Home / Rumah Tangga / Dilamar Adiknya, Dinikahi Kakaknya / Ditinggal Saat Malam Pertama

Share

Ditinggal Saat Malam Pertama

Author: Young Lady
last update Last Updated: 2025-07-24 16:05:33

“Kalau Bumi tidak bisa menikahi kamu, harusnya Langit bisa menggantikannya.” Baskara mengatakan itu sembari menatap sosok Langit Akasa Mahadewa—kembaran Bumi yang keluar dari area pemakaman.

Tanisha kontan melirik sosok tersebut. Sang pemilik wajah yang sama persis dengan wajah calon suaminya yang telah meninggal dunia. Namun, wajah itu tampak lebih tegas dengan sorot tajam dan dingin yang menjadi andalannya setiap menatap siapa pun.

“Jangan gila, Pa!” seru Tanisha yang sudah kembali mengalihkan atensi pada sang ayah.

“Keluarga Mahadewa masih berduka. Seharusnya, kita cukup mengucapkan belasungkawa. Bukan malah memikirkan pernikahanku yang gagal!” Tanisha kembali menambahkan.

Entah apa yang akan ayahnya lakukan jika mengetahui kesuciannya telah terenggut semalam sebelum pernikahannya berlangsung. Insiden tersebut lebih pantas disebut aib dibanding dengan kecelakaan yang menimpa Bumi. Sebab, tak ada yang memalukan dari suatu kematian.

Mungkin, ini adalah teguran untuk Tanisha. Sebab, ia memilih tetap melanjutkan pernikahannya yang berada di depan mata padahal jelas-jelas dirinya tak suci lagi. Bumi pasti merasa tertipu jika benar-benar menikahinya. Dengan begini, Tanisha tak perlu menipu siapa pun.

“Kamu pikir mudah mempersiapkan semuanya? Biaya, waktu, dan segalanya dipertaruhkan di sini. Kalau Langit yang menggantikan Bumi, setidaknya usaha kita tidak sia-sia!” Baskara bersikeras mempertahkan argumennya.

Tanisha seakan ingin meledak menghadapi ayahnya yang seperti ini. Ia benar-benar khawatir orang-orang mendengar pembicaraan mereka. Jika ada yang mendengar pembicaraan ini, mereka pasti menganggap keluarganya tak memiliki empati. Namun tampaknya, ayahnya tak mau berhenti.

“Kita pulang saja ya, Pa?” pinta Tanisha sembari menggandeng lengan sang ayah.

Tanisha khawatir jika dirinya dan Baskara kembali ke gerombolan keluarga besar Mahadewa, ayahnya malah mengutarakan keinginan gila itu. Tanisha benar-benar lelah dan ingin pulang secepatnya. Toh, tak ada lagi yang bisa mereka lakukan.

Baskara jika memberi tanggapan lagi dan membiarkan Tanisha memimpin langkah. Tanisha sudah mulai lega. Setidaknya, ayahnya sudah tidak lagi mempertahankan argumennya. Tentang pernikahan yang berantakan ini bisa dibicarakan nanti.

Namun, tiba-tiba ada yang memanggil mereka. Suara bariton yang familiar itu membuat Tanisha menegang selama beberapa saat. Ia mengenal suara itu. Langit Akasa Mahadewa menghampiri mereka. Dan sepertinya, lelaki itu juga mendengar apa yang ia dan ayahnya bicarakan.

“Atas nama keluarga, saya minta maaf atas insiden ini. Tidak ada yang menginginkan musibah seperti ini,” ucap Langit dingin.

“Saya tidak bermaksud menguping. Namun, obrolan kalian terlalu keras,” sindir lelaki itu dengan seulas senyum sinis yang menghiasi wajahnya.

“Mas langit, saya minta maaf kalau obrolan kami menyinggung Mas langit dan keluarga. Kami tahu, semua yang ada di sini masih berduka. Tolong jangan hiraukan apa yang Mas Langit dengar barusan. Kami hanya—”

Mengabaikan pembelaan yang Tanisha lakukan, Langit lebih memilih berbicara dengan Baskara. “Pak Baskara tidak perlu khawatir. Saya akan menggantikan adik saya.”

***

Langit tak sekadar membual. Lelaki itu benar-benar merealisasikan ucapannya. Entah apa yang lelaki itu katakan pada keluarganya, seminggu kemudian mereka mendatangi kediaman orang tua Tanisha untuk melamar. Dan sebulan kemudian pernikahan tersebut akhirnya terlaksana.

Tak ada hujatan yang menghampiri Langit dan keluarganya. Mereka malah disanjung. Bukan hanya oleh para politisi, tetapi juga oleh masyarakat. Bahkan yang berada di media masa. Sebab, Langit dianggap pahlawan karena menggantikan Bumi yang telah tiada.

Tak bisa dipungkiri, keluarga Mahadewa memang sangat mahir membuat nama mereka semakin melambung. Entah itu menggunakan buzzer di sosial media atau pendukung sungguhan. Semuanya memuji mereka. Hanya segelintir orang yang kontra dan tentunya akan tenggelam oleh para pendukung.

“Mbak Tanisha beruntung sekali. Semoga pernikahan ini bisa mengobati duka atas meninggalnya Mas Bumi. Saya yakin, Mas Langit adalah jodoh terbaik untuk mbak. Saya tidak bermaksud mendahului, tapi selamat atas pernikahannya, Mbak,” tutur desainer yang membantu Tanisha memakai kebaya rancangannya.

Tanisha berusaha mengangkat kedua sudut bibirnya dan yang tersungging hanyalah senyum kaku. “Terima kasih, Tante. Maaf ya, aku jadi merepotkan. Tante harus bolak-balik membantuku.”

Desainer yang merancang busananya adalah langganan keluarganya. Tanisha sudah cukup akrab dengan sang desainer. Tanisha masih menggunakan pakaian yang sama. Hanya Langit yang perlu melakukan fitting lagi karena lelaki itu lebih tinggi dari Bumi.

“Jangan bicara begitu. Tante senang bisa membantu kamu. Jangan tegang ya? Tante yakin acara hari ini pasti lancar. Untuk sekarang, jangan terlalu memikirkan insiden sebulan lalu.” Sang desainer berusaha menenangkan Tanisha nn yang tampak gugup.

“Terima kasih, Tante.”

Tanisha berusaha tetap tenang, namun dadanya malah semakin bergemuruh. Kegelisahan yang ia rasakan lebih pekat dibanding sebelumnya. Kekhawatiran insiden buruk kembali terulang juga perasaan tak menentu karena sosok yang akan menikahinya adalah orang yang sangat antipati padanya.

Tanisha dan Langit hanya bertemu ketika lelaki itu memboyong keluarga besarnya untuk melanjutkan perjodohan ini. Ketika fitting baju pengantin pun, Langit memilih melakukannya seorang diri. Sedangkan untuk persiapan lainnya, semuanya menggunakan persiapan yang sudah ada.

Tanisha tak pernah berkomunikasi empat mata dengan Langit setelah lelaki itu mengatakan bersedia menikahinya. Jika boleh jujur, Tanisha lebih berharap perjodohan ini dibatalkan saja. Toh, sebenarnya ia tidak memiliki rencana untuk menikah dalam waktu dekat.

Ceklek.

“Sudah siap? Ayo, semuanya sudah menunggu kamu,” tutur Adinda yang baru saja memasuki ruang rias Tanisha.

“Orang-orang mungkin berpikir kamu masih berduka. Tapi, jangan tunjukkan wajah penuh kesedihan itu. Senyum. Tunjukkan seberapa beruntungnya kamu menjadi menantu Mahadewa,” bisik Adinda setelah menggiring putrinya keluar dari ruangan tersebut.

“Jangan khawatir, Ma. Aku bisa menempatkan diri,” jawab Tanisha datar.

Ekspresi keduanya kontan berubah begitu berbelok ke area ballroom yang telah dipenuhi tamu undangan. Senyum manis nan memikat tersungging di bibir keduanya. Adinda membimbing Tanisha duduk di samping Langit yang bahkan tak melirik Tanisha sama sekali.

Prosesi pernikahan tersebut berlangsung cepat dan Tanisha tak bisa menikmati acara tersebut sama sekali. Dibanding disebut pesta pernikahan, acara hari ini lebih pantas disamakan dengan acara ramah tamah para politisi dan kolega bisnis kedua orang tua mereka.

Hanya segelintir tamu yang benar-benar Tanisha kenal. Sedangkan sisanya adalah kenalan para orang tua. Tanisha tak tahu berapa banyak tamu yang diundang. Kakinya sudah mulai kebas karena terlalu lama berdiri. Tamu yang datang silih berganti membuatnya tak bisa duduk sama sekali.

“Buka saja high heels mu,” ucap Langit tiba-tiba.

Tanisha sedikit tersentak. Sejak resmi menjadi suami-istri, baru sekarang Langit membuka suara. Tanisha melirik lelaki yang berdiri di sampingnya melalui ekor matanya. Langit masih memasang ekspresi dingin andalannya. Tanisha nyaris tidak percaya jika lelaki itu baru saja mengajaknya bicara.

Langit memberi isyarat pada salah satu ajudannya untuk mendekat ke pelaminan. “Bawakan sandal untuk istri saya.”

“Tidak usah, Mas. Acaranya juga sebentar lagi selesai.” Tanisha yang mendengarnya spontan menolak.

Langit mengabaikan ucapan Tanisha dan meminta ajudannya pergi. Tamu yang hendak menyalami mereka mulai ramai lagi. Padahal malam sudah semakin larut. Namun, tamu-tamu ini tak ada habisnya. Dan yang tampak menikmati acara hanya orang tua mereka.

Begitu ajudan Langit datang membawakan sandal hotel untuk Tanisha, orang-orang kembali memuji lelaki itu. Betapa baik dan romantisnya seorang Langit Akasa Mahadewa pada sang istri. Tanisha pun hampir merasa tersanjung. Namun, perkataan lelaki itu tetap begitu mereka memasuki kamar pengantin membuatnya tertampar kenyataan.

“Saya menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga saya. Jadi, tolong jangan berharap lebih,” ucap Langit sembari melepas jas yang melekat di tubuhnya.

“Saya ingin hanya melakukan ini lebih awal. Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu datang,” lanjut Langit tanpa mmenatap Tanisha.

“Aku ngerti, Mas,” jawab Tanisha yang duduk di pinggir ranjang.

“Mas Langit mau ke mana?” Menyadari Langit seperti hendak pergi lagi, Tanisha pun spontan bertanya.

“Saya ada urusan. Kamu tidur duluan saja.”

Langit langsung menyambar ponselnya yang tergeletak di atas nakas benda pipih itu berdering. Sebelum Langit mengambilnya, Tanisha tak sengaja melihat satu nama yang tertera di sana. Tania Wijaya.

Tanisha melupakan satu hal. Suaminya memiliki kekasih.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilamar Adiknya, Dinikahi Kakaknya   Tes DNA

    Tanisha tahu cepat atau lambat rahasianya akan terbongkar. Akan tetapi, ia tak menyangka jika rahasianya akan terbongkar secepat ini. Disaat dirinya belum mempersiapkan apa pun untuk menghadapi semuanya. Bahkan, ia tidak tahu harus menjelaskan apa.“Baru seminggu kalian menikah dan kamu udah hamil? Kamu mau menipu keluarga saya?!”Keramahan yang semula Wulan tampakkan langsung lenyap seketika. Senyum ramah dan sorot teduh yang Wulan tampilkan pun telah menghilang. Berganti dengan sorot sinis penuh penghakiman. Dan Tanisha hanya bisa menerima perlakuan tersebut karena dirinya memang bersalah. Tanisha bukan tidak berusaha membatalkan pernikahan ini. Akan tetapi, jika papanya telah memutuskan sesuatu, keputusan tersebut tidak bisa diganggu gugat. Tanisha pun tak berani mengatakan alasannya secara gamblang hingga akhirnya hanya bisa pasrah dengan keputusan orang tuanya. Wulan langsung meminta Langit pulang. Bukan hanya Langit, ayah mertua Tanisha juga hadir, lengkap dengan orang tua Tan

  • Dilamar Adiknya, Dinikahi Kakaknya   Saya akan Terima Anak Itu

    “Saya akan terima anak itu.”“Kita baru menikah. Perceraian hanya akan membuat nama kita menjadi buruk “Hingga kini, ucapan Langit masih terngiang-ngiang di benak Tanisha. Bukannya senang, mendengarnya malah membuat dada Tanisha semakin terasa terimpit. Ia tidak berharap Langit sudi menerima anaknya. Wanita itu ingin Langit menceraikannya. Sejak awal, pernikahannya dengan Langit adalah kesalahan. Langit hanya menikahinya sebagai bentuk pertanggungjawaban dan menjaga nama baik keluarga mereka. Lalu, sekarang lelaki itu juga ingin bertanggungjawab atas janin dalam kandungannya. Mungkin, Tanisha akan merasa tersanjung jika Langit benar-benar tulus. Sayangnya, tak ada yang tahu rencana lelaki itu sebenarnya. Dan yang paling penting, Langit memiliki seseorang yang lelaki itu jaga. Walaupun mereka tak lagi menjadi sepasang kekasih. Ah, Tanisha tidak yakin hubungan keduanya benar-benar berakhir. Tak ada yang tahu. Apalagi setelah Langit menganggapnya wanita murahan. “Aku pikir kamu bene

  • Dilamar Adiknya, Dinikahi Kakaknya   Mas, Ceraikan Aku

    “Saya belum pernah menyentuh kamu. Dan kamu ... hamil?”Pertanyaan tersebut sangat menusuk hati Tanisha. Namun, di sini dirinya memang patut dihakimi. Pernikahannya tak berjalan selayaknya pasangan pada umumnya. Dan kini dirinya dinyatakan hamil. Parahnya, usia pernikahannya baru menginjak satu minggu. Biasanya, Tanisha selalu bisa membalas tatapan tajam Langit dengan berani. Tetapi, sekarang dirinya hanya bisa menatap ke bawah dengan kegugupan luar biasa yang melingkupi hatinya. Langit pasti marah besar dan merasa tertipu. Padahal selama ini ayahnya selalu berkoar-koar jika putrinya mahir menjaga diri. Tanisha pun tak ingin seperti ini. Sayangnya, malam naas itu terjadi tanpa permisi, tanpa jejak, terkecuali janin yang kini bersemayam di rahimnya. Tanisha belum sempat memikirkan cara untuk menghadapi kehamilannya dan Langit malah sudah mengetahui kenyataan itu. “Siapa ayahnya?” Tak kunjung mendapat jawaban dari Tanisha, Langit kembali melontarkan pertanyaan. “Aku nggak tau,” jawa

  • Dilamar Adiknya, Dinikahi Kakaknya   Kamu Hamil?

    “Harusnya aku melakukan pencegahan sejak awal,” sesal Tanisha sembari mencengkram hasil tes kehamilannya. Dirinya dinyatakan positif hamil. Statusnya memang menikah. Namun, suaminya tak pernah menyentuhnya sama sekali. Dan pernikahannya baru menginjak satu minggu. Sudah jelas jika kehamilannya adalah imbas dari insiden malam itu. Sampai sekarang, Tanisha bahkan belum bisa mengenali wajah sosok yang bersamanya malam itu. Dan kini, hasil perbuatan mereka malah bersemayam di perutnya. Langit serta keluarga lelaki itu pasti akan merasa tertipu dan marah besar, begitupun dengan keluarganya. Tanisha mengangkat kepalanya yang ia tumpukan pada setir mobil dan langsung merobek hasil tes kehamilannya. Tak boleh ada jejak yang tersisa. Untuk keputusan yang akan ia ambil ke depannya, akan dirinya pikirkan nanti. Yang terpenting, tak boleh ada yang mengetahuinya. Tanisha menyentuh perutnya dengan mata berkaca-kaca. “Maaf. Tapi, aku belum bisa menerima kamu.”Seandainya bukan akibat insiden mal

  • Dilamar Adiknya, Dinikahi Kakaknya   Jejak Malam Itu

    “Baru pulang, Mas?” tanya Tanisha dengan senyum lembut yang tersungging di bibirnya. Berbanding terbalik dengan nada bicaranya yang cukup menusuk. Tanisha tak pernah berniat untuk menunggu hingga suaminya pulang. Namun, anehnya ia selalu terjaga saat lelaki itu kembali. Entah se pagi apa pun itu. Termasuk sekarang. Jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul tiga pagi dan suaminya baru tiba di rumah. Rumah?Tanisha tidak tahu apakah hunian mewah ini pantas disebut rumah atau tidak. Tentunya dirinya tidak tinggal berdua saja dengan sang suami. Ada banyak pekerja yang berseliweran di jam-jam tertentu. Namun, tetap saja kehampaan yang terasa tak berkurang sama sekali. Satu minggu Tanisha dan Langit resmi menjadi pasangan suami-istri. Mereka menempati kamar yang sama. Namun, jika dihitung-hitung, selama seminggu ini Tanisha yang lebih banyak menempatinya. Sedangkan Langit seolah-olah memiliki kesibukan di luar sana yang tak ada habis-habisnya. Sehingga setiap harinya, lelaki itu

  • Dilamar Adiknya, Dinikahi Kakaknya   Ditinggal Saat Malam Pertama

    “Kalau Bumi tidak bisa menikahi kamu, harusnya Langit bisa menggantikannya.” Baskara mengatakan itu sembari menatap sosok Langit Akasa Mahadewa—kembaran Bumi yang keluar dari area pemakaman. Tanisha kontan melirik sosok tersebut. Sang pemilik wajah yang sama persis dengan wajah calon suaminya yang telah meninggal dunia. Namun, wajah itu tampak lebih tegas dengan sorot tajam dan dingin yang menjadi andalannya setiap menatap siapa pun. “Jangan gila, Pa!” seru Tanisha yang sudah kembali mengalihkan atensi pada sang ayah. “Keluarga Mahadewa masih berduka. Seharusnya, kita cukup mengucapkan belasungkawa. Bukan malah memikirkan pernikahanku yang gagal!” Tanisha kembali menambahkan. Entah apa yang akan ayahnya lakukan jika mengetahui kesuciannya telah terenggut semalam sebelum pernikahannya berlangsung. Insiden tersebut lebih pantas disebut aib dibanding dengan kecelakaan yang menimpa Bumi. Sebab, tak ada yang memalukan dari suatu kematian. Mungkin, ini adalah teguran untuk Tanisha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status