Home / Romansa / Dilamar CEO Kejam / Chapter 2 : Tamu

Share

Chapter 2 : Tamu

Author: Chocotics
last update Last Updated: 2021-11-11 00:19:24

"Celin pulang!" teriak Celindia saat memasuki rumahnya yang cukup besar. 

"Berisik!" Celindia mengalihkan pandangannya ke arah ruang keluarga. 

Ia mengerutkan keningnya. "Abang? Kok udah pulang?" 

Alges--sang kakak dari Celindia mendelik ke arahnya. 

"Enggak seneng abang pulang?" tanya nya dengan sinis kepada Celindia yang sudah duduk dengan posisi kaki menyilang di sampingnya. 

"Astaghfirullah, soudzon mulu sama adek sendiri. Heran deh." 

Alges mengangkat bahu acuh lalu kembali menonton. 

Celindia melemparkan pandangannya. "Mama sama Papa mana, bang?" 

"Papa diruang kerja, mama didapur." Celindia mengangguk lalu menyomot camilan yang berada di pelukan Alges. 

Alges melotot lalu menjauhkan toples dari adiknya yang rakus. 

"Apaan sih bang, pelit amat." gerutu Celindia. 

"Udah sana mandi, badan kamu bau." Alges mencubit hidungnya dan menatap Celindia dengan geli. 

"Enak aja, aku walaupun enggak mandi setahun juga tetep harum." 

"Buset," ujar Alges. 

"Tapi lama-lama juga gerah sih, yaudah aku ke kamar dulu." pamit Celindia lalu masuk ke kamarnya. 

Alges menggelengkan kepala nya melihat Celindia, baru seminggu yang lalu gadis itu melakukan wisudanya. Waktu berjalan sangat cepat, padahal ia merasa seperti melihat Celindia yang baru di lahirkan oleh Kalana kemarin. 

Usia mereka yang terpaut lima tahun, membuat Alges sangat menjaga adiknya. Apa lagi Celindia adalah gadis yang bar-bar dan cerewet, ia takut orang-orang yang pernah terkena sikap bar-bar Celindia memiliki dendam kepada gadis itu. 

"Aden," T**i--asisten rumah tangga keluarga pratama datang dengan terburu-buru.

"Kenapa, Bi?" 

"Itu ... didepan ada tamu, katanya mencari Pak Rio." 

"Cari Papa? Siapa? Bibi kenal?" 

"Enggak atuh Den, Bibi kan bukan Mamanya Pak Rio." 

Alges tertawa kecil. "Maksud Aku, siapa tahu aja Bibi pernah lihat. Bibi kan sering lihat teman dan rekan kerjanya Papa kalau mereka kesini" ujar Alges menerangkan. 

"Oalah, enggak Den. Bibi belum pernah lihat," jelas T**i.

"Oh yaudah, Aku panggil Papa dulu. Udah Bibi suruh duduk di ruang tamu, kan?" 

"Udah Den." 

"Oke," Alges lalu melangkah pergi ke ruang kerja Rio--Sang Ayah. 

Tok tok ... 

CEKLEK 

"Papa," Rio yang sedang sibuk dengan berkas-berkasnya menoleh ke arah pintu. 

"Alges, kenapa?" 

"Ada tamu, katanya nyari Papa." 

"Oke Papa kesana, Kamu temenin tamunya dulu sana." 

"Iya, Pa."

****

Celindia keluar dari kamarnya dengan rambut yang setengah basah, ia telah selesai dengan ritual mandinya. Rencananya selanjutnya adalah mencuri makanan, gadis itu melangkah ke arah dapur. 

Sesampainya Celindia didapur, ia melihat Kalana yang sedang membuat minuman dan ada tiga gelas didepan wanita itu. Celindia lalu mendekati Kalana dan hendak bersuara. 

"Ada tamu ya, Ma?" Kalana menoleh dan mengangguk. 

"Iya, tamunya Papa." Celindia mengangguk paham. 

Gadis itu lalu mulai melancarkan aksinya untuk mencuri makanan, kenapa ia menamakan itu mencuri makanan padahal ini adalah rumah orang tuanya. Karena Celindia selalu makan sebelum waktu makan malam tiba, walau terkadang gadis itu akan memilih memakan camilan saja. 

"Oh kebetulan Kamu di sini sayang," perkataan Kalana membuat Celindia menatap Mamanya. 

"Tolongin Mama ya, Kamu anterin minuman ini ke ruang tamu." Baru saja Celindia hendak menyuarakan rasa tidak setujunya, Kalana menyela. 

"Mama mau bawa kue, Kamu mau Mama bawa kue sama minumannya sekaligus? Nanti pecah lho." 

Celindia memutar bola mata. "Iya-iya." Gadis itu lalu mengangkat nampan yang berisi tiga gelas dan melangkah ke ruang tamu dengan Kalan di belakangnya membawa toples kue. 

"Kan bisa di bawa satu-satu, gitu aja kok ribet sih." Celindia membatin kesal. 

Kalau boleh jujur, ia sangat tidak suka jika memperlihatkan wujudnya ke tamu rumah. Entah kenapa begitu, tapi setiap saat mereka kedatangan tamu, Celindia lebih memilih berdiam diri dikamar. 

Saat sampai di sana, Celindia melihat Rio dan Alges duduk berhadapan dengan seorang pria. Celindia tidak terlalu memperhatikan wajah pria itu karena ia tidak menatap pria itu, ia hanya memfokuskan diri untuk meletakkan nampan berisi minuman itu dan berniat melangkah pergi. 

"Celin," panggil Rio membuat Celindia yang hendak pergi berhenti dan berbalik. 

"Sini, duduk dulu." 

Tidak ingin membuat Papanya malu, Celindia akhirnya duduk di sebelah Abangnya. Kalana juga ikut duduk di sampingnya, Celindia berada di antara Alges dan Kalana. Sedangkan Rio berada di sebelah Alges. 

"Ini Celindia, nak Indra. Masih ingat?" Celindia yang hanya menunduk mengerutkan keningnya saat mendengar Sang Papa yang menyebut namanya. 

Pria yang berada di depan mereka menatap Celindia sekilas lalu tersenyum tipis. 

"Iya, Saya masih ingat. Saat itu Kami masih sangat kecil, tapi Saya masih mengingatnya dengan baik." 

"Celin, Kamu masih ingat sama Indra?" pertanyaan Rio membuat Celindia mengangkat kepalanya dan bersitatap dengan seorang pria yang tidak asing. 

Ia menatap lamat pria yang sedang tersenyum tipis itu, walau bibirnya tersenyum, Celindia bisa melihat kalau matanya seakan menatap tajam Celindia. 

"Ah Celin ingat," kata Celindia tanpa sadar. 

"Kamu ingat?" tanya Alges. 

Celindia mengangguk. "Iya, Dia pelanggan hari ini di kafè." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 30 : Nasib Jordan

    Celindia membuka matanya dengan perlahan, suara ringisan keluar dari bibirnya saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya. Netranya melihat ke sekelilingnya. Sunyi. Tidak ada siapapun di dalam ruangan VIP itu selain dirinya, ia menghela napas dengan mata yang terpejam. Ingatannya kembali pada kejadian yang menjadi penyebab dirinya terbaring di brankar rumah sakit ini, perbuatannya yang terbilang nekat dan berani, yang juga membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Celindia kembali mengingat. Saat itu, ia ingat sempat melihat wajah tegang Keindra saat berada di dalam mobil. Ia bahkan bisa merasakan tangan dingin Keindra yang menyentuh pipinya dan tangannya yang lain memegang luka tembaknya. CEKLEK Suara pintu yang terbuka membuatnya mengalihkan pandangannya. Keindra terdiam di depan pintu saat melihat Celindia yang sudah sadar dan sedang menatapnya. Mereka terdiam dalam hening yang tercipta. Saling menatap dari jarak yang tidak dekat. Celindia yang lebih dulu tersadar lalu segera menga

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 29 : Tragedi Penusukan

    Keindra berdiri dari duduknya, lalu kembali duduk. Hanya itu yang ia lakukan di depan ruangan operasi yang sekarang masih berlangsung. Sudah lebih dari dua jam pria itu tidak beranjak dari tempatnya. Tepukan dibahunya membuat Keindra menoleh, ia mendapati Jordan yang membawa dua kaleng soda ditangannya. Keindra mengambil satu kaleng minuman yang disodorkan padanya. "Duduk dulu, Ndra." Keindra tidak mengindahkan dan tetap menatap pintu ruang operasi. Jordan menghela napasnya, lalu meminum minumannya. "Kenapa gak lo aja yang pimpin operasinya?" Keindra menatap Jordan dari tempatnya berdiri. Jordan menggeleng sekilas. "Enggak bisa. Ini bukan rumah sakit yang gue pegang, gue juga gak bisa seenaknya lakuin operasi darurat pasien rumah sakit lain." Jordan memang adalah seorang dokter, namun ia tidak bisa sembarangan mengambil alih pasien di rumah sakit yang bukan tempatnya bertugas. Keindra kembali menatap pintu operasi, lampu operasi belum juga mati, yang berarti operasi masih berja

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 28 : Tragedi Peristiwa

    Keindra memberikan pukulan kepada pria bertopeng itu tanpa jeda, ia bahkan tidak memberinya kesempatan untuk mengelak atau pun melawan. Setelah tadi menghabisi semua orang bayaran itu ia memasuki ruangan besar karena mendengar suara jeritan Celindia, saat sampai ia menyaksikan istrinya menahan sakit akibat rambutnya yang ditarik dengan kasar oleh pria yang saat ini sedang ia hajar.Jordan melepaskan semua ikatan yang berada di tubuh Celindia, ia meringis saat melihat memar di wajah dan tangan serta kaki gadis itu."Tunggu di sini, jangan ke mana-mana." Jordan menjauh setelah Celindia mengangguk setuju.Setelah beberapa saat, muncul beberapa orang yang memegang senjata tajam serta topeng di wajah mereka. Jordan membantu Keindra melawan mereka yang kewalahan, sedangkan Celindia meringkuk dengan takut.Mereka ada sekitar tiga belas orang, melawan dua orang jelas perkelahian itu a

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 27 : Diculik

    Celindia membuka matanya yang terasa berat. Ia mengerjap panik, hanya gelap yang berada di hadapannya saat ini.Sangat gelap.Ia bahkan tidak bisa melihat apa pun. Gadis itu beranjak untuk meraba-raba sekitarnya, malah terdiam saat mengetahui dirinya tidak bisa bergerak.Celindia memberontak dengan panik."Hmphh!" Suaranya juga tidak muncul!Ia terengah dan diam sejenak, tahu bahwa usahanya akan sia-sia. Sekarang Celindia paham kondisinya.Ia terikat di kursi kayu dengan mulut yang dilakban serta kepala yang ditutupi sebuah kain, ia memejamkan matanya dengan jantung berdebar.Bagaimana ia bisa di sini?Apa yang terjadi sebelumnya?Di mana dia sekarang ini?Kepala gadis itu mulai berpikir. Seingatnya terakhir kali ia berada di toilet mall, ia melihat wanita jadi-jadian dan hendak keluar dari toilet. Setelahnya ia tidak mengingat apa-apa lagi.

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 26 : Celindia hilang?

    Keindra menatap lurus ke depan, didepannya terlihat beberapa orang dengan pakaian hitam yang melekat di tubuh mereka. Hanya dirinya sendiri yang memakai jas formal, karena memang pria itu tidak pulang dan malah pergi ke markas.Inilah salah satu dari sekian hal yang disembunyikan oleh pria berdarah Amerika itu.Keindra Genanta Aldres. Pria yang memiliki pekerjaan di dua dunia, dunia manusia dan dunia gelap. Ia memang memiliki usaha yang melejit.Tidak hanya di dunia perusahaannya, tapi juga di bisnis gelapnya.Sekarang mereka sedang melakukan runding untuk strategi pemasaran ganja. Pemerintah Amerika tidak bisa diajak bekerja sama, mereka akan membantai habis orang-orang yang terlibat perdagangan benda terlarang itu.Maka dari itu, mereka sedang melakukan rundingan dan mencari cara agar bisnis mereka berjalan lancar tanpa adanya hambatan. Keindra men

  • Dilamar CEO Kejam   Chapter 25 : Wanita Jadi-jadian?

    Celindia melangkah riang dengan senandung lirih dari bibirnya, Andrew mengikuti nonanya dengan berjalan agak sedikit ke belakang. Mereka menatap sekeliling, mall di pusat kota Chicago sangat ramai. "Mau beli apa ya," gumam Celindia kecil. Matanya lalu melihat timezone yang berada tidak jauh dari posisi mereka, Celindia lalu berlari ke arah timezone. Sedangkan Andrew yang tidak tahu malah panik, ia ikut berlari menyusul nonanya. "Wah!" Celindia menatap timezone di depannya dengan mata berbinar. "Andrew, Andrew!" Gadis itu menatap pria disampingnya dengan semangat. "Aku mau bermain!" "Nona bisa membeli kartu timezone ke sebelah sana, mari ikuti saya." Andrew berjalan ke arah tempat dijualnya kartu timezone diikuti Celindia dibelakangnya. Setelah membeli kartu itu, Celindia mulai bermain dengan semangat. Tak jarang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status