Motor kesayangan Dicky saat itu melaju melalui jalanan Jakarta yang padat. Huh dia sangat benci dengan suasana kota ini. Kelamnya masa lalu membuatnya tidak bersahabat dengan kota ini. Kenapa ia harus kembali lagi ke kota metropolitan ini? Fokus Dicky tiba-tiba tertuju kepada seorang gadis yang sepertinya ia kenal sedang berdiri di sebuah halte. Itu adalah Putri. Dickypun menghampiri Putri yang sedang berdiri sendiri di halte itu.
"Putri?lo ngapain di sini?" tanya Dicky.
"Loh? Dicky?" tampak Putri terkejut melihat kehadiran Dicky."Gue lagi nungguin bis, tapi gak ada yang berhenti disini," menjawab pertanyaan Dicky.
Dicky mencoba melihat sekitar halte tersebut. Dan ternyata halte tersebut tutup karena akan ada perbaikan. Membuat Dicky tersenyum menahan tawanya. Putri heran. Dicky memerintahkan Putri untuk melihat ke salah satu sudut halte itu. Dan saat itu juga Putri merasa malu. Mengapa ia tak menyadari dari tadi kalau halte ini tutup. Bahkan ia sudah cukup lama berdiri di sini.
"Kenapa aku baru sadar?, sudah dari tadi aku berdiri di sini, aku jadi malu di hadapannya, anehnya kenapa aku jadi seperti ini ya di hadapan dia? Huh, Dicky emang beda, aku jadi semakin penasaran dengannya," ~Putri~
"Dia lucu kalau lagi malu gini, dan....eh apa apaan sih gue? gue gak boleh ngerasain hal itu" ~Dicky~
"Yaudah kalau gitu lo gue anterin aja,"ujar Dicky memberikan ide.
"Gak ngerepotin kan?" Tanya Putri.
"Enggak kok, ayo naik!"
Putri akhirnya menurut. Motor Dicky kembali melaju melewati jalanan Jakarta. Tentu saja kali ini bersama Putri. Dicky mengerem mendadak saat sebuah motor melaju kencang di depannya. Membuat Putri reflex memeluknya. Bahkan wajah manis Putri terlihat jelas dan dekat oleh Dicky. Sangat manis. Membuat Dicky kembali terpana.
"Eh sorry, lo tadi ngerem mendadak, gue reflex," ucap Putri.
"Iya gakpapa, lo pegangan aja, gue agak ngebut," perintah Dicky.
Putri kembali menuruti perintah Dicky. Ada rasa nyaman yang dirasakan Dicky saat Putri memeluknya. Jantung Dicky kembali berdebar. Haruskah di posisi seperti ini rasa itu datang lagi?
"Rasa ini lagi? apa yang harus gue lakuin supaya rasa ini hilang? gue benar benar gak mau kehilangan orang yang gue sayang lagi," ~Dicky~
***
Dicky akhirnya tiba disebuah rumah mewah miliknya. Di halaman rumah tersebut ada seorang wanita paruh baya sedang membersihkan halaman rumah. Dan dengan isengnya Dicky mengganggu wanita paruh baya itu.
"Baaa!!! Mbok Inem lagi ngapain?!" Kejut Dicky.
Tentu saja wanita paruh baya itu terkejut dan berakhir dengan memukul Dicky menggunakan sapu yang ia pegang. Dicky hanya tertawa. Di ruang tamu rumahnya, Dicky disambut oleh seorang bidadari kecil. Bidadari kecil itu adalah adik semata wayang Dicky. Namanya Nisa. Ia berumur 5 tahun saat ini.
"Kakak dari mana aja? Lama banget pulangnya," tanya Nisa.
"Maaf ya bidadari kecil kakak, tadi kakak abis nganterin temen kakak," jawab Dicky. "Mama mana?"
"Mama ada di ruang tv kak," jawab Nisa.
"Yaudah kamu main dulu gih, kakak mau nyamperin mama dulu,"
Nisa menurut. Di ruang tv Dicky mendapati ibunya yang sedang duduk di sebuah sofa yang ada ada di ruang tv itu sambil membaca majalah.
"Dorr!!" kejut Dicky yang sukses membuat ibunya terkejut.
"Dicky! Hobinya ngejutin orang ih," kesal Ibu Dicky.
"Tadi mbok Inem juga Dicky kejutin ma, langsung dipukul pake sapu,"
"Syukurin, siapa suruh iseng,"
Dicky hanya tertawa sambil memeluk ibunya. Bagi Dicky,ibu dan adiknya adalah sumber dari kebahagiaannya saat ini. Apapun yang terjadi ia tak akan membiarkan ibu dan adiknya menangis. Cukup ibunya menangis untuk terakhir kali saat orang yang sangat Dicky benci itu pergi meninggalkan ibunya.
Malam harinya....
Semua makanan lezat saat itu sudah terhidang di meja makan. Membuat rasa lapar menghampiri Dicky. Ibu Dicky dan juga Nisa juga sudah berada di meja makan menunggu Dicky. Ada canda tawa menghiasi kebersamaan keluarga kecil itu walau tidak ada sosok ayah di sana.
"Oh iya, gimana hari pertama di sekolah baru kamu?" tanya ibu Dicky.
"Kacau banget ma, masa ni ya di hari pertama sekolah udah ada yang berantem, pengeroyokan lagi, untuk ada aku yang nolongin," jawab Dicky panjang lebar.
"Tunggu tunggu, jadi maksud kamu kamu juga ikut berantem?" tanya ibu Dicky yang dibalas anggukan oleh Dicky.
Anggukan Dicky itu membuat Dicky mendapat jeweran dari ibunya. Nisa tersenyum geli melihat Dicky yang dijewer. Namun tidak ada rasa kesal di hati Dicky. Karena melihat bidadari kecilnya itu tersenyum, adalah sebuah kebahagiaan untuknya.
"Kalau perempuan disana gimana?" tanya ibu Dicky kembali.
Dicky bagai sudah tau arah pembicaraan ibunya. Membuat mood Dicky berubah seketika.
"Maksud mama apa?" tanya Dicky kesal.
"Ya mungkin aja ada perempuan yang kamu taksir di sekolah baru kamu," jawab Ibu Dicky.
"Ma! Udah la ma, aku udah bilang aku gak bakal percaya cinta, kenapa mama ngebahas itu?"
"Sudah saatnya kamu lepas pendirian kamu itu Dicky, kamu harus lupain masa lalu itu, mama juga gak mau gara-gara masa lalu mama yang kamu saksikan itu, kamu jadi punya pendirian gini"
"Ma, mama gak salah,yang salah itu dia, karena dia yang ninggalin mama, dan sampai kapanpun aku gak akan pernah ngerubah pendirian aku, because, aku gak mau apa yang terjadi pada mama waktu itu terjadi lagi" tegas Dicky.
Dicky memutuskan untuk menyudahi makannya dan masuk ke kamarnya. Mood makannya saat itu juga sudah hilang karena pembahasan itu. Namun tiba-tiba bayangan dua orang gadis yang berhasil membuat hati dan jantung Dicky berdebar tadi terlintas di pikirannya.
Ia sekali lagi tak paham dengan apa yang terjadi pada hatinya. Apa itu tandanya Dicky sudah mulai merasakan dan mempercayai cinta? Tapi ia tak akan membiarkan itu. Karena ia tak ingin kehilangan orang yang dia sayang kembali.
Nisa tiba-tiba masuk ke kamar Dicky untuk meminjam handphone Dicky. Karena ingin melihat video artis KPOP kesukaannya. Demam KPOP mungkin sudah merasuki Nisa.
"Kak liat ini deh kak, ganteng kan, ini namanya Bobby kak, artis KPOP kesukaan aku itu," ujar Nisa antusias. Memang Nisa selalu cerita ke Dicky kalau dia suka sekali dengan Artis KPOP bernama Bobby itu.
"Oh jadi ini yang namanya Bobby itu, iya ganteng," Balas Dicky.
"Kak Nisa mau ke Korea kak bareng kakak sama mama, kakak mau kan, Aku mau ketemu ama Bobby kak," Minta Nisa.
"Jadi bidadari kecil kakak ini mau ke korea? oke siap, kapan kapan kalau kita libur, kita bakal ke Korea oke,"
Nisa tampak senang. Walau sebenarnya Dicky mengiyakan hanya untuk menyenangkan adiknya itu. Pikiran Dicky masih saja tidak teralihkan dari dua orang gadis itu. Oh tuhan. Apa yang harus ia lakukan supaya pikirannya ini teralihkan. Dicky benar-benar frustasi karena pikiran ini.
***
"Dasar Wanita tak tau diri!!!" teriak seorang lelaki paruh baya menampar wajah Ibu Dicky.Wajah cantik Ibu Dicky ternodai oleh tamparan seorang lelaki paruh baya. Ibu Dicky hanya bisa pasrah mendapatkan tamparan itu sambil menahan rasa sakit di wajah dan hatinya. Tak ada niatan untuk melawan. Karena ia mencintai lelaki itu dengan tulus. Walau lelaki itu sudah membawa seorang gadis muda dan selembar surat cerai."Kamu dengar ya! Aku udah gak cinta lagi sama kamu!" bentak lelaki itu."Tapi aku masih cinta sama kamu, dan sampai kapanpun aku gak akan mau pisah sama kamu," balas Ibu Dicky.Hal itu membuat Ibu Dicky kembali mendapat tamparan. Dicky hanya bisa melihat dari depan pintu kamarnya. Menangis melihat kekejaman lelaki i
Lelaki bernama Ryan itu menghampiri Dicky. Duduk di hadapan Dicky yang sedang memperhatikan makanan yang diberikan oleh Levin tadi."Keren ya lo, baru masuk udah ditaksir Thania," puji Ryan tersenyum menggoda Dicky. Tampak dari tingkahnya, Ryan adalah orang yang mudah akrab."Enggak sampe naksir juga kali yan, orang gue baru kenal," balas Dicky."Lo tau nama gue dari mana? Dari Levin tadi ya,""Bukan, tapi dari cewek lo, kemarin cewek lo khawatir banget ama lo,""Ya maap hhehhe, kan gue sengaja," jawab Ryan cengengesan.Jawaban itu membuat Dicky tak bisa menahan tawanya. Ryan adalah orang yang unik. Di hari kedua d
Dicky dan Putri saat itu sudah berada di jalan untuk pulang. Namun Dicky merasa aneh. Putri tampak khawatir sejak di rumah sakit tadi.Tak juga ada percakapan diantara mereka sejak tadi. Membuat Dicky heran."Putri, lo kenapa sih dari tadi?" tanya Dicky membuka obrolan."Gue boleh minta sesuatu gak ama lo?""Apa?""Boleh gue minta lo untuk gak ikutan genk Ryan? Permusuhan Ryan ama Brayn itu udah mendarah daging, Brayn itu bahaya Dicky, dia itu--""Lo tenang aja, gue bisa jaga diri kok" balas Dicky."Tapi, Brayn itu--""Putri, dengerin ini ya, gue bakal jaga diri kok, kalau nantinya
Malam itu Dicky berada di kamarnya. Memikirkan perasaan yang ia rasakan saat ini. Pertanyaan lagi lagi muncul di hatinya. Apa ia jatuh cinta saat ini. Ibu Dicky yang menyadari hal itu menghampiri Dicky ke kamarnya. Tak biasanya Dicky seperti ini. Biasanya Dicky akan bermain bersama Nisa. Tapi saat ia masuk ke sekolah barunya ini, ia lebih sering sendiri dan mengurung diri di kamarnya. Membuat Ibu Dicky khawatir akan anak sulungnya itu."Boleh mama masuk?" tanya Ibu Dicky di depan pintu kamar Dicky yang terbuka."Masuk aja ma,"Ibu Dicky menghampiri anaknya itu yang sedang seperti memikirkan sesuatu. Ntah apa yang ia pikirkan."Hei, kamu mikirin apa?" tanya Ibu Dicky."Aku gak pikirin apa apa ma," bohong Dicky."Mama tau kamu Dicky, kamu mikirin apa? jujur ama mama!" tegas Ibu Dicky.Dicky tak bisa mengelak lagi. Ia memang sedang memikirkan tentang apa yang ia rasakan saat ini. Ia juga tak mungkin terus-menerus menyimpan petanyaan tent
Setelah mengantarkan Nisa, Dicky akhirnya tiba di sekolahnya. Tujuan Dicky saat itu langsung ke kelasnya. Banyak yang menatap Dicky dengan tatapan kagum saat Dicky berjalan menuju ke kelasnya. Tapi ia tak menghiraukan tatapan itu. Di kelas Dicky mencoba untuk mengirim pesan ke Ryan untuk sekedar menanyakan keberadaan Ryan. Tapi anehnya Ryan hanya membaca pesan tersebut. Membuat Dicky heran. Tak biasanya Ryan hanya membaca pesannya seperti ini. Namun tiba-tiba Ryan sudah berada di dihadapannya dengan seorang lelaki yang sangat ia kenal. Dicky benar=benar terkejut dengan kehadiran laki laki itu."Rey?!" ujar Dicky terkejut."Hai Dicky," sapa Rey."Lo kok bisa disini?" tanya Dicky."Jadi kemarin waktu lo udah balik ama Thania, dokter tib
Siang itu sepulang sekolah Dicky berniat ke sebuah tempat yang dulu sering ia kunjungi saat masih tinggal di Jakarta. Tak tau kenapa ia tiba-tiba ingat akan tempat itu. Ia juga ingin tau apa tempat itu sudah terbengkalai atau tidak. Namun kala itu Dicky kembali menabrak seorang gadis. Huh, ia sangat ceroboh sampai menabrak gadis itu. Dan ternyata ia kembali menabrak Putri. Beruntung kali ini Putri tidak sampai terjatuh. Ayolah, sudah dua kali ia menabrak Putri. Apa ini kebetulan atau pertanda?"Putri sorry, gue gak sengaja," ucap Dicky."Gakpapa, btw ini kali kedua lo nabrak gue, apa sekarang udah jadi hobi?" canda Putri tersenyum.Dicky hanya cengengesan. Tak tau harus membalas apa. Memang juga salahnya. Senyuman Putri itu tak bisa dipungkiri begitu manis bagi Dicky."Lo mau langsung balik?" tanya Putri."Gue ada urusan dulu, kenapa? Mau bareng?" tanya Dicky balik."Boleh, tapi lo selesain urusan lo dulu ya, gue juga gak mau pulang cepet,"
Malam itu Dicky baru saja akan kembali dari tempatnya itu. Setelah mendekorasi tempatnya itu agar terlihat lebih bagus dan nyaman. Putri sudah ia antar pulang siang tadi. Dan juga sudah saatnya ia pulang. Pasti ibu dan adiknya sudah khawatir padanya. Dan benar saja, ibunya sudah menghubunginya berkali-kali. Dickypun mengabari ibunya bahwa ia akan segera pulang. Dicky juga sempat mendapat omelan dari ibunya. Walau Dicky hanya cengengesan mendengar omelan itu.Motor Dicky melaju dengan kecepatan sedang saat itu. Namun tiba-tiba Dicky memberhentikan motornya saat melihat seorang gadis sedang berdiri di pinggir jalan sedang membawa sebuah kantong belanjaan. Gadis itu adalah Thania."Thania? Ngapain disini?" tanya Dicky menghampiri Thania. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran Dicky."Eh Di
Dicky sudah tiba dirumahnya saat itu. Dan benar saja, Dicky langsung mendapatkan omelan dari ibunya. Namun tak apa baginya, ia senang mendapat omelan dari ibunya. Itu tandanya ibunya sayang. Nisa hanya tersenyum geli melihat Dicky diomeli oleh ibunya. Membuat Dicky juga ikut tersenyum. Adiknya itu sangat menggemaskan baginya."Kamu dari mana aja Dicky? Telp gak diangkat pesan mama gak dibalas," tanya Ibu Dicky."Mama masih inget tempat kita dulu? Aku abis dari sana ma," jawab Dicky."Kamu ke tempat itu? Ngapain?""Aku cuma mau nostalgia ma sama mau bersihin tempat itu, udah aku dekor ulang juga, terus tempat itu bakal aku jadiin tempatku nenangin diri kalau ada masalah, gakpapa kan ma?"Yaudah gakpapa, tapi lain kali kamu kabarin dulu, mama khawatir,""Iya ma, maaf,"Ibu Dicky memerintahkan anak sulungnya itu untuk makan malam dan beristirahat. Dicky tentunya menuruti perintah ibunya itu. Saat makan Ibu Dicky menemani anak sulungnya i