Share

Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan
Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan
Author: Ririichan13

Tertangkap Basah

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2024-10-16 14:23:15

“Ah, Sayang – terus, lebih cepat ....”

Andri terdiam di ambang pintu kamar Agra, tunangannya. Tangannya sedikit gemetar sambil memegang gagang pintu, sementara telinganya masih bisa mendengar jelas suara rintihan dan desahan dari dalam kamar.

Dengan perlahan, ia mulai membuka pintu kamarnya sedikit, membuat celah agar ia bisa melihat apa yang terjadi disana.

Namun, seketika jantungnya pun seolah berhenti saat melihat pemandangan itu

Disana, ia melihat Agra tengah memadu kasih dengan seseorang. Dan yang lebih menyesakkannya lagi, perempuan itu adalah Arsy, adiknya sendiri.

“Ah, Sayang, aku hampir ....”

Andri sudah tak kuasa mendengar kalimat yang menjijikan itu kembali. Ia pun berusaha menguatkan hatinya, hingga akhirnya ....

Brak!

Pintu kamar pun terbuka cukup lebar, membuat kedua insan yang sedang memadu kasih itu langsung terkesiap kaget dan menoleh ke arah pintu.

“Mbak.”

“Sayang.”

Ucap kedua orang itu secara serempak.

Agra segera melepaskan tubuhnya dari tubuh Arsy, lalu mengambil sebuah selimut untuk menutupi tubuh Arsy, sementara dirinya segera menyambar celana pendek yang berada tak jauh dari sana.

“Kalian --,” ucap Andri geram, tangannya nampak mengepal kuat berusaha menahan gejolak amarah di dadanya.

“Sayang, aku bisa jelasin, ini nggak seperti yang kamu pikirkan,” ucap Agra berusaha mendekat ke arah Andri setelah memakai celana pendeknya.

Andri menggeleng pelan, dan berkata, “gak seperti yang aku pikirkan, Mas? Kamu pikir aku buta, gak bisa lihat kelakuan kalian?”

Pandangan Andri pun kini beralih pada sang adik yang begitu ketakutan sambil mencengkram selimut.

“Kamu ... dasar wanita murahan!” seru Andri sambil menunjuk wajah Arsy.

“Sayang, aku mohon denger penjelasan aku dulu,” ucap Agra melembut.

Wajahnya sedikit memelas, ia pun berusaha meraih lengan Andri namun berhasil ditepisnya. Andri tak sudi tangannya dipegang oleh tangan yang telah menjamah wanita lain.

“Jangan sentuh aku! Pernikahan kita batal, Mas!” seru Andri dengan tegas sambil terisak.

Air matanya perlahan mulai turun membasahi wajahnya. Hatinya sakit dan juga kecewa melihat apa yang barusan terjadi itu. Ia pun lalu menghapus air matanya kasar dan bersiap untuk pergi.

Agra menggelengkan kepalanya pelan, wajah putihnya langsung memucat pasi, mungkin agar membuat Andri kembali iba.

“Kamu jangan sembarang bicara, Andri. Aku hanya khilaf, Sayang,” ucap Agra kembali.

“Khilaf?” tanya Andri sarkas.

“Ayo lah, Sayang. Pernikahan kita gak mungkin bisa dibatalkan. Apa kamu lupa kalau persiapan pernikahan kita sudah hampir rampung semua? Jadi, apapun yang terjadi, pernikahan kita akan tetap berlangsung,” jawab Agra.

“Nggak, Mas. Pokoknya aku mau pernikahan kita batal,” ucap Andri kekeuh degan apa keputusannya.

“Jangan egois, Andri. Pikirkan perasaan Kakek dan juga Ayahmu kalau pernikahan kita batal,” ucap Agra pelan.

Andri memejamkan matanya sebentar. Terbayang sudah bagaimana hancurnya perasaan sang kakek dan ayahnya jika tau bahwa pernikahan mereka batal. Tapi, jujur ia tak ingin melanjutkan pernikahan ini kembali.

“Maaf, Mas, aku yakin mereka akan paham tentang perasaanku setelah ini,” ucap Andri tegas.

Andri menatap wajah tampan Agra. Wajah yang selalu ia puja dan ia harapkan selama ini, namun kini wajah itu malah terlihat begitu menjijikan.

Wajah tampan itu pun kini berubah menjadi merah bak kepiting rebus saat mendengar ucapan Andri barusan.

“Andriyani Devandra, apa kamu tak memikirkan perasaan semua orang jika pernikahan ini batal? Ini gak cuma tentang Ayah dan Kakek tapi dengan yang lainnya. Kamu gak lupa kan dengan banyaknya biaya yang udah aku dan keluargaku keluarkan untuk pernikahan ini?” tanya Agra kembali.

“Mas, tak sadarkah kamu? Harusnya kamu yang sadar diri, gimana sama perasaan semua orang kalau kamu melakukan hal menjijikan sama jalang itu!” tegas Andri lantang.

Dadanya nampak kembang kempis seolah menahan gejolak amarah yang ada. Tubuhnya sedikit gemetar dan tak ada lagi air mata yang turun. Perasaannya pun nampak kacau dan sulit dideskripsikan.

“Andriyani! Tutup mulutmu. Aku udah bilang kan, aku ini khilaf, dan jangan pernah ngatain Arsy itu jalang. Dia kekasih baru, Mas!” sentak Agra tak terima.

“Ooh kekasih baru tah? Lalu, sebutan apa yang pantas buat perempuan yang rela menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki lain sebelum menikah? Apalagi, laki-laki itu, adalah calon kakak iparnya sendiri? Ani-ani kah? Atau cabe-cabean?” tanya Andri seolah meledek.

“Sudah cukup! Ini hanya salah paham, Ndri. Mas rasa gak perlu dibesar-besarkan,” ucap Agra kali ini dengan lebih lembut.

“Terserah,” ketus Andri.

Andri menghela napasnya kasar. Ingin rasanya kembali mendebat namun ia rasa percuma. Lebih baik ia segera pergi saja dari sini dan mengadukan semuanya pada kakek dan ayahnya.

****

Plak!

“Memalukan!”

Sebuah tamparan meluncur di wajah tampan Agra, kali ini Om Nathan yang melakukannya.

Ya, setelah pulang dari kediaman Agra, Andri pun memutuskan untuk mengadukan semuanya pada Ayah dan juga Kakeknya.

Dan di sini, di rumah keluarga besar Wiguna, mereka pun kembali dikumpulkan untuk membahas hal ini.

Suasana di ruang tamu ini pun mendadak tegang dan juga canggung.

Andri pun mengerti, mengapa Om Nathan melakukannya. Semua orang tua pun pasti akan melakukan hal yang sama saat mengetahui anaknya melakukan hal tak senonoh sehari menjelang pernikahannya.

“Kenapa Papa pukul Agra, hah?!” sentak Arga tak terima.

“Kamu pantas mendapatkannya Agra! Kamu bener-bener anak gak tau diri! Bikin malu keluarga aja bisanya!” bentak Om Nathan dingin.

“Papa bilang aku gak tau diri? Harusnya Papa bersyukur, kalau aku gak jadi nikah sama dia!” sentak Agra kembali.

Wajahnya nampak memerah, dadanya kembang kempis seolah menahan amarah yang ada.

“Bersyukur? Apa maksudmu dengan bersyukur? Di sini, kamu yang salah dengan tidur sama adik ipar kamu, tapi kenapa kamu malah bilang bersyukur, hah? Gak ada otak kamu!” sentak Om Nathan sedikit terperangah.

Agra nampak menyunggingkan sedikit senyumnya seolah meledek.

“Pa, asal Papa tau, Andri itu, nggak cuma udik dan kampungan, tapi dia juga mandul, Pa. Mandul! Bayangkan, Pa, Papa nikahin aku ke perempuan macem dia, terus berharap kita punya anak, itu cuma mimpi, Pa, mimpi!” sentak Agra kembali.

Deg!

“Ma—mandul?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adny Ummi
walaaah walaaahh. Agra laki berengsek banget. gak ngacaa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 34

    Sore mulai menyapa. Seperti janji di pagi hari tadi, rencananya hari ini mereka akan berburu pancong di jembatan.Andri sudah bersiap semenjak kumandang adzan ashar tadi. Sementara Arkan, masih sibuk memindahkan beberapa mainannya ke ruang tamu."Mainan teross yang diurusin!" seru Andri sedikit kesal.Arkan mengernyit heran. "Bumil sensitif banget. Biasanya juga santuy markutuy kalau aku lagi ngurusin maenan. Kenapa sekarang jadi serba salah sih?"Andri mendengus sambil menyilangkan lengannya di dada. Arkan mendesah pelan. Ini tidak baik, pasti setelah ini akan ada drama yang panjang kali lebar lagi.Tak butuh waktu lama, selang beberapa menit kemudian, Arkan pun untuk bergegas mandi, dan memakai kaos santai serta celana pendeknya, setelah itu bergegas mengambil kunci motornya."Sudah siap, Ndoro Putri? Ayo kita jajan," ucap Arkan dengan penuh hormat.Andri mengulum senyumnya sebentar lalu mengangguk mantap.Ia pun segera meraih lengan sang suami dah berjalan ke luar rumah.Perjalanan

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 33

    Sekitar lima belas menit kemudian, Arkan bersiap. Ia mengambil kunci motornya lalu segera keluar rumah. Setelah itu, motor pun mulai melaju entah kemana.Dari jendela kamar, Andri melihat semuanya. Melihat bagaimana Arkan pergi dengan langkah yang terburu-buru dah wajahnya yang sedikit lelah.Namun, egonya masih tinggi. Masih menghantui perasaan ingin di mengerti.Arkan melajukan motornya hingga ujung komplek. Menuju warung seblak MaBin yang terpaksa harus buka lebih cepat."Assalamualaikum, MaBin," panggil Arkan dari luar pagar.Seseibu yang tengah berbelanja di warung sayur depan warung seblak nampak memperhatikan Arkan yang sudah pagi-pagi ke sana."Tumben Mas Arkan, pagi-pagi udah manggil Mama Bintang," ucap salah satu ibu-ibu disana."Iya, Bu. Andri pingin banget seblak pagi-pagi gini, makanya aku terpaksa ke sini deh," ucap Arkan lirih dan mendapat anggukan dari para ibu-ibu di sana."Bener-bener suami siaga ya Mas Arkan ini," puji ibu-ibu lain.Arkan hanya tersenyum tanpa berni

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 32

    Pagi mulai menyapa. Cahaya keemasan masuk ke celah gorden kamar yang tak tertutup sempurna. Hawa kamar masih terasa begitu sejuk karena AC yang menyala.Arkan bangun lebih dahulu. Menggeliat perlahan sambil melirik ke arah samping. Andri masih terlelap di sana, sambil memeluk bantalnya seolah tubuhnya sama sekali tak bergerak semalaman.Arkan bangkit perlahan, menarik selimutnya hingga naik ke bahu sang istri. Lalu, ia melirik ke arah kakinya. Bengkak di kakinya perlahan mulai kempes, semoga ini menjadi pertanda baik bagi sang istri.Ia mulai menjejakkan kakinya di lantai gang terasa dingin. Dengan perlahan, ia keluar dari kamar dan menuju dapur, berniat untuk membuat sarapan untuknya dan juga sang istri.Namun, baru saja ia selesai menyiapkan sarapannya dan baru duduk di kursi ruang keluarga. Suara Andri terdengar menggema dari arah kamar. Setengah berteriak, dan setengah merengek.“Mas…! Adek lapar. Pengen seblak yang super pedes. Sama semangka beku, ya? Yang kemarin kurang dingin.”

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 31

    Selesai makan malam, satu persatu keluarga mereka mulai berpamitan untuk pulang.Arkan mengantarkan mereka semua sampai garasi rumahnya. Setelah itu, barulah ia merapihkan motor dan juga mobilnya untuk masuk ke garasi."Mas Arkan, di dalem belum rapih semua gimana ya?" tanya Mbok Puji yang ternyata memang belum pulang juga dari sana."Biarin besok aja, Mbok sisanya. Udah malem ini, waktunya istirahat. Mbok juga besok nggak usah dateng terlalu pagi, nggak apa-apa kok. Paling Andri juga bangunnya siang," ucap Arkan."Baik, Mas. Terimakasih pengertiannya," ucap Mbok Puji dan mendapat anggukan dari Arkan.Setelah memastikan Mbok Puji pulang, Arkan pun segera mengunci pintu rumahnya, setelah itu ke kamar mandi sebentar untuk membersihkan dirinya sebelum akhirnya ia masuk ke dalam kamar.Begitu masuk ke dalam kamar, cahaya temaram dari lampu tidur, menyebar ke seluruh ruangan. Aroma harum minyak telon pun, samar tercium di udara. Membawa sejenak aroma ketenangan.Ia mengintip ke arah ranjan

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2- Bab 30

    "Insyaallah, Mas Arkan. Semoga, Mbak Andri sehat-sehat terus sampai lahiran nanti. Dan nggak ada drama yang membuat kepala pecah ya, Mas," ucap Pak Basuki tetangga samping rumah Arkan.Arkan hanya terkekeh pelan mendengar candaan itu."Bismillah semoga aja, Pak. Tapi keknya kalau hamil nggak ada drama kek ada yang kurang, Pak. Apalagi, kita udah nunggunya lama, terus pernah berdoa nggak apa kita riweh sama drama mereka asal Andri bisa segera hamil.""Dan sekarang beneran terkabul ya, Mas," ledek Pak Basuki kembali dan langsung mendapat tawaan dari Arkan.Setelah itu, satu persatu para tamu pun berpamitan pada Arkan dan keluarganya. Suasana pun kembali sepi, hanya menyisakan keluarga besar Arkan, Pak RT, Pak Ustadz serta dua orang sesepuh masjid yang dibawa oleh Pak Ustadz ke sana.Arkan pun menjamu empat orang tamu kebesarannya itu bersama dengan Oom Nathan dan juga Ayah Revan di sana.Suasana di antara mereka sedikit hening, sampai akhirnya Ayah Revan mulai bersuara."Pak Ustadz, pun

  • Dikhianati Tunangan, Diratukan CEO Tampan    S2 - Bab 29

    Magrib mulai menyapa. Semua persiapan empat bulanan telah selesai semua. Rumah Arkan terasa lebih hangat dari biasanya. Keluarga besar dari pihak Andri dan Arkan pun nampak berkumpul bersama di sana.Mereka semua duduk lesehan sambil mengobrol ringan di garasi, karena ruang tamu rencananya untuk para jemaah masjid.Di sana pula, aroma dupa dan bunga melati nampak menguar. Beberapa buah, kopi dan rokok tersedia di sudut ruangan sebagai sarat untuk menghargai keluarga yang sudah lebih dahulu wafat.Sebenarnya, untuk pembakaran dupa itu tak termasuk. Namun, karena keluarga Arkan awalnya adalah keluarga non muslim, jadi ia kadang tetap menjunjung tinggi adat yang dibawa oleh sang papa.Sesekali, Arkan keluar masuk rumah, mengecek segala persiapan takut ada yang terlewat. Sementara Andri, duduk berselonjor di ruang tengah. Kedua kakinya saat itu tengah di pijat oleh Arsy, sementara punggungnya di pijat oleh Nadira."Duh, sering-sering aja kalian berdua begini. Bahagia kali aku jadi kakak,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status