Share

bab 3

Author: Addarayuli
last update Last Updated: 2025-11-01 15:47:02

Ren menatap Flo yang tengah tertidur dengan lelap, setelah pergumulan mereka tadi, Flo langsung tertidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Ren tersenyum melihat wajah damai Flo, dia mengangkat tangannya lalu merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. Ren juga membenarkan selimut istrinya hingga sebatas leher.

"Terima kasih sudah mau menerima aku yang banyak kekurangan ini Flo." gumam Ren.

Dia mengelus hidung mancung Flo lalu mengecupnya pelan. Ren bangkit perlahan dari tidurnya agar tak membangunkan istrinya. Hanya mengenakan kimono, dia duduk disofa lalu menuang minuman alkohol ke gelasnya kemudian menyesapnya pelan.

Seketika dia teringat hadiah yang dia letakan disaku jasnya tadi. Dia kembali bangkit dari duduknya lalu mencari keberadaan jasnya, setelah menemukan jasnya dia lekas mengambil kotak yang tersimpan disaku.

"Apa yang dia berikan padaku?" gumam Ren.

Ren menatap kotak berukuran sedang berwarna hitam ditangannya. Dia kembali ke sofa lalu duduk, sambil kembali meminum minumannya Ren perlahan membuka kotak itu.

"Sapu tangan?"

Kening Ren berkerut melihat sapu tangan berwarna coklat muda di dalam kotak, dia mengambilnya dan tak lama ada kertas yang jatuh dari dalam lipatan sapu tangan.

Ren mengambil kertas yang terjatuh di lantai, ada sebuah tulisan disana.

"Selamat menempuh hidup baru, aku turut bahagia dengan pernikahanmu. Namun ada satu hal yang selama ini aku sembunyikan, suatu saat nanti saat kamu tahu ku harap kamu tidak menyesali apa yang kamu lakukan hari ini." ucap Ren membaca surat itu.

Ren terdiam sebentar, dia ingat sesuatu. Sapu tangan yang ada ditangannya saat ini adalah sapu tangan yang dia berikan untuk mendiang adik mantan kekasihnya.

"Apa ini? Kenapa dia menulis surat seperti ini?" ucap Ren bingung.

Ren meremas sepotong kertas itu kemudian membuangnya ke tempat sampah. Dia tak habis pikir dengan tindakan mantan kekasihnya, kata-kata yang tertulis dikertas itu seolah memperingatinya akan hari pernikahannya yang terjadi hari ini.

"Tidak, aku tidak boleh asal percaya begitu saja. Meski kita sudah berteman baik namun dia begitu mencurigakan."

"Enghh..Ren."

Ren segera menyembunyikan sapu tangan itu ke belakang tubuhnya.

"Kamu belum tidur?" tanya Florensia serak.

"Aku ke toilet sebentar ya, setelah ini aku akan tidur."

Florensia mengangguk kemudian kembali memejamkan matanya. Ren bernafas lega saat istrinya tak curiga sama sekali, dia menenggak habis minuman digelasnya lalu beranjak dari duduknya.

Ren meletakan sapu tangan itu ke jasnya lalu menyusul Florensia ke ranjang. Dia mengecup pipi istrinya lalu menyelusupkan lengannya ke belakang leher Florensia dan memeluk erat tubuh istrinya.

"Aku akan menyuruh Vegas menyelidiki semua ini." batin Ren kemudian memejamkan matanya.

Sedangkan disebuah ruangan bernuansa cahaya merah, seorang gadis cantik tengah menatap papan berwarna putih yang penuh dengan coretan tinta merah serta beberapa foto.

Dia tersenyum miring saat satu persatu teka teki yang selama ini dia susun perlahan mulai menunjukkan hasilnya.

"Aku tidak menyangka, ternyata semuanya begitu mudah. Hanya aku yang lamban menyadari."

Wanita cantik itu mengambil sepidol merah kemudian mulai memberi tanda silang pada foto seorang pria.

"Kalian salah bermain-main dengan ku, jangan kalian pikir aku akan melupakan semuanya dengan mudah."

Dia mengenggam erat sepidol ditangannya hingga buku-buku tabgannya memutih.

"Ada harga yang harus dibayar karena satu nyawa hilang." desisnya tajam.

Dia tersenyum smrik melihat beberapa foto yang tertempel, tatapannya tertuju pada dua foto pria dan wanita muda yang sengaja dia sandingkan.

"Untuk mencapai puncak, maka aku harus mulai memanjatnya dari bawah." ucapnya sambil mendengus sinis.

"Sayang sekali kamu harus terlibat dengan kekacauan ini, tapi dengan adanya kamu akan semakin mempermudah aku untuk menghancurkan mereka secara perlahan."

Lagi-lagi wanita itu tersenyum miring.

"Aku akan memberikan waktu untuk kalian bersenang-senang sebelum tiba waktunya aku bertindak."

Wanita itu mengelus foto pria muda.

"Perlu kamu ingat, aku masih selalu mencintaimu sampai kapanpun. Saat aku berhasil menghancurkan mereka, maka saat itu juga aku akan merebutmu kembali."

Drrtt.

Drrtt.

Ponsel wanita itu bergetar, dia mengambil ponsel lalu menatap siapa yang menghubunginya.

"Halo."

"Maaf menganggu, saya sudah berhasil rekaman cctv yang sempat hilang."

"Bagus, jangan biarkan orang lain tahu dulu. Tetap selidiki terus."

"Baik nona."

Setelah panggilan telepon terputus, wanita itu tertawa dengan keras.

"Sebentar lagi, tunggu sebentar lagi dan aku akan memberikan keadilan untuk kamu."

Pagi harinya, Florensia bangun lebih dulu. Tubuhnya terasa sakit semua terutama dibagian intinya. Dia meringis kecil saat hendak bangun daru tidurnya.

"Aw." pekiknya.

Florensia menutup mulutnya karena takut membangunkan suaminya. Perlahan dia mulai bergerak ke tepi ranjang sambil melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Florensia bernafas lega saat kakinya berhasil mengingak lantai, dengan segala usaha yang dia lakukan tadi meski harus menahan rasa sakit yang luar biasa.

Ren meraba sisi tubuhnya yanh sudah kosong, dia segera membuka matanya dan melihat istrinya yang berjalan tertatih sangat pelan menuju kamar mandi. Dia tersenyum penuh kemenangan saat melihat noda merah yang tertinggal diranjang serta merasa lucu dengan cara berjalan istrinya.

"Tapi kasihan juga melihat Flo kesusahan seperti itu." gumam Ren.

Ren lekas bangkit dari tidurnya lalu menghampiri Florensia yang tengah berdiri sambil mengatur nafasnya.

"Kok sakit banget sih?" gumam Florensia dengan mata berkaca-kaca.

"Sayang."

"AAA." pekik Florensia terkejut saat mendengar suara Ren dari belakang.

"Ren kamu ngagetin."

Ren tertawa pelan, tanpa meminta persetujuan Flo dia menggendong Flo ala bridal lalu membawanya ke kamar mandi.

"Lain kali jangan sendiri, hem? Kamu bisa bangunin aku."

Flo mengerucutkan bibirnya. "Aku nggak mau ngerepotin kamu Ren."

Sampai di kamar mandi, Ren mendudukkan Flo di toilet lalu mengisi bathup dengan air panas dan dingin bersamaan.

"K-kamu keluar dulu, aku mau pipis." ucap Florensia gugup.

"Kenapa aku harus keluar sayang? Tadi malam aku sudah melihat semuanya, kenapa masih malu?" goda Ren.

Wajah Florensia memerah saat mengingat kejadian tadi malam, Ren begitu perkasa diatanya hingga membuatnya mabuk kepayang.

"Tapi kamu jangan ngintip ya?"

"Iya." Ren berbalik badan saat istrinya hendak buang air.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Flo melepaskan selimut yang melilit tubuhnya lalu menuntaskan hajatnya. Matanya kembali berkaca-kaca saat miliknya terasa perih.

"Sudah?" tanya Ren.

"Ren, sakit." ringis Florensia.

Merasa khawatir, Ren berbalik lalu menghampiri istrinya. Florensia tak memikirkan malu lagi, saat ini hanya rasa sakit yang mendominasi tubuhnya.

"Aku bantu ya?"

Florensia mengangguk, dengan telaten Ren mulai menyemprotkan jet washer ke bagian inti Florensia yang terdapat bercak darah mengering.

"Sakit?"

Florensia kembali mengangguk.

"Kamu mandi dulu ya biar tubuhnya rileks. Sebentar aku matikan dulu kran airnya."

Ren beranjak dari duduknya lalu mematikan kran yang airnya hampir memenuhi bathup. Dia juga menyalakan lilin aroma terapi dan memasukan bath bomb ke dalam bathup. Selesai menyiapkan air untuk istrinya, Ren kembali menghampiri Florensia lalu kembali mengendongnya

Sampai didekat bathup, Ren menurunkan Flo lalu membantu Flo masuk ke dalam bathup.

"Kurang panas airnya?"

Florensia menggeleng, dia menenggelamkan tubuhnya pada air hangat. Tubuhnya yang tadi terasa lemas dan sedikit kaku seketika berubah sedikit lebih nyaman.

Ren membuka kimononya membuat Florensia seketika panik.

"Ren, kamu mau ngapain?"

"Mandi, apa lagi."

Tanpa menunggu Florensia menjawab, Ren sudah lebih dulu masuk ke bathup bersama Florensia. Dia memposisikan tubuhnya berada di belakang tubuh Florenisa lalu memeluknya erat.

Meski sudah melihat semuanya, rasa canggung dan malu masih Florensia rasakan.

"Kamu deg-degan?" tanya Ren saat tangannya meraba dada istrinya.

"A-aku...masih sakit Ren."

Cup.

Ren mencium pipi Florensia dari samping.

"Aku janji kita hanya mandi, tidak lebih."

"Janji?"

Ren mengangguk, dia mulai membantu Florensia menggosok punggung putih sang istri sambil sesekali mengecupnya.

"Ren, geli." ucap Florensai sambil tertawa.

Mereka asyik berendam sambil bercanda, Florenisia beruntung karena bisa melihat sisi lembut dan hangat Ren yang jarang atau bahkan tak pernah dia perlihatkan pada orang lain.

Keduanya saling bertatapan dengan senyum lebar, tangan Florensia terangkat lalu menyibakan rambut suaminya ke belakang.

"Maaf ya, rambut kamu nutupin wajah."

Usapan lembut tangan Florensia pada rambutnya membuat Ren memejamkan matanya. Dia sangat suka ketika Flo mengelusnya dibagian kepala.

"Sayang, kamu bikin Ren junior bangun."

Usapan pada rambut Ren seketika berhenti.

"Ren, kamu udah janji." rengek Florensia.

Ren menarik tangan Florensia hingga tubuh istrinya kembali membelakanginya. Florensia merasakan sesuatu menusuk-nusuk pinggangnya. Ren memeluk tubuh Florensia dari belakang lalu menyandarkan kepalanya ke punggungnya.

"Biarkan seperti ini dulu sayang." bisik Ren.

Mendengar suara serak suaminya membuat Florensia merasa tak tega. Sebelum menikah, mamanya sudah lebih dulu memberinya wejangan agar melayani suaminya dengan ikhlas.

"Tapi aku malu." batin Florensia.

"Ren."

"Kenapa sayang? Masih terasa sakit?"

Florensia menggeleng.

"Lalu ada apa? Kamu lapar?"

Lagi-lagi Florensia menggeleng membuat Ren bingung.

"B-boleh, tapi hanya satu kali." cicitnya.

Sudut bibir Ren terangkat, meski sudah mendengar jelas ucapan istrinya tapi dia ingin mengoda istrinya.

"Apa sayang? Kamu bilang apa? Kurang jelas, aku nggak dengar."

"Kamu boleh itu, tapi cuma sekali aja."

Mendapatkan lampu hijau dari istrinya membuat Ren senang bukan main, dia membalik tubuh Florensia kemudian melahap bibir merah muda alami itu dengan rakus. Siapa yang tahan melihat tubuh molek istrinya dan hanya didiamkan saja? Bahkan hasrat Ren sudah mencapai ubun-ubun.

Florensia merasa kewalahan mengimbangi suaminya, dia hanya bisa pasrah saat kembali digempur Ren. Meski masih terkesan lembut namun permainan kali ini sedikit kasar dari semalam.

Gerakan keduanya membuat air didalam bathup keluar bercacar dilantai kamar mandi. Erangan keenakan Florensia membuat api semangat di tubuh Ren berkobar-kobar.

Selesai dengan kegiatan pertempuran mereka, kini mereka tengah bersiap untuk sarapan yang sudah kesiangan.

"Hati-hati sayang."

Flo mengangguk, meski intinya terasa masih sedikit sakit namun dia berusaha berjalan senormal mungkin. Mereka turun ke restoran hotel pukul sepuluh pagi, beberapa pelayan mulai menyiapkan sarapan untuk sepasang pengantin baru itu.

"Kapan kita pulang?" tanya Florensia.

"Rencananya siang nanti kita pulang, aku sudah menyiapkan tiket bulan madu untuk kita."

"Bulan madu?"

Ren mengangguk. "Tapi aku hanya bisa mengajak kamu di dalam negeri saja, tidak papa kan?"

"Tidak papa Ren, aku senang mendengarnya."

"Makan yang banyak."

"Permisi tuan."

Ren dan Florensia menoleh saat Vegas, asisten pribadi Ren menghampiri mereka.

"Ada apa Vegas?"

"Tuan dan nyonya besar berpesan untuk kembali hari ini. Ada sesuatu yang ingin disampaikan tuan besar pada anda."

"Ya, rencananya siang nanti aku dan Flo akan pulang. Bilang sama papa kalau aku akan kembali nanti siang."

"Baik tuan."

Vegas masih berdiri didekat Ren untuk berjaga-jaga jika tuannya membutuhkan sesuatu. Dia sempat tak sengaja melihat bekas merah pada bahu Flo yang sedikit terbuka.

"Rupanya tuan ganas juga." batin Vegas.

Setelah selesai sarapan, mereka memuruskan untuk kembali ke kamar untuk membereskan pakaian mereka. Dari belakang, Vegas lagi-lagi dipertontonkan cara berjalan Florensia yang terlihat seperti bebek.

"Jaga pandangan kamu Vegas." bisik Ren sambil mlirik kebelakang.

Vegas hanya tersenyum tipis sambil mengacungkan jari jempolnya.

"Apa kak Vegas tinggal di mansion utama?" tanya Flo pada suaminya.

"Tidak, dia tinggal diapartemen dekat mansion. Ada apa sayang?"

"Apa boleh Karina ikut tinggal bersama kita?" tanya Florensia lirih.

Ren merapatkan pelukannya dipinggang istrinya.

"Jika Karina mau, tentu saja boleh. Masih banyak kamat kosong di mansion utama."

"Maaf jika permintaanku terlalu berlebihan."

"Tidak sayang, apapun yang membuat kamu nyaman sebisa mungkin aku akan menurutinya."

"Terima kasih."

Pukul satu siang, mobil yang dikendarai Vegas masuk ke masnion Louhan. Setelah mobil berhenti, Vegas turun lebih dulu kemudian membukakan pintu untuk bosnya dan sang istri.

"Selamat datang dirumah kita." ucap Ren.

Florensia mendongak lalu tersenyum, mereka berjalan masuk ke dalam rumah. Namun ada sesuatu yang mencuri perhatian Florensia yaitu sebuah box bersar yang terletak di halaman rumah.

Saat masuk ke dalam, beberapa pengawal dan asisten rumah tangga menyambut kedatangan anggota keluarga baru Louhan. Mereka menunduk saat Ren dan juga Florensia masuk ke dalam rumah.

"Selamat datang anak perempuan mama." sambut Sofia pada Florensia.

"Terima kasih mah."

"Ada apa papa menyuruh kamu pulang hari ini?" tanya Ren.

"Flo, ayo ikut papa." ajak Raditya pada menantunya.

Florensia mengangguk lalu mengikuti papa mertuanya kembali ke luar. Sofia tersenyum lalu merangkul lengan putra pertamanya saat melihat cara berjalan menantunya.

"Apa berhasil?" tanya Sofia.

Ren tersenyum tipis sambil mengangguk. "Mama doakan saja."

"Mama nggak sabar pengen cepat-cepat menimang cucu."

Sofia dan Ren mengikuti Flo dan papanya yang berjalan keluar dari mansion.

"Apa ini pah?" tanya Flo pada papanya saat mereka berdiri tak jauh dari boks besar tadi.

"Rio, buka boksnya." ucap Raditya pada kepala pengawal.

"Siap tuan."

Rio mendekati boks itu kemudian menarik talinya, seketika boks besar itu terbuka dan muncul lah sebuah mobil berwarna putih seri terbaru.

"Ini hadiah dari papa untuk pernikahan kamu."

Florensia membelakan matanya, dia tak menyangka akan mendapat hadiah mobil baru dari papanya.

"Pa, terima kasih." ucap Flo sambil memeluk Raditya yang sudah dia anggap seperti papanya sendiri.

"Flo, mama juga punya hadiah buat kamu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 6

    Drrtt. Drrtt. Suara dering ponsel mengalihkan perhatian wanita cantik yang tengah berkutat dengan laptopnya. Dia melirik ponselnya lalu mengangkat panggilan itu. "Katakan." "Maaf menganggu waktu anda nona, namun ada hal penting yang harus saya sampaikan." Kalimat sang penelpon terjeda sesaat, terdengar suara helaan nafas dari sebrang telepon. "Polisi yang sebelumnya menangani kasus ini ternyata sudah dipindah tugaskan ke luar Privinsi. Saya sudah memaksa mereka untuk memberitahu dimana lokasi pemindahannya namun mereka menolak memberikan informasi." "Beri mereka uang, hanya uang yang bisa menutup dan membuka mulut aparat itu." ucap sang wanita cantik tegas. "Sudah nona, namun mereka menolaknya. Bahkan saya sudah menyuap salah satu oknum namun beliau juga menolak." Wanita cantik itu tersenyum miring. "Kalau begitu biarkan saja. Kita cari cara lain." "Baik nona." "Segera kembali ke kantor." "Baik nona, saya akan kembali sekarang." Wanita cantik itu mematikan

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 5

    Tok.Tok."Masuk."Ceklek.Pintu ruangan Kenan terbuka dari luar, Darel, pria berusia tiga puluh tahun masuk ke dalam ruangan Kenan sambil membawa beberapa berkas."Ini laporan perkembangan proyek vila yang anda ingikan tuan." ucap Darel."Letakkan dimeja."Darel mengangguk kemudian meletakkan berkas itu ke atas meja. Tidak langsung pergi, Darel masih berdiri ditempatnya karena masih ada satu hal yabg ingin dia sampaikan pada Kenan.Melihat asistennya masih berdiri, Kenan sedikit mendongak."Apa masih ada hal lain?" tanya Kenan.Darel mengangguk."Duduk." ucap Kenan.Darel kemudian duduk dihadapan Kenan. Kenan melepaskan kacamata yang digunakannya kemudian menatap asistennya."Ada apa?""Tuan Ren meminta saya untuk memberitahu anda, bahwa selama beliau honeymoon anda diutus untuk membantu mengerjakan pekerjaannya." Kenan mengangguk, dia kemudian menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Tidak heran lagi jika dia sering membantu pekerjaan Ren. Menurutnya, Ren adalah panutan yang sempurn

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 4

    Ren dan Sofia menatap senang kedekatan Florensia dan Raditya, tangan Ren senantiasa memeluk bahu mamanya sambil menatap istri dan papanya yang tengah berpelukan di halaman didekat mobil baru Florensia."Mama juga punya hadiah buat Flo." ucap Sofia."Hadiah? Untuk Flo saja?" tanya Ren sambil mengerutkan keningnya."Ya, hanya untuk menantu sekaligus anak perempuan mama yang cantik."Sofia mendongak lalu menatap putra sulungnya."Ren, jangan bilang kamu belum menyiapkan hadiah untuk istri kamu?"Ren tersenyum manis lalu mengangguk pelan."Mama jangan khawatir, Ren sudah menyiapkan semuanya."Sofia berbafas lega. "Syukurlah.""Papa, terima kasih. Ini hadiah yang bagus."Raditya mengusap surai panjang Florensia, dia menatap putri temannya yang kini menjadi bagian dari keluarganya."Sama-sama, ayo kita masuk. Masih ada kejutan lain yang menunggu kamu.""Kejutan lagi?" tanya Florensia terkejut.Raditya mengajak Florensia masuk ke mansion, Sofia dan Ren yang sejak tadi menunggui mereka juga i

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 3

    Ren menatap Flo yang tengah tertidur dengan lelap, setelah pergumulan mereka tadi, Flo langsung tertidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Ren tersenyum melihat wajah damai Flo, dia mengangkat tangannya lalu merapikan rambut istrinya yang sedikit berantakan. Ren juga membenarkan selimut istrinya hingga sebatas leher."Terima kasih sudah mau menerima aku yang banyak kekurangan ini Flo." gumam Ren.Dia mengelus hidung mancung Flo lalu mengecupnya pelan. Ren bangkit perlahan dari tidurnya agar tak membangunkan istrinya. Hanya mengenakan kimono, dia duduk disofa lalu menuang minuman alkohol ke gelasnya kemudian menyesapnya pelan.Seketika dia teringat hadiah yang dia letakan disaku jasnya tadi. Dia kembali bangkit dari duduknya lalu mencari keberadaan jasnya, setelah menemukan jasnya dia lekas mengambil kotak yang tersimpan disaku."Apa yang dia berikan padaku?" gumam Ren.Ren menatap kotak berukuran sedang berwarna hitam ditangannya. Dia kembali ke sofa lalu duduk, sambil kembali

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 2

    Ren berjalan dengan wajah datar menemui beberapa kolega bisnis perusahaan keluarganya, dia menerima ucapan selamat atas pernikahan yang baru saja di gelarnya."Selamat atas pernikahan anda tuan Ren." ucap Fajar."Terima kasih atas kehadiran anda tuan Fajar."Fajar tersenyum kemudian mengangguk."Suatu kehormatan bagi saya bisa menghadiri acara yang meriah ini tuan Ren.""Anda terlalu berlebihan tuan, silakan dinikmati pestanya. Saya ke sana dulu.""Ah ya, tentu saja tuan Ren."Selesai berbincang dengan Fajar, Ren menghampiri kedua sahabatnya yabg tengah duduk disalah satu meja."Jack Van." sapa Ren."Selamat atas pernikahanmu kawan." Ucap Jackson sambil memeluk Ren.Ren mengangguk, Jackson dan Evan bergantian memeluknya sambil mengucapkan selamat."Dimana Flo?" tanya Evan."Dia sedang istirahat, kakinya sakit karena terlalu lama berdiri." jawab Ren."Benar-benar suami pengertian." goda Jackson.Ren hanya tersenyum tipis, tak lama pelayan datang sambil membawa minuman. Ren mengambil sa

  • Dikhianati Suami, Ku Nikahi Adik Ipar   bab 1

    "Aku, Ren Abraham Louhan, menerima engkau, Florensia Brawijaya, menjadi istriku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita." "Aku, Florenisa Brawijaya, menerima engkau, Ren Abraham Louhan, menjadi suamiku. Aku berjanji akan setia, mencintai, menghormati, dan menyayangi dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, dalam kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan kita.""Di hadapan Tuhan dan saksi ini, saya menyatakan kalian sebagai pasangan suami istri. Semoga pernikahan ini mendapat berkat dari Tuhan."Mata Flo berkaca-kaca saat pendeta menyatakannya resmi menjadi istri dari kekasih yang sudah mengisi hatinya selama dua tahun belakangan ini.Dia tak bisa membendung rasa senang yang membuncah dihatinya. Setelah penantian panjang, akhirnya dia berhasil menyandang status sebagai menantu keluarga Louhan."Silakan bertukar cincin." Ren mengambil cincin berlia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status