Share

Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat
Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat
Author: Atieckha

Nikahi Maria

"Kau harus membayar ganti rugi atas mobilku yang sudah dengan sengaja kau tabrakkan! Kau tahu, bukan? Mobil itu keluaran terbaru dan hanya diproduksi 10 jenis saja di dunia?!"

Suara itu sangat menggelegar, hingga membuat jantung Arga Dewantara berdetak lebih kencang dari biasanya.

Arga memang bekerja sebagai sopir pribadi di keluarga Askara.

Selama tiga tahun bekerja, Arga selalu bekerja dengan baik. Baru kali ini dia mengalami musibah, hingga mengharuskannya untuk membayar ganti rugi pada sang majikan.

Tapi, ia sudah dituduh seperti itu.

Jujur saja, Arga sangat kaget dengan kalimat kejam yang diucapkan sang majikan.

"Tapi, Tuan … saya sama sekali tidak dengan sengaja menabrak pembatas jalan itu,” ucap pria berusia 26 tahun itu membela diri, “saya hanya menghindari mobil ugal-ugalan yang hampir menabrak mobil Anda, Tuan."

Arga akan berjuang untuk membuktikan pada majikannya kalau dia tidak ada niat menghancurkan mobil mahal milik majikannya. Justru, dia melakukan itu semua agar keselamatan sang majikan tetap terjamin.

"Diam kamu! Aku tidak suka ada yang berani membantahku! Kau harus membayar ganti rugi karena kau sudah bekerja tidak becus!" sentaknya lagi.

Tuan Askara tidak pernah main-main dengan ucapannya. Arga dapat melihat dengan jelas sang majikan begitu murka terhadapnya.

Arga terdiam. Ia tidak tahu bagaimana lagi membela dirinya di hadapan Tuan Aksara.

Dengan gugup, pria itu pun bertanya, "Be–berapa saya harus membayarnya Tuan?"

Sejak kecil, Arga memang hidup serba kekurangan sebagai anak petani biasa. Beruntungnya dia karena bisa bekerja di rumah Tuan Aksara, hingga bisa membiayai hidup kedua orang tuanya di kampung. Dan, tiga bulan belakangan ini, Arga mulai bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung. Tapi, musibah sepertinya tidak mengenal waktu….

"Dua miliar! Itu harga yang harus kau bayar sebagai ganti rugi," ucap Tuan Askara.

Deg!

"Du–dua miliar?" Wajah Arga semakin pucat pasi.

Jangankan memiliki uang sebanyak itu, melihatnya saja Arga tidak pernah.

Selama ini, gaji yang dia terima hanya sebesar empat juta rupiah setiap bulannya, lalu sekarang sang majikan menyebut nominal yang begitu fantastis?!

Tentu saja, Arga sangat syok!

"Kau tidak budek, kan?" tanyanya mengejek sang sopir.

Bagi Tuan Askara, nominal yang disebutkan tadi adalah nominal yang pantas agar ke depannya, tidak akan ada lagi hal-hal yang tidak diinginkan dari sopirnya itu.

"Dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu, Tuan?" tanya Arga frustasi, hingga berlutut di depan Tuan Aksara dan istrinya di ruang keluarga yang mewah itu.

Namun, kedua majikan Arga itu hanya melipat tangan di dada menatap tajam ke arah Arga.

"Jangan kau tanyakan itu padaku.”

“Tu–Tuan,” ucap Arga terbata memandang atasannya yang hanya diam, hingga tak lama pria itu kembali berbicara.

“Aku punya tawaran menarik untukmu agar kau bisa melunasi hutangmu padaku," ucapnya memberi tawaran.

"Apa, Tuan?” tanya Arga cepat, “apa pun itu, saya pasti menyetujuinya asalkan hutang saya lunas."

Arga menatap sang majikan sungguh-sungguh. Ia memilih melakukan penawaran dari Tuan Aksara secepatnya karena sampai mati pun, rasanya, Arga tidak akan pernah memiliki uang sebanyak dua miliar.

“Hahaha….” Tuan Askara tertawa kencang, lalu berkata, "nikahi adikku, Maria. Berikan keluarga Askara keturunan laki-laki. Setelah itu, kau bisa pergi dari kehidupan kami tanpa utang.”

Majikan Arga ini sudah memikirkan matang-matang tentang bagaimana keluarga Askara bisa memiliki keturunan setelah istrinya divonis mandul.

Satu-satunya cara adalah memanfaatkan adik perempuan yang mentalnya sedikit terguncang meski sudah diobati berulang kali.

Setidaknya, garis keturunan mereka tidak akan putus bila gadis–yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca buku–itu menikahi Arga dan melahirkan anak laki-laki.

Senyum arogan pun timbul di wajah Tuan Askara, hingga membuat Arga terkejut setengah mati.

"Apaaaa Tuan?” paniknya, “menikah?"

"Benar. Dua miliar untuk harga seorang anak laki-laki," ujarnya lagi penuh kepastian.

Arga menatap sang Tuan dalam diam.

"Dua miliar? Jumlah itu memang banyak, tapi apakah hanya seharga itu hidupku?" gumamnya dalam hati.

"Aku akan memberimu waktu dua hari untuk mengambil keputusan. Nikahi Maria adikku, atau kau berikan aku uang sebesar dua miliar!" seru Tuan Askara tak terbantahkan.

Pria kaya itu lantas meninggalkan Arga bersama dengan sang Nyonya rumah.

Arga sendiri masih mematung.

Pria muda itu begitu kaget dengan nasibnya yang akan berubah dalam waktu sekejap.

"Senang, ya! Hanya dengan mengandalkan tubuh dan wajah, kamu bisa menikahi keturunan Askara!"

Suara sang Nyonya rumah sontak membuat Arga mengalihkan pandangannya.

Monica, istri dari Tuan Askara, tampak menatap Arga tak suka. Sangat jelas, ia tak suka dengan keputusan suaminya.

Akih-alih membalas, Arga memilih untuk tidak meladeni wanita ini.

"Ck!” decak perempuan itu malas, “antarkan aku ke Mall sekarang! Dan, jangan pernah berpikir aku akan sudi menganggapmu sebagai calon adik iparku.”

“Kau hanya sampah di mataku!" desis wanita itu.

"Baik Nyonya," jawab Arga cepat sambil mengangguk hormat.

Pria muda itu pun menuju ke halaman depan sesuai perintah Monica.

Tanpa boss besarnya itu tahu, sang Nyonya besar memang sering bersikap semena-mena terhadap para pelayan dan pekerja di rumah itu, termasuk Arga.

*****

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah mewah milik keluarga Askara, menuju ke sebuah Mall terbesar yang ada di Jakarta.

Tak lama, mobil pun terparkir rapi di depan lobby Mall.

Arga bergegas turun lalu membukakan pintu bagi sang nyonya besar.

"Silakan Nyonya," ucap Arga, hormat.

"Parkirkan mobilnya, lalu cari aku di butik langgananku!" seru wanita itu memberi perintah.

"Siap Nyonya," sahut Arga.

Setelah memastikan Nyonya Askara masuk ke dalam Mall, Arga pun kembali duduk di balik kemudi.

Dia harus memarkirkan mobilnya di tempat pengunjung khusus VVIP di Mall tersebut, lalu

Menyusul sang nyonya ke dalam Mall.

Hanya saja, tanpa disadari, pria itu berjalan dengan tatapan kosong.

"Ya Tuhan di mana aku harus mendapatkan uang itu dalam dua hari? Mengumpulkan uang dua juta saja, sangat berat. Tuan Askara sangat keterlaluan padaku."

Arga membatin sambil terus melangkah menjauhi area parkir.

"Bayangkan saja, aku harus menikahi gadis dengan gangguan jiwa? Ya, Tuhan … apa salahku sampai engkau mengujiku seberat ini?"

Bugh!

Saat Arga baru saja masuk ke dalam Mall, tubuhnya membentur sesuatu hingga membuat Arga tersungkur di lantai.

"Awwwww…." ringis Arga kesakitan.

Bisa-bisanya, dia tidak konsentrasi berjalan.

Kewarasannya sepertinya sudah diambil alih oleh masalah dua miliar hari ini.

"Tu–tuan muda Arga!"

Suara pria yang menabrak tubuh Arga membuat Arga kaget. Ia tidak terbiasa dengan panggilan itu.

Namun, belum sempat membalas, lagi-lagi Arga dikejutkan oleh suara pria lain yang membuatnya merinding.

"A–Arga anakku." Segera Arga menoleh ke sumber suara. Hanya saja, matanya seketika membulat sempurna melihat pria dewasa berpakaian mahal yang wajahnya sangat mirip dengan dirinya.

NOTE AUTHOR :

Hay kak….mampir ke cerita terbaru aku yuk masih hangat “PAMAN ANGKATKU ITU AYAH ANAKKU”

terima kasih.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Joston Parningotan Sihite
masih menyimak
goodnovel comment avatar
Fendy
Menarik ceritanya
goodnovel comment avatar
Rendi al fauzan Itsenen
sangat menarik dan seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status