Share

Dilamar CEO Kejam
Dilamar CEO Kejam
Penulis: Chocotics

Chapter 1 : Celindia

Celindia Putri Pratama, Anak kedua dari pasangan bernama Algantario Algres Pratama dan Kalana Riana Pratama. Memiliki saudara kandung, kakaknya yang bernama Algestrio Putra Pratama. 

Celindia baru saja melakukan wisuda sarjana satu nya minggu kemarin, Ia sekarang menjadi pelayan di kafè yang cukup terkenal. Rio--Ayahnya pernah menyarankan gadis itu untuk bekerja bersama kakaknya di perusahaan Rio, tapi Celin menolak. 

Ia berkata bahwa Ia tidak cocok dengan bisnis, lagi pula, Ia lebih suka bekerja yang ke sana kemari. Katanya lebih menyenangkan dari pada harus duduk di kantor dan bertatapan dengan kertas-kertas berwarna putih, Rio dan Kalana--Ibunya Celin hanya mengikuti saja perkataan anak kedua mereka itu. 

"Celin," panggilan itu membuat sang pemilik nama menoleh. 

"Kenapa Anjani?" 

"Tolong gantiin gue di sini bentar ya, gue kebelet nih." ucap gadis itu dengan gerakan seperti cacing kepanasan. 

Celindia yang tak tega akhirnya mengangguk, gadis yang bernama Anjani itu lalu berlari kencang ke belakang kafè. Melihat itu membuat Celindia tertawa, temannya yang lucu. 

Gadis itu sekarang menggantikan posisi Anjani yang berada di tempat kasir kafè, Celindia dan Anjani memang memiliki posisi kerja yang berbeda. Celindia sebagai waiters dan Anjani sebagai kasir, karena kebetulan belum ada lagi pelanggan yang masuk, gadis itu bisa bersantai di kursi kasir. 

KRING ... 

Bunyi bel pintu kafè--yang akan berbunyi jika di buka atau di tutup itu, berbunyi. Celindia berdiri tegap dan tersenyum, menyambut seorang pria yang masuk dengan wajah datar. 

Setelah sampai di depan kasir, pria itu mendongakkan kepalanya. Melihat menu yang berada di atas, Celindia masih mempertahankan senyumnya. Mencoba ramah kepada pelanggan. 

"Selamat datang, mau pesan apa, Pak?" 

Pria itu menatap Celindia, lalu matanya menelusuri seisi kafè. Beberapa bisikan terdengar di telinga Celindia, Ia yakin bisikan itu karena kedatangan pria tampan berwajah datar ini. 

"Astaga, itu bukannya Keindra Genanta Aldres?" 

"Iya, itu CEO Black corp." 

"Gila, ganteng banget." 

"Yang gue denger, dia salah satu pemuda yang udah sukses di usia yang masih terbilang muda." 

"Wah, keren banget." 

"Dia natap gue, argh!" 

Celindia lalu menatap ke depan, ke arah pria itu. Pria itu melempar senyum tipis ke arah mereka, membuat beberapa pelanggan yang memang sebagian besarnya adalah seorang gadis memekik tertahan. 

Pria itu lalu kembali mengalihkan tatapannya ke arah Celindia, Ia tersenyum tipis ke arah Celindia. Celindia mengerutkan kening heran, padahal tadi jelas-jelas Ia melihat wajah datar pria ini. 

"Kenapa sekarang malah senyum-senyum enggak jelas?!" batinnya berteriak kesal. 

"Saya pesan kentang goreng sama es kopi," beritahu pria itu dengan masih mempertahankan senyumnya. 

Celindia tersenyum kaku. "Baik, tunggu sebentar ya, Pak." ujarnya lalu menulis pesanan pria itu dan memberikan kertas notes itu kepada karyawan yang bertugas memasak di belakang kafè. 

"Terima kasih, semoga hari Anda menyenangkan." ujar Celindia dengan ramah. 

Setelah pria itu pergi, Celindia terdiam seolah berpikir. 

"Kok mukanya ... kayak enggak asing ya?" gumamnya pelan. 

Tidak mau ambil pusing, gadis itu hanya mengangkat bahu acuh dan menukar posisi dengan Anjani yang sudah selesai. 

"Makasih Celindia yang cantik dan tidak sombong," ucap Anjani berlebihan. 

Celindia memutar bola mata malas dan kembali bekerja. 

****

Wanita tua yang terbaring di brankar rumah sakit itu menghela napas, ia tengah menunggu cucunya yang entah pergi ke mana. Merasa bahwa umurnya sudah tidak lama lagi, wanita itu lalu mengalihkan pandangannya dari jendela saat suara pintu yang berbunyi. 

"Indra," panggilannya kepada sang cucu yang sudah duduk di sampingnya. 

"Iya oma? Oma butuh sesuatu?" tanya pria itu. 

Sang nenek menggeleng, "Oma sayang Indra, Indra tau, kan?" Pria yang di panggil Indra itu mengangguk. 

"Aku tahu," jawabnya singkat. 

"Ingat ini baik-baik, jangan pernah merasa sendiri. Saat waktunya tiba, oma sebenarnya enggak ke mana-mana. Oma masih ada tetap di hati kamu," ucap wanita itu. 

Pria itu, Keindra Genanta Aldres. Sang cucu dari wanita yang terbaring lemah di brankar itu hanya diam, belum memberikan reaksi apa pun. 

"Oma mau kamu kabulin permintaan terakhir oma," kata wanita itu. 

Keindra masih diam, menunggu sang nenek yang akan membuka suara. 

"Oma mau lihat kamu menikah sebelum kepergian oma, nak." 

Keindra terdiam kaku. 

Ia menghela napas dalam diam, sudah ia duga. 

"Oma, oma tahu kan kalo Indra--" 

"Indra, oma mohon." sela wanita itu dengan raut sendu. 

"Oma tahu kamu belum punya pacar, makanya oma udah dapat calon yang cocok untuk kamu. Dia adalah anak dari orang baik, kamu dan dia pernah ketemu saat masih kecil dulu." jelasnya. 

"Mungkin kamu enggak ingat, tapi oma masih sangat mengingat itu. Dia adalah gadis baik Indra, oma yakin kalian berdua cocok." lirihnya pelan. 

Melihat cucunya yang masih saja diam, wanita itu menghela napas dengan lirih. Semakin lama, napasnya makin sesak. 

"Oma mohon, nak. Cuman itu permintaan terakhir oma, oma pengen lihat kamu nikah dengan gadis yang baik." 

Keindra menghela napas, lalu akhirnya mengangguk. 

"Oke," ucapnya singkat. 

Wanita itu tersenyum dengan wajah pucatnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status