Share

Bab 4 -Mirip, Tapi Asing

Penulis: AliceLin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-16 19:56:39

“Bagaimana mungkin ada kebetulan seperti ini ….”

Gumaman pria berwajah tampan nan tegas itu terdengar semakin pelan. Rahang kokohnya terkatup rapat hingga gigi-giginya bergemeratak. Ia berusaha menguasai rasa kaget yang masih memenuhi pikirannya.

Ingatan akan malam panas yang dihabiskannya bersama wanita yang terbujur di hadapannya saat ini kembali berputar di dalam kepalanya. Seperti yang diduganya, semua yang dilakukannya semalam bersama wanita itu benar-benar bukanlah mimpi!

“Bos, hujan sudah turun semakin deras. Apa tidak sebaiknya kita kembali ke mobil?”

Lamunan pria itu beralih sejenak. Sorot mata tajam bak serigala miliknya tertuju pada asisten kepercayaannya yang berdiri di belakangnya sejak tadi.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, pria itu menyerahkan payung di tangannya kepada bawahannya tersebut. Ia pun mengangkat tubuh Anya di kedua belah tangannya, lalu membawanya menuju mobil yang tidak terparkir jauh dari pemakaman.

***

“Bagaimana keadaan lukanya?”

Seorang dokter muda berkacamata tersenyum mendengar pertanyaan dari seorang pria yang sejak tadi memasang wajah datar di sampingnya, tetapi pria itu tetap tidak mampu menutupi kecemasannya terhadap pasien wanita yang baru saja ditanganinya.

“Aku baru kali ini melihatmu sepanik ini, Rein. Sepertinya wanita ini sangat spesial. Apa dia kekasihmu?” goda dokter tersebut, yang tidak lain adalah sahabat dari pria yang memiliki nama lengkap Reinhard Xavier Hernandez.

“Apa kamu ingin menjadi mata-mata ibuku lagi, Austin Lawrence?” desis Reinhard yang telah mendelik tajam.

Austin terkekeh pelan. “Mau sampai kapan kamu mengungkit hal itu?”

“Sampai kamu terbaring di dalam kuburan pun tetap akan kuungkit,” balas Reinhard dengan nada setengah bercanda, meski sorot matanya tetap serius.

Ia tidak akan lupa bagaimana dirinya tertipu karena kerja sama Austin dengan ibunya lima tahun lalu hingga akhirnya ia harus terpaksa kembali dari petualangannya dan terjebak dalam intrik keluarga yang membelenggu kebebasannya hingga saat ini.

Austin tersenyum simpul mengingat hal tersebut. “Maaf, waktu itu aku─”

“Aku tidak butuh maafmu. Sekarang jelaskan, bagaimana keadaan wanita ini?” sela Reinhard yang mulai tidak sabaran.

Austin menghela napas pelan dan berkata, “Lukanya tidak terlalu serius. Aku sudah membersihkan dan menjahitnya, tapi mungkin akan menimbulkan sedikit bekas.”

“Tapi, tenang saja. Nanti akan kuresepkan salep yang bisa menyamarkan bekasnya,” lanjut Austin dengan cepat ketika menerima kilatan tajam dari sorot mata Reinhard.

“Kapan dia bisa sadar?” tanya Reinhard lagi, tanpa mengubah ekspresi dinginnya.

“Mungkin sebentar lagi. Tapi, sebaiknya biarkan dia beristirahat dulu. Tubuhnya mengalami kelelahan yang cukup parah. Selain itu, dia mungkin mengalami syok emosional yang berat.”

‘Syok?’ Reinhard membatin.

Ia pun tertegun, kembali teringat dengan keadaan wanita itu saat ditemukannya tadi. Entah hal apa yang membuat wanita itu harus mendatangi pemakaman di tengah cuaca yang tidak bersahabat, tetapi ia merasa Austin benar. Wanita itu sepertinya memang mengalami hari yang berat.

‘Apa dia menyesal dan bersalah karena hal yang terjadi semalam?’ terka Reinhard di dalam hati.

Ia mengira jika dirinya mungkin yang telah menyebabkan masalah bagi wanita itu. Namun, Reinhard merasa kesalahan tidak sepenuhnya ada pada dirinya. Wanita itu sendiri yang mendatangi kamarnya dan menyerangnya lebih dulu. Namun, ketika hasrat Reinhard telah terbakar, wanita itu malah memintanya untuk berhenti.

Tentu saja, Reinhard tak bisa menahan diri dan akhirnya hubungan itu terjadi. Akan tetapi, pada akhirnya wanita itulah yang tidak mau melepaskannya dan membuatnya harus bekerja ekstra untuk memuaskannya.

“Dia hanya butuh waktu untuk pulih, tapi aku yakin dia akan baik-baik saja,” Suara Austin mengalihkan lamunan Reinhard.

Kening Austin mengernyit ketika melihat seulas senyuman yang tidak biasa sempat terbit pada bibir sahabatnya tersebut. “Kamu tidak sakit kan, Rein?” selorohnya.

Reinhard pun kembali bersikap penuh permusuhan dengannya seperti biasanya. Satu kesalahan Austin  dulu membuat hubungan mereka menjadi sedikit renggang.

Karena tidak ingin menjadi target pelampiasan amarahnya, Austin pun memutuskan untuk keluar dari ruangan itu, tetapi langkahnya terhenti sejenak dan menoleh kepada Reinhard.

“Kemarin kamu baik-baik saja, kan?” Nada Austin terdengar khawatir. Ia tahu jika kemarin Reinhard pasti telah mabuk berat seperti tahun-tahun sebelumnya. Kemarin adalah hari dalam setahun yang paling berat dilalui Reinhard, hari peringatan kematian dari seseorang yang dikasihinya.

“Ibumu sangat khawatir. Dia memintamu untuk pulang di hari ulang tahunnya nanti,” kata Austin dengan wajah serius. Namun, Reinhard tidak menjawab. Austin pun hanya bisa menghela napas kasar dan kembali melanjutkan langkahnya.

Keheningan memenuhi ruangan tersebut setelah kepergian Austin. Reinhard berjalan menghampiri ranjang pasien, lalu duduk di kursi yang ada di samping ranjang tersebut.

Manik mata ambernya menatap lekat pasien wanita di hadapannya saat ini. Perlahan tangannya menyusuri wajah yang masih terlelap. Hanya deru napas teratur yang terdengar dari wanita itu.

Seolah ditarik ke dalam pusaran waktu, bayangan masa lalu berkelebat di pikirannya, membuat dada Reinhard terasa semakin sesak. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seseorang yang memiliki kemiripan seperti ini.

Ya, Anya terlihat sangat mirip dengan gadis yang pernah ia abaikan cintanya dan meninggalkan penyesalan tak terhingga di dalam hatinya selama tiga tahun terakhir!

Hanya saja tubuh gadis itu tidak sekurus Anya. Rambut golden brown-nya lebih berkilau, kulitnya juga lebih terawat dan … Reinhard tidak tahu apakah mereka juga memiliki warna mata yang sama atau tidak. Semalam ia terlalu mabuk dan ruangan juga terlalu gelap untuk melihat lebih jelas.

Reinhard menggenggam tangan wanita itu dengan lembut. ‘Sepertinya aku sudah gila kalau berharap dia masih hidup saat ini,’ batinnya seraya tersenyum getir.

Lamunan Reinhard terhenti ketika melihat kelopak mata wanita di hadapannya itu mulai terbuka. Netranya ikut terbelalak ketika melihat warna biru dari sepasang bola mata yang tengah memandang langit-langit ruangan.

“Ini ….” Suara Anya terdengar serak.

Perlahan pandangan Anya tertuju kepada lelaki di sampingnya. Ia tersentak dan mencoba untuk bangkit, tetapi gerakannya tertahan karena pria itu mencengkeram kedua lengannya dengan erat.

“Kamu─”

Suara Anya tercekat dengan sorot mata tajam yang terasa sangat menakutkan. Tubuhnya terasa menciut karena cengkeraman tangan pria itu terasa begitu kuat. “Le-lepaskan aku,” cicit Anya.

Kening Reinhard mengernyit. Ia dapat merasakan ketakutan dari tatapan wanita itu terhadap dirinya. Perlahan ia pun melepaskan cengkeramannya, tetapi sepasang matanya masih menatap Anya dengan penuh pertimbangan.

’Warna mata yang sama, tapi … sangat asing,’ gumam Reinhard di dalam hati. Harapan yang sempat terbesit di dalam benaknya beberapa waktu lalu pun perlahan-lahan memudar saat melihat kewaspadaan wanita itu terhadap dirinya.

“Ka-kamu siapa? Aku … aku di mana?” cecar Anya di tengah kebingungannya.

Ruangan yang begitu mewah, tetapi terasa asing tersebut membuatnya tidak nyaman. Terlebih lagi aroma desinfektan yang mendominasi ruangan itu membuat kepalanya terasa pusing.

Kedua alis Reinhard bertaut. “Kamu tidak mengenalku, Anya Stein?”

Ia tampak tersinggung dengan pertanyaan wanita itu. Padahal mereka sudah berbagi kehangatan semalam, tetapi bisa-bisanya wanita itu tidak ingat padanya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Popy Try
anya sepertinya sedang hilang ingatan waktu itu san sekarang udah mulai ingat kembali
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
jangan2 anya memang orang yg sama dimasalalu Rein cuma saat ini anya sedang hilang ingatan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 374

    Di depan ruang obygn di rumah sakit Lawrence, terlihat banyak para pasangan muda yang menanti untuk melakukan pemeriksaan dan konsultasi. Salah satu ruang pemeriksaan terbuka, lalu seorang wanita muda tampak didorong keluar dengan kursi roda oleh salah seorang perawat. Di sampingnya tampak seorang wanita paruh baya berpenampilan anggun yang mendampinginya. “Semoga kondisi kesehatan menantu dan calon cucu Anda makin membaik, Nyonya,” ucap sang perawat kepada wanita paruh baya yang tidak lain adalah Selina Anderson. Selina membawa menantunya untuk melakukan pemeriksaan kandungan di salah satu dokter kenalannya. Ia merasa cemas karena Alicia terus merasa mual berkepanjangan. Padahal saat keluar dari rumah sakit, Alicia sudah membaik dan dapat makan meskipun sedikit. Akan tetapi, sejak kemarin pagi tidak ada satu pun suapan yang dapat ditelannya kecuali sesuatu yang cair seperti sup. Meskipun mual adalah hal yang wajar selama kehamilan, Selina tidak ingin mengambil risiko sedikit pun

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 373

    Reinhard terlihat kesal. Sebenarnya ia ingin sekali turun tangan sendiri untuk menangani Ken. Akan tetapi, karena ia harus menjalani pemulihan di rumah sakit, Reinhard meminta para bawahan Dark Wolf untuk menggantikannya memberikan pelajaran kepada pria itu.Dalam kondisi terluka parah dan faktor usia yang tak lagi muda, Ken meregang nyawa lebih cepat setelah mengalami berbagai penyiksaan yang diperintahkan Reinhard.Meskipun menyesal tidak dapat menanganinya sendiri, tetapi Reinhard merasakan kelegaan yang luar biasa dengan kematian pria itu. Satu ancaman bagi Alicia telah lenyap, dan Reinhard bisa memenuhi janjinya kepada Regis.“Kamu sudah mengirimkan hasilnya kepada Regis?” tanya Reinhard.Ia memang meminta Austin menyelesaikan tugas itu sebagai bagian dari syarat yang diberikan Regis. Untuk memastikan mayat itu benar-benar Ken Stewart, Reinhard sengaja meminta otopsi. Ia tidak ingin tertipu seperti Alexei dulu, yang sempat terkecoh oleh kematian palsu Ken.“Tenanglah. Aku sudah m

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 372

    Dua minggu sudah Reinhard dirawat di rumah sakit. Hari ini akhirnya ia sudah diperbolehkan pulang setelah selama seminggu ini ia mengajukan protes dan keluhannya terhadap dokter yang menanganinya. Bahkan ia tak segan-segan mengancam pimpinan rumah sakit.Apa yang terjadi? Kenapa Reinhard melakukannya?Jawabannya sangat sederhana. Reinhard sudah tidak betah berada di rumah sakit itu.Seperti yang diputuskannya dua minggu lalu, ia dan Alicia akhirnya berbagi kamar rawat bersama agar bisa menjalani masa pemulihan bersama.Akan tetapi, Alicia sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit minggu lalu karena kondisinya sudah lebih membaik. Meski demikian, ia tetap diwajibkan menjalani bedrest di rumah hingga benar-benar pulih sepenuhnya.Karena itulah, Reinhard merasa sangat kesepian berada di dalam kamar rawat itu sekarang. Ia berulang kali mengajukan permohonan untuk pulang, tetapi ditolak karena luka-lukanya masih memerlukan perawatan intensif.Hari ini, setelah berbagai protes dan ancama

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 371

    “Apa yang kamu lamunkan, hum?” Reinhard mengetuk pelan kening Alicia, mengalihkan kembali perhatian wanita itu padanya.Alicia tersentak kecil. Ia menggeleng cepat, lalu memasang senyum lebar seolah tidak ada apa-apa.Reinhard menghela napas pelan. “Aku tahu … meskipun kamu tahu kamu hamil sekalipun, pasti kamu tetap akan mengikutiku, bukan?” terkanya, mengira Alicia masih memikirkan tentang hal yang terjadi sebelumnya.Alicia terkekeh kecil. “Kamu sangat mengenalku dengan baik, Suamiku,” ucapnya, tidak menyangkal sedikit pun tuduhan Reinhard.Saat itu, Alicia memang tidak berpikir panjang. Satu-satunya hal yang dipedulikannya hanyalah keselamatan pria itu.Reinhard mendesah berat, tetapi ada kehangatan dalam sorot matanya. “Sayang, kamu tahu kan kalau aku mencintaimu?”Alicia mengangguk.“Mulai sekarang ada nyawa lain yang harus kamu jaga. Tapi, di atas semua itu, kamu yang menjadi prioritasku. Karena itu, jangan pernah berbuat nekat seperti tadi lagi dan jangan pernah berpikir untuk

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 370

    “Ah, ya ampun. Turunkan aku, Xavier. Aku pusing,” seru Alicia histeris.Reinhard segera menghentikan putarannya dan menurunkan Alicia dengan hati-hati di atas ranjang. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran yang mendalam.“Maafkan aku, Sayang. Aku sampai lupa diri karena terlalu bahagia mendengar kabar ini,” ucap Reinhard seraya menangkup wajah Alicia dengan kedua tangannya, menatapnya seolah-olah wanita itu adalah seluruh dunianya.“Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing saja,” timpal Alicia berusaha menunjukkan senyuman meyakinkan, meskipun kepalanya masih sedikit berdenyut.“Kamu yakin?” Reinhard menatapnya lekat-lekat, seolah mencari tanda-tanda ketidaknyamanan yang mungkin disembunyikan Alicia. “Mau aku panggilkan dokter saja?”Alicia tertawa kecil, menggeleng pelan. “Aku baik-baik saja, Xavier. Serius. Jangan berlebihan.”Reinhard mendesah lega, tetapi tidak sepenuhnya puas. Ia duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Alicia dengan lembut.Raut wajah Reinhard berubah sendu dan dipen

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 369

    Selang beberapa waktu, ciuman mereka semakin dalam, membuat Alicia cukup kewalahan untuk mengikuti liarnya gairah yang diberikan Reinhard melalui ciuman tersebut.“Ummph─”Deru napas Alicia terasa semakin pendek. Ia pun bergegas melepaskan tautan bibir mereka lebih dulu agar bisa menghirup udara secepatnya. Tanpa sengaja ia mendorong dada Reinhard terlalu kuat hingga pria itu meringis perih karena luka di bahunya terasa kembali berdenyut.Mata Alicia pun membelalak panik. “Ah, astaga!”Alicia pun bergegas memeriksa luka pria itu, membuka beberapa kancing baju pasien yang dikenakan Reinhard. Melihat bercak darah yang merembes pada perban di bahu pria itu, rasa bersalah pun menggelayuti hati Alicia. Ia menggigit bibir bawahnya dan menatap Reinhard dengan sorot mata berkaca-kaca.“Maafkan aku … aku─”Sebelum Alicia sempat menyelesaikan ucapannya, Reinhard telah menarik lengannya dan membawanya jatuh ke dalam pelukannya lagi.“Xavier ….” Alicia mengerjap dengan bingung. Ia berniat mendoron

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status