disulap menjadi kamar pengantin yang penuh taburan bunga diranjang. Aroma manis dan menenangkan seketika tercium saat mereka masuk ke dalam.

Lilin-linin kecil berjejer rapi menyambut mereka, Florensia tertegun melihat kamar mereka sudah berubah.

"Ren?"

"Kamu suka?"

Florensia mengangguk sambil tersenyum. Perlahan Ren merebahkan tubuh Florensia dengan lembut ke atas ranjang. Ditatapnya manik hitam Flo yang mampu membawanya ke dalam jurang keindahan istrinya.

"Kamu siap malam ini?" tanya Ren.

Flo yang masih mengalungkan lengannya ke leher Ren seketika terdiam.

"Tidak papa jika kamu belum siap, aku bisa men-"

"Aku siap Ren." ucap Flo cepat.

Ren tersenyum, dia mendekatkan wajahnya lalu mulai mengecup kening, kedua mata, pipi, hidung, dan terakhir bibir Florensia. Dia mengecupi lembut bibir istrinya, perlahan tanpa ada paksaan sama sekali.

Florensia memejamkan matanya, meski masih kaku dia mencoba mengimbangi gerakan bibir Ren. Terhanyut dalam ciuman suaminya, Florensia tak sadar jika Ren berhasil melepaskan resleting gaunnya.

Ren menegakkan tubuhnya, dia mulai melepaskan jas serta membuka satu persatu kancing kemeja yang digunakannya. Florensia menatap kagum bentuk tubuh suaminya yang kekar, otot perut dan dadanya terbetuk sempurna.

Bibir keduanya kembali bertemu, tangan Ren perlahan menurunkan gaun yang digunakan Florensia hingga tersisa kain menutup asetnya saja. Ciuman Ren turun ke leher dan dada Flo, membuat Flo memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru pertama dia rasakan.

"Aku tidak tahan sayang." bisik Ren.

Ren mulai melepaskan sisa pakaian yang mereka gunakan, saat ini keduanya sudah bersih tanpa sehelai benangpun. Merasa malu, Flo menutupi asetnya sendiri. Melihat milik suaminya yang sudah berdiri tegak membuatnya meneguk ludah kasar.

"Apa itu akan muat?" batin Flo.

"Rileks sayang, aku akan melakukannya perlahan."

Ren membuka kaki Flo lalu meletakkan tubuhnya diantara kaki istrinya. Dia kembali mencium Florensia sambil memainkan dada istrinya yang sangat pas ditangannya. Saat sudah cukup panas, dia mulai mengarahkan miliknya ke milik Flo.

"Akh." pekik Flo.

"Argh, kenapa sempit sekali."

Ren menegakan tubuhnya, menggunakan tangannya dia mulai membantu adiknya untuk masuk ke milik Flo.

"Sa-kit." ringis Flo.

Ren terus berusaha hingga ujungnya masuk sedikit, dia kembali membungkuk lalu mencium Florenisa untuk mengalihkan rasa sakit yang Flo rasakan. Perlahan dia menekan pinggangnya hingga miliknya masuk sebagian.

Air mata Flo sudah mengalir saat merasakan miliknya seperti disobek, terasa panas dan perih bercampur jadi satu.

"Ren."

Bles!

"Awwww, sakit." seru Florensia sambil terus meneteskan air mata.

Dengan sekali hentakan milik Ren masuk sepenuhnya, dia memejamkan mata sambil menggigit bibirnya saat milknya terasa terjepit didalam sana.

Ren membuka mata lalu mengusap air mata dipipi istrinya, dia tersenyum saat merasakan hangat seperti mengalir pada miliknya. Ren sedikit mengeluarkan miliknya dan seketika terlihat bercak darah pada miliknya.

"Aku akan melakukannya perlahan sayang."

Setelah memastikan milik Flo nyaman, Ren mulai menggerakan pinggulnya. Erangan keduanya saling bersahutan dikamar itu. Rasa sakit yang tadi Flo rasakan berubah menjadi rasa nikmat yang tak tergatikan.

Tubuhnya terkulai lemas dengan keringat yang bercucuran disekujur tubuhnya, nafas keduanya terengah-engah.

Cup!

Ren mengecup lama kening Flo.

"Terima kasih sayang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 6

    Drrtt. Drrtt. Suara dering ponsel mengalihkan perhatian wanita cantik yang tengah berkutat dengan laptopnya. Dia melirik ponselnya lalu mengangkat panggilan itu. "Katakan." "Maaf menganggu waktu anda nona, namun ada hal penting yang harus saya sampaikan." Kalimat sang penelpon terjeda sesaat, terdengar suara helaan nafas dari sebrang telepon. "Polisi yang sebelumnya menangani kasus ini ternyata sudah dipindah tugaskan ke luar Privinsi. Saya sudah memaksa mereka untuk memberitahu dimana lokasi pemindahannya namun mereka menolak memberikan informasi." "Beri mereka uang, hanya uang yang bisa menutup dan membuka mulut aparat itu." ucap sang wanita cantik tegas. "Sudah nona, namun mereka menolaknya. Bahkan saya sudah menyuap salah satu oknum namun beliau juga menolak." Wanita cantik itu tersenyum miring. "Kalau begitu biarkan saja. Kita cari cara lain." "Baik nona." "Segera kembali ke kantor." "Baik nona, saya akan kembali sekarang." Wanita cantik itu mematikan

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 5

    Tok.Tok."Masuk."Ceklek.Pintu ruangan Kenan terbuka dari luar, Darel, pria berusia tiga puluh tahun masuk ke dalam ruangan Kenan sambil membawa beberapa berkas."Ini laporan perkembangan proyek vila yang anda ingikan tuan." ucap Darel."Letakkan dimeja."Darel mengangguk kemudian meletakkan berkas itu ke atas meja. Tidak langsung pergi, Darel masih berdiri ditempatnya karena masih ada satu hal yabg ingin dia sampaikan pada Kenan.Melihat asistennya masih berdiri, Kenan sedikit mendongak."Apa masih ada hal lain?" tanya Kenan.Darel mengangguk."Duduk." ucap Kenan.Darel kemudian duduk dihadapan Kenan. Kenan melepaskan kacamata yang digunakannya kemudian menatap asistennya."Ada apa?""Tuan Ren meminta saya untuk memberitahu anda, bahwa selama beliau honeymoon anda diutus untuk membantu mengerjakan pekerjaannya." Kenan mengangguk, dia kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Tidak heran lagi jika dia sering membantu pekerjaan Ren. Menurutnya, Ren adalah panutan yang sempurn

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 4

    Ren dan Sofia menatap senang kedekatan Florensia dan Raditya, tangan Ren senantiasa memeluk bahu mamanya sambil menatap istri dan papanya yang tengah berpelukan di halaman didekat mobil baru Florensia."Mama juga punya hadiah buat Flo." ucap Sofia."Hadiah? Untuk Flo saja?" tanya Ren sambil mengerutkan keningnya."Ya, hanya untuk menantu sekaligus anak perempuan mama yang cantik."Sofia mendongak lalu menatap putra sulungnya."Ren, jangan bilang kamu belum menyiapkan hadiah untuk istri kamu?"Ren tersenyum manis lalu mengangguk pelan."Mama jangan khawatir, Ren sudah menyiapkan semuanya."Sofia berbafas lega. "Syukurlah.""Papa, terima kasih. Ini hadiah yang bagus."Raditya mengusap surai panjang Florensia, dia menatap putri temannya yang kini menjadi bagian dari keluarganya."Sama-sama, ayo kita masuk. Masih ada kejutan lain yang menunggu kamu.""Kejutan lagi?" tanya Florensia terkejut.Raditya mengajak Florensia masuk ke mansion, Sofia dan Ren yang sejak tadi menunggui mereka juga i

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 3

    Ren menatap Flo yang tengah tertidur dengan lelap, setelah pergumulan mereka tadi, Flo langsung tertidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Ren tersenyum melihat wajah damai Flo, dia mengangkat tangannya lalu merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. Ren juga membenarkan selimut istrinya hingga sebatas leher."Terima kasih sudah mau menerima aku yang banyak kekurangan ini Flo." gumam Ren.Dia mengelus hidung mancung Flo lalu mengecupnya pelan. Ren bangkit perlahan dari tidurnya agar tak membangunkan istrinya. Hanya mengenakan kimono, dia duduk disofa lalu menuang minuman alkohol ke gelasnya kemudian menyesapnya pelan.Seketika dia teringat hadiah yang dia letakan disaku jasnya tadi. Dia kembali bangkit dari duduknya lalu mencari keberadaan jasnya, setelah menemukan jasnya dia lekas mengambil kotak yang tersimpan disaku."Apa yang dia berikan padaku?" gumam Ren.Ren menatap kotak berukuran sedang berwarna hitam ditangannya. Dia kembali ke sofa lalu duduk, sambil kembali

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 2

    Ren berjalan dengan wajah datar menemui beberapa kolega bisnis perusahaan keluarganya, dia menerima ucapan selamat atas pernikahan yang baru saja di gelarnya."Selamat atas pernikahan anda tuan Ren." ucap Fajar."Terima kasih atas kehadiran anda tuan Fajar."Fajar tersenyum kemudian mengangguk."Suatu kehormatan bagi saya bisa menghadiri acara yang meriah ini tuan Ren.""Anda terlalu berlebihan tuan, silakan dinikmati pestanya. Saya ke sana dulu.""Ah ya, tentu saja tuan Ren."Selesai berbincang dengan Fajar, Ren menghampiri kedua sahabatnya yabg tengah duduk disalah satu meja."Jack Van." sapa Ren."Selamat atas pernikahanmu kawan." Ucap Jackson sambil memeluk Ren.Ren mengangguk, Jackson dan Evan bergantian memeluknya sambil mengucapkan selamat."Dimana Flo?" tanya Evan."Dia sedang istirahat, kakinya sakit karena terlalu lama berdiri." jawab Ren."Benar-benar suami pengertian." goda Jackson.Ren hanya tersenyum tipis, tak lama pelayan datang sambil membawa minuman. Ren mengambil sa

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 1

    "Aku, Ren Abraham Louhan, menerima engkau, Florensia Brawijaya, menjadi istriku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita." "Aku, Florenisa Brawijaya, menerima engkau, Ren Abraham Louhan, menjadi suamiku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita.""Di hadapan Tuhan dan saksi ini, saya menyatakan kalian sebagai pasangan suami istri. Semoga pernikahan ini mendapat berkat dari Tuhan."Mata Flo berkaca-kaca saat pendeta menyatakannya resmi menjadi istri dari kekasih yang sudah mengisi hatinya selama dua tahun belakangan ini.Dia tak bisa membendung rasa senang yang membuncah dihatinya. Setelah penantian panjang, akhirnya dia berhasil menyandang status sebagai menantu keluarga Louhan."Silakan bertukar cincin." Ren mengambil cincin berlia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status