Share

Penasaranku

Suara adzan subuh menggema ditelingaku. Tak biasanya aku beranjak dari tempat tidur, menuju arah balkon dan mengintip suasana rumah seberang.

Senyumku mengembang, melihat sosok pria bersarung dan mengenakan peci di balkon sebrang. Sudah dipastikan sang pria itu telah melaksanakan sholat fajar atau apa itu lah, aku sendiri kurang paham. Rendra, pria yang membuat penasaranku itu sedang mengamati lingkungan barunya.

 

"Busyet ... dah bangun itu cowok, masih pake sarung lagi. Wih, dah ganteng ternyata sholeh juga. Cucok neh," kelakarku dalam hati sembari memperhatikan gerak-geriknya.

Tak sengaja Rendra tersenyum melihat tingkahku yang mengendap-endap, mengintipnya dari balkon. Aku kaget setengah mati karena ketahuan sedang mengintai dirinya. Pria itu melambaikan tangan padaku. Reflek aku langsung kembali masuk ke dalam kamar sambil tersipu malu.

Aku mengutuk kebodohanku mengintai pria itu hingga tertangkap basah, ketahuan sedang mengamatinya. kedua tanganku menutup muka, merasa malu akan kelakuanku.

Kini ku mulai merapikan buku pelajaran, memasukkan buku pelajaran hari ini ke dalam tas ransel biru sekolahku.  

"Hmm ... hari senin yang memosankan," gerutuku sembari merapikan beberapa buku catatan pelajaran hari ini kedalam tas. Kemudian turun ke lantai bawah menuju ruang makan, seperti biasa, semua anggota keluarga berkumpul untuk sekedar sarapan pagi bersama, mengisi tenaga tuk memulai aktifitas.

"Tya ... ayo sarapan, Sayang," kata Bu Mirna seketika setelah melihatku menuruni anak tangga, sembari menyodorkan segelas susu ke tanganku tatkala ku mulai duduk disalah satu kursi meja makan. Namun, saat aku hendak meminumnya, gelas itu seketika berpindah tangan diserobot oleh Kak Andi.

"Ih, Kak Andi." ucapku reflek saat Kak Andi merebut gelas susu dari tanganku.

"Tuh Mah, Kak Andi nakal," lanjut rengekku ke mamah seperti anak kecil.

"Sudah ... sudah. Minum ini," Bu Mirna mengalah, menyodorkan gelas susunya untukku. Sedangkan papah hanya tersenyum melihat tingkah laku kedua anaknya yakni diriku dan Kak Andi, kemudian beliau melanjutkan sarapannya.

Setelah sarapan selesai, papah berkata, "Udah, ayo berangkat. Tya mau dianter papah atau Kak Andi? mumpung kakakmu lagi gak ada kuliah. Bener kan, Ndi?" ucap papah, dan dijawab dengan anggukan dari Kak Andi yang sedang menenggak susu.

"Tya berangkat sama papah aja, Kak andi rese week," ledekku sambil menjulurkan lidah pada Kak Andi.

"Ya udah sana, hati-hati di jalan ya Brownies,” timpal Kak Andi yang tidak mau kalah setelah menerima ledekanku.

Akupun juga berpamitan kepada Bu Mirna, "Tya berangkat dulu yah, Mah."

Tak lupa aku mencium punggung tangan Bu Mirna seraya mengucapkan salam, "Asaalmu'alaikum, Mah."

"Wa'alaikumsalam, belajar yang bener dan hati-hati di jalan," nasihat Bu Mirna padaku. "Eh, Ty!" panggil Bu Mirna saat aku hendak keluar rumah.

"Iya, Mah. Ada apa?" Aku yang akan melewati pintu pun berhenti dan menghampiri Bu Mirna.

"Loh, nih uang sakunya. Lupa yah?" kata Bu Mirna. "Jangan boros-boros!" lanjut nasihat Bu Mirna.

"Oh iya, lupa. Sekarang kan tanggal 13, lagian uang saku Tya masih Mah,” ucapku sembari mengingat tanggal. Uang sakuku memang satu bulan sekali dirapel, Bu Mirna sengaja ingin mengajarkanku berhemat dan tanggung jawab.

Aku masuk ke dalam mobil papah, sembari membuka kaca mobil. Kembali aku melihat pria di seberang balkon itu juga terlihat hendak berangkat ke sekolah. Memakai seragam putih abu-abu, dengan mengenakkan helm mengendarai motor sportnya.

"Pah, emang depan rumah kita sudah ada yang nempatin yah pah? Sama siapa? Orang mana?” aku memberondong Papah dengan semua pertanyaan.

"Loh, nanya ko borongan gitu. Kenapa? Penasaran apa naksir nih?" ledek Pak Yusuf yang tak lain adalah Papaku.

"Ih, papah. Tya kan cuman tanya, Pah. Masa ngga boleh," ucapku sambil cemberut memanyunkan bibir, tak terima dengan peryataan maupun tudingan papah terhadapku.

"Iya, sudah ada yang nempatin. Kalo ngga salah sih dari Jakarta. Pak Anton, dan ternyata temen sekantor papah, katanya baru di mutasi ke sini," jawab Pak Yusuf sambil menjalankan kemudinya.

 ---

Setibanya di kelas, Lusi dan Dewi tak sabar menunggu kedatanganku, biasa pinjam PR alias mau menyontek tugasku gitu.

Saat aku datang mereka langsung sumringah dan berebut tas milikku, kemudian mengambil salah satu buku tulis yang bersampulkan coklat dari tas ransel berwarna biru gelap milikku.

Merekapun mulai fokus bebarengan mencatat jawaban tugas yang sudah ku kerjakan semalaman ke lembar bukunya masing-masing.

Sementara Dewi dan Lusi sibuk menyalin PR, Aku melihat keluar jendela kelas.  Aku terkejut ....

To be continue,

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status