Sudah tiga hari semenjak pernikahan sejoli yang terpaut usia lebih dari sepuluh tahun itu. Mereka pun sudah kembali ke Bandung dan tinggal bersama di rumah Rain. Selama tiga hari itu pula tak ada sesuatu yang istimewa terjadi di antara mereka karena Cyra selalu menempel pada Sea sejak pagi, siang, malam, hingga pagi lagi.Rain pun hanya bisa mengelus dada karena harus menahan hasrat kejantanannya demi melihat kebahagiaan putri kecilnya.Hari-hari berlalu dan mereka menjalani kehidupan normal seperti biasanya: Rain dengan pekerjaannya dan Sea yang sibuk mempersiapkan kuliahnya sebagai mahasiswi baru.Dua minggu berlalu, setiap pagi Rain pergi dua jam lebih awal daripada istrinya. Mereka akan bertemu kembali di sore hari dan menghabiskan waktu dengan putri kecil yang mereka cintai.Ketika sore hari Sea sudah tiba di rumah dan se
Ia terus memperhatikan mereka. Kemudian, terlihat mereka berdiri bersama dan Rain mengambilkan coat dari gantungan kemudian memakaikannya pada si gadis. Lalu, mereka hendak keluar bersama.Sea pun segera mencari tempat persembunyian di balik tembok yang agak jauh. Sementara, Rain dan gadis itu berjalan bersama menuju lift sambil bersenda gurau. Bahkan, tangan suaminya tak segan mengacak rambut si gadis seperti orang yang saling menyayangi.“Siapa gadis itu?” gumamnya.Sea pun makin kesal dibuatnya. Ia sendiri tak pernah diperlakukan manis seperti itu apalagi bisa bersenda gurau dengan lelaki yang sedang menggunakan kemeja abu tersebut. Itu hanya mimpi baginya.Tak lama Fira muncul dari arah lain sambil membawa tumpukan map. Ia dihampiri oleh Sea beserta Cyra yang sudah siap memberikan pertanyaan.&nb
Hari-hari berlalu sampai gadis bernama Crystal mengunjungi kembali rumah yang terletak di Jalan Albasia IV nomor sembilan. Sekitar pukul delapan pagi saat embun masih meraba hijaunya dedaunan, ia sudah berdiri di depan pintu kayu jati berdesain ukiran vertikal minimalis sambil menenteng beberapa paper bag. Saat itu Rain sudah bertolak ke kantor sejam sebelum kedatangan Crystal.“Kamu ...?” tanya Sea dengan mangkel di hatinya.“Selamat pagiii.” Crystal memasuki rumah tanpa meminta persetujuan dari kakak iparnya itu.“Tanteee ...!” teriak gadis kecil yang berlari dari kamar, lantas memeluknya dengan sigap.“Haaaiii. Apa kaabar, Saayaang.” Bibirnya mengecup kening serta pipi kanan dan kiri Cyra.“Tante kangen sekali sama kamu.”&
Rainofan William dan Seavina Amanda menikah memang tidak atas dasar cinta. Namun, mereka tidak sadar bahwa keputusan menikah itu pun diambil karena mereka sudah saling peduli dan memiliki perasaan masing-masing.Di sela-sela waktu makannya, terlintas ucapan sang istri saat di telepon siang harinya. Kalau begitu, kenapa kamu nikahin aku dan bukannya dia?! Kalimat itu yang paling diingatnya. Jadi, kamu cemburu dengan adik iparmu sendiri? Rain melirik gadis di sampingnya. Ia menarik senyum tipis.Apa benar kamu sudah jatuh cinta denganku?Bagaimana cara membuktikannya kalau memang yang dikatakan Crystal itu benar?“Kenapa melihatku begitu?”Rain menggeleng, lalu menghela napas panjang sebelum berbicara. “Besok aku akan antar Crystal ke Jakarta. Jadi, aku akan pulang terlambat.”Sea
Rabu malam yang indah mereka habiskan di atas ranjang berbalut sprei berwarna cokelat muda. Sprei yang awalnya bersih, malam itu juga banyak noda berceceran. Pergelutan malam itu membuat mereka lelah sampai akhirnya terlelap dalam mimpi indah masing-masing.“Eengh ....” Sea mendesah dan belum bangun dari alam tidurnya.Desahan menggelitik itu ternyata membangunkan lelaki di sampingnya. Rain perlahan membuka mata dan mengumpulkan kesadaran. Matanya melirik dan mendapati sang istri yang masih terlelap dalam dekapannya.Rain tersenyum. Rona merah bersemu di pipinya karena ia bangga telah menjadi lelaki seutuhnya—untuk yang kedua kali setelah pernikahan pertamanya. Ia memperhatikan wajah istrinya yang tertutup sebagian rambut dan sesekali masih mendesah. Tangannya menyibakkan rambut panjang Sea ke balik telinga, lalu ia mengusap lembut pipi istrinya denga
“Beruntung kita di depan kecelakaan itu. Kalau enggak, kita pasti terjebak lama di sana.”“Ya, kalau aja tadi kamu terlambat lima menit, kita pasti masih ada di sana, Rain.” Crystal menimpali.Rain melihat sama-samar mobil berwarna putih yang bagian depannya sudah rusak dan mengeluarkan kepulan asap. “Hmm, gimana kondisi orang itu sekarang?”“Kamu khawatir dengan orang yang gak dikenal?” Crystal meliriknya, lalu kembali fokus mengemudikan mobil.Rain menggeleng. “Aku cuma gak bisa bayangkan seperti apa perasaan keluarganya setelah dengar kecelakaan itu.” Sebenarnya, hatinya juga tiba-tiba merasa gelisah. Namun, ia berusaha menyingkirkan kekhawatiran itu karena tidak ada penyebab pastinya.“Lebih baik kamu khawatirkan istri ka
“Rain dengar Mami, gak?”“Ya, Rain mendengarnya, Mi.” Crystal menyahuti.“Rain! Kamu tahu? Sea kecelakaan, Rain! Kamu dan Crys—“Apa!” Rain dan Crystal terkejut.Mobil Crystal kembali berhenti mendadak dan menyebabkan mereka berdua terlonjak kaget. Beruntung di belakangnya tidak ada kendaraan dan mereka sedang ada di bahu kiri jalan.Crystal dan Rain saling bertukar pandangan. Pikiran mereka tertuju pada satu hal yang sama, yaitu kecelakaan beberapa waktu lalu. Mendengar kabar itu, Rain mengambil ponsel Crystal untuk mendengarkan kabar lebih jelasnya.“Kecelakaan! Kecelakaan di mana, Mi?! Kapan? Terus Sea gimana? Dia terluka?” Rain benar-benar terkejut dan takut mendengar hal yang menegangkan akan ter
Ia menatap wajah suaminya dengan serius. “Boleh aku bicara berdua sama kamu?”“Boleh, Sayang,” jawab Rain. “Mau keluar dulu?”“Gak usah keluar. Kalian bicara di dalam aja, biar kami yang keluar,” ujar Willy, ayahnya.“Terima kasih, Pa.” Rain menyahutinya. Semua orang bergegas keluar meninggalkan Rain dan Sea hanya berdua.Rain berdiri menghadap istrinya. Tangannya melebar memegangi besi ranjang di antara tubuh istrinya yang sedang duduk di tepi ranjang.Posisi tubuhnya sedikit menurun dengan satu kaki memanjang ke belakang dan satunya lagi menekuk menopang tubuh. Ia mendekati wajah sang istri hingga saling bertatapan. Bau napas mereka pun saling beradu. Rain tersenyum begitu manis. Sementara, salah satu tangannya mengelus rambut panjang