Share

3

Penulis: Ryuzayn
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-07 16:40:25

Motor kesayangan Dicky saat itu melaju melalui jalanan Jakarta yang padat. Huh dia sangat benci dengan suasana kota ini. Kelamnya masa lalu membuatnya tidak bersahabat dengan kota ini. Kenapa ia harus kembali lagi ke kota metropolitan ini? Fokus Dicky tiba-tiba tertuju kepada seorang gadis yang sepertinya ia kenal sedang berdiri di sebuah halte. Itu adalah Putri. Dickypun menghampiri Putri yang sedang berdiri sendiri di halte itu.

"Putri?lo ngapain di sini?" tanya Dicky.

"Loh? Dicky?" tampak Putri terkejut melihat kehadiran Dicky."Gue lagi nungguin bis, tapi gak ada yang berhenti disini," menjawab pertanyaan Dicky.

Dicky mencoba melihat sekitar halte tersebut. Dan ternyata halte tersebut tutup karena akan ada perbaikan. Membuat Dicky tersenyum menahan tawanya. Putri heran. Dicky memerintahkan Putri untuk melihat ke salah satu sudut halte itu. Dan saat itu juga Putri merasa malu. Mengapa ia tak menyadari dari tadi kalau halte ini tutup. Bahkan ia sudah cukup lama berdiri di sini.

                         "Kenapa aku baru sadar?, sudah dari tadi aku berdiri di sini, aku jadi malu                                di hadapannya, anehnya kenapa aku jadi seperti ini ya di hadapan dia? Huh,                              Dicky emang beda, aku jadi semakin penasaran dengannya," ~Putri~

                         "Dia lucu kalau lagi malu gini, dan....eh apa apaan sih gue? gue gak boleh                                ngerasain hal itu" ~Dicky~

"Yaudah kalau gitu lo gue anterin aja,"ujar Dicky memberikan ide.

"Gak ngerepotin kan?" Tanya Putri.

"Enggak kok, ayo naik!"

Putri akhirnya menurut. Motor Dicky kembali melaju melewati jalanan Jakarta. Tentu saja kali ini bersama Putri. Dicky mengerem mendadak saat sebuah motor melaju kencang di depannya. Membuat Putri reflex memeluknya. Bahkan wajah manis Putri terlihat jelas dan dekat oleh Dicky. Sangat manis. Membuat Dicky kembali terpana.

"Eh sorry, lo tadi ngerem mendadak, gue reflex," ucap Putri.

"Iya gakpapa, lo pegangan aja, gue agak ngebut," perintah Dicky.

Putri kembali menuruti perintah Dicky. Ada rasa nyaman yang dirasakan Dicky saat Putri memeluknya. Jantung Dicky kembali berdebar. Haruskah di posisi seperti ini rasa itu datang lagi?

                        "Rasa ini lagi? apa yang harus gue lakuin supaya rasa ini hilang? gue benar                             benar gak mau kehilangan orang yang gue sayang lagi," ~Dicky~

***

Dicky akhirnya tiba disebuah rumah mewah miliknya. Di halaman rumah tersebut ada seorang wanita paruh baya sedang membersihkan halaman rumah. Dan dengan isengnya Dicky mengganggu wanita paruh baya itu.

"Baaa!!! Mbok Inem lagi ngapain?!" Kejut Dicky.

Tentu saja wanita paruh baya itu terkejut dan berakhir dengan memukul Dicky menggunakan sapu yang ia pegang. Dicky hanya tertawa. Di ruang tamu rumahnya, Dicky disambut oleh seorang bidadari kecil. Bidadari kecil itu adalah adik semata wayang Dicky. Namanya Nisa. Ia berumur 5 tahun saat ini.

"Kakak dari mana aja? Lama banget pulangnya," tanya Nisa.

"Maaf ya bidadari kecil kakak, tadi kakak abis nganterin temen kakak," jawab Dicky. "Mama mana?"

"Mama ada di ruang tv kak," jawab Nisa.

"Yaudah kamu main dulu gih, kakak mau nyamperin mama dulu,"

Nisa menurut. Di ruang tv Dicky mendapati ibunya yang sedang duduk di sebuah sofa yang ada ada di ruang tv itu sambil membaca majalah.

"Dorr!!" kejut Dicky yang sukses membuat ibunya terkejut.

"Dicky! Hobinya ngejutin orang ih," kesal Ibu Dicky.

"Tadi mbok Inem juga Dicky kejutin ma, langsung dipukul pake sapu,"

"Syukurin, siapa suruh iseng,"

Dicky hanya tertawa sambil memeluk ibunya. Bagi Dicky,ibu dan adiknya adalah sumber dari kebahagiaannya saat ini. Apapun yang terjadi ia tak akan membiarkan ibu dan adiknya menangis. Cukup ibunya menangis untuk terakhir kali saat orang yang sangat Dicky benci itu pergi meninggalkan ibunya.

Malam harinya....

Semua makanan lezat saat itu sudah terhidang di meja makan. Membuat rasa lapar menghampiri Dicky. Ibu Dicky dan juga Nisa juga sudah berada di meja makan menunggu Dicky. Ada canda tawa menghiasi kebersamaan keluarga kecil itu walau tidak ada sosok ayah di sana.

"Oh iya, gimana hari pertama di sekolah baru kamu?" tanya ibu Dicky.

"Kacau banget ma, masa ni ya di hari pertama sekolah udah ada yang berantem, pengeroyokan lagi, untuk ada aku yang nolongin," jawab Dicky panjang lebar.

"Tunggu tunggu, jadi maksud kamu kamu juga ikut berantem?" tanya ibu Dicky yang dibalas anggukan oleh Dicky.

Anggukan Dicky itu membuat Dicky mendapat jeweran dari ibunya. Nisa tersenyum geli melihat Dicky yang dijewer. Namun tidak ada rasa kesal di hati Dicky. Karena melihat bidadari kecilnya itu tersenyum, adalah sebuah kebahagiaan untuknya.

"Kalau perempuan disana gimana?" tanya ibu Dicky kembali.

Dicky bagai sudah tau arah pembicaraan ibunya. Membuat mood Dicky berubah seketika.

"Maksud mama apa?" tanya Dicky kesal.

"Ya mungkin aja ada perempuan yang kamu taksir di sekolah baru kamu," jawab Ibu Dicky.

"Ma! Udah la ma, aku udah bilang aku gak bakal percaya cinta, kenapa mama ngebahas itu?"

"Sudah saatnya kamu lepas pendirian kamu itu Dicky, kamu harus lupain masa lalu itu, mama juga gak mau gara-gara masa lalu mama yang kamu saksikan itu, kamu jadi punya pendirian gini"

"Ma, mama gak salah,yang salah itu dia, karena dia yang ninggalin mama, dan sampai kapanpun aku gak akan pernah ngerubah pendirian aku, because, aku gak mau apa yang terjadi pada mama waktu itu terjadi lagi" tegas Dicky.

Dicky memutuskan untuk menyudahi makannya dan masuk ke kamarnya. Mood makannya saat itu juga sudah hilang karena pembahasan itu. Namun tiba-tiba bayangan dua orang gadis yang berhasil membuat hati dan jantung Dicky berdebar tadi terlintas di pikirannya.

Ia sekali lagi tak paham dengan apa yang terjadi pada hatinya. Apa itu tandanya Dicky sudah mulai merasakan dan mempercayai cinta? Tapi ia tak akan membiarkan itu. Karena ia tak ingin kehilangan orang yang dia sayang kembali.

Nisa tiba-tiba masuk ke kamar Dicky untuk meminjam handphone Dicky. Karena ingin melihat video artis KPOP kesukaannya. Demam KPOP mungkin sudah merasuki Nisa.

"Kak liat ini deh kak, ganteng kan, ini namanya Bobby kak, artis KPOP kesukaan aku itu," ujar Nisa antusias. Memang Nisa selalu cerita ke Dicky kalau dia suka sekali dengan Artis KPOP bernama Bobby itu.

"Oh jadi ini yang namanya Bobby itu, iya ganteng," Balas Dicky.

"Kak Nisa mau ke Korea kak bareng kakak sama mama, kakak mau kan, Aku mau ketemu ama Bobby kak," Minta Nisa.

"Jadi bidadari kecil kakak ini mau ke korea? oke siap, kapan kapan kalau kita libur, kita bakal ke Korea oke,"

Nisa tampak senang. Walau sebenarnya Dicky mengiyakan hanya untuk menyenangkan adiknya itu. Pikiran Dicky masih saja tidak teralihkan dari dua orang gadis itu. Oh tuhan. Apa yang harus ia lakukan supaya pikirannya ini teralihkan. Dicky benar-benar frustasi karena pikiran ini.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dilema   41

    Siang itu Dicky terheran karena melihat sebuah mobil terpakir di halaman rumah miliknya. Bukan mobil milik ibunya. Siapa yang bertamu ke rumahnya? Mobil yang dilihatnya itu seperti tak asing bagi Dicky. Barulah Dicky tau sang pemilik mobil saat ia melihat plat mobil tersebut. Memori kelam yang selama ini mati-matian di hapus oleh Dicky tiba-tiba kembali. Dengan cepat Dicky masuk ke dalam rumahnya. Berharap bukan orang yang sangat dibencinya itu yang sedang bertamu ke rumahnya.Dan benar ternyata. Orang itu yang sedang bertamu ke rumah Dicky. Memory-memory kelam itu kembali menghampirinya. Dicky terdiam di tempatnya saat melihat orang itu. Rasa benci, sakit, dan trauma bercampur aduk di dalam hatinya. Bahkan Dicky sudah sampai di tahap phobia pada orang yang dilihatnya itu. Ia tak bisa berkata-kata. Orang itu menatap Dicky dengan tatapan berbinar. Tak menyangka anaknya sudah besar dan tampan."Dicky, ini papa nak, kamu sudah besar sekarang, maafin papa selam

  • Dilema   40

    Malam itu Dicky sedang berada di dalam kamarnya. Ia tak berniat keluar dari kamarnya. Karena jika ia keluar dari kamarnya, ibunya pasti akan menceramahinya di karenakan sifatnya siang tadi. Memang ia akui, sifatnya tadi sangat kekanak-kanakan. Namun sekali lagi ia memiliki alasan melakukan hal itu. Yang ia lakukan dari tadi hanya memainkan handphone miliknya. Membuka sosial medial miliknya. Huh, sangat membosankan. Namun ceramah dari ibunya akan lebih membosankan jika ia keluar dari kamarnya.Ibu Dicky tiba tiba datang menghampiri Dicky. Tampak wajah ibu Dicky kesal kala itu. Tentunya Dicky tau alasan kekesalan ibunya. Huh, Dicky hanya perlu mengumpulkan kesabaran untuk menghadapi ceramah dari ibunya saat ini."Kenapa ma?" tanya Dicky."Ikut mama, mama perlu ngomong sama kamu," perintah ibu Dicky.Dicky hanya menurut. Dengan malas, ia mengikuti langkah ibunya menuju ruangan TV. Di sana, Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu untuk duduk di

  • Dilema   39

    Siang itu sepulang sekolah, Dicky mendapatkan panggilan dari ibunya. Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu menemaninya ke mall untuk berbelanja dan makan siang bersama. Dicky hanya menuruti permintaan ibunya itu. Karena mungkin ia juga sudah lama tidak menikmati waktu bersama dengan ibunya. Ia pun bersiap-siap untuk segera beranjak dari sekolahnya. Namun tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya."Kak,""Oh, Tasya, ada apa?""Kak, kakak mau kemana?" tanya Tasya."Ada janji ama nyokap, kamu mau ikut?" ajak Dicky."Emang boleh? Kalau boleh ayo,"Anggukan Dicky kala itu membuat senyuman Tasya mengembang. Mereka berduapun beranjak dari sekolah mereka. Tak lupa Dicky mengabari ibunya bahwa ia akan membawa salah satu temannya. Ibu Dicky mengiyakan. Karena ia tau anaknya tidak suka jika dikira orang-orang berpacaran dengan ibunya sendiri. Memang, setiap Dicky berjalan berdua bersama ibunya, orang-orang yang melihat pasti mengir

  • Dilema   38

    Pagi itu Dicky sudah bersiap untuk bersekolah. Ia mendapati ibunya sedang memasak makanan yang akan ia santap pagi itu. Dicky kembali mendapati handphone milik ibunya di meja makan. Membuat ia penasaran dan ingin kembali memeriksa handphone milik ibunya. Dicky masih penasaran dengan orang yang di save ibunya itu dengan tulisan mas. Dan benar saja. Ada sebuah pesan belum terbaca oleh orang yang sama di handphone milik ibunya."Tolong jaga dia untukku, aku belum siap untuk bertemu langsung dengannya,"Jaga? Siapa yang harus dijaga oleh ibunya? Dan bertemu dengan siapa? Permintaan orang ini sangat aneh. Namun dengan cepat Dicky meletakkan kembali handphone milik ibunya. Karena ia pasti akan kena omel jika ketauan mengecek handphone milik ibunya tanpa izin."Dicky, selamat pagi, kamu udah siap? Kebetulan mama baru selesai masak nasi goreng, ayo sarapan dulu," ajak ibu Dicky."Iya ma, selamat pagi," balas Dicky.Dickypun mulai memak

  • Dilema   37

    Motor Dicky akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang sangat dikenal oleh Dicky. Ia berharap tidak akan bertemu dengan Putri saat ini. Pikirannya sudah kacau saat di mall tadi. Namun harapan Dicky itu tidak terjadi. Saat ia melihat Putri sedang berdiri depan rumah miliknya. Dengan cepat Dicky memalingkan wajahnya. Tasya dapat memahami keadaan yang sedang terjadi kala itu."Kak maaf, karena aku kakak--""Gakpapa Tasya, kakak yang seharusnya minta maaf karena udah nangis di hadapan kamu, maaf ya," timpal Dicky.Dicky tersenyum pada Tasya. Mencoba membuktikan bahwa ia baik-baik saja. Namun Tasya sekali lagi tau, bahwa Dicky sedang tidak baik-baik saja. Dicky memang bisa menutupi kesedihannya."Tasya," panggil Putri.Tasya menoleh pada Putri. Memberikan Tasya kode agar Tasya masuk ke dalam rumah. Tasyapun menurut dan akhirnya pamit kepada Dicky. Hanya tersisa Dicky dan Putri berdua kala itu. Namun sedikitpun Dicky tak mau menatap P

  • Dilema   36

    Dicky dan Tasya saat itu masih berada di restoran. Dicky yang awalnya berniat untuk pulang dari tadi malah menunda untuk pulang karena keasyikan mengobrol dengan Tasya. Dicky akui, Tasya adalah orang yang cerewet. Sangat berbeda dengan Putri kakaknya. Ia banyak bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama di Singapura. Tak terasa, sudah satu jam mereka berada di sana. Namun tiba-tiba Tasya meminta sebuah permintaan yang tak pernah disangka Dicky sebelumnya."Kak, boleh gak kalau kita ke makam Nisa adik kakak itu? Aku mau kenalan sama dia" minta Tasya.Dicky awalnya tampak bingung. Namun Tasya sedikit memaksa dan Dicky akhirnya mengizinkan. Merekapun beranjak dari restoran itu menuju ke makan Nisa. Setibanya di makam Nisa, kesedihan kembali menghampiri Dicky. Ia kembali teringat senyuman dan tingkah-tingkah Nisa yang menggemaskan. Tuhan, apa waktu bisa diputar agar ia bisa melepaskan semua kerinduannya pada Nisa? Tasya melihat kesedihan Dicky dan menguatkan Dicky.&

  • Dilema   35

    Dicky saat itu sudah tiba di sebuah restoran tempat ia membuat janji dengan Rey dan Ryan. Di sana Rey, Ryan, Vanessa dan Steffani sudah menunggu kehadiran Dicky. Dicky mencoba untuk tersenyum dan bahagia di hadapan teman-temannya. Walau duka atas kehilangan adiknya masih belum hilang. Karena jika ia masih larut di dalam duka itu, duka yang ia rasakan tidak akan pernah hilang.Obrolan mereka kala itu beragam. Dimulai dari apa yang terjadi di sekolah tadi, sampai membicarakan aib Ryan yang sangat lucu. Dicky bahkan sampai tertawa lepas. Ia juga merasa bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang menghiburnya dan menguatkannya saat ia terpuruk. Perkataan Levin mungkin benar. Dicky tak seharusnya keluar dari genk Ryan.Obrolan mereka saat itu berubah tentang ujian kenaikan kelas yang akan berlangsung tak lama lagi. Vanessa tampak sedikit stress karena ia harus mengejar ketertinggalan pelajaran pasca komanya Rey. Ryan dan Rey bahkan tak terlalu memikirkan tentang ujian itu.

  • Dilema   Levin Side

    Gue Levin, gue gak suka basa-basi. Mungkin sebagian dari kalian udah tau siapa gue. Walau kalian gak tau sepenuhnya tentang gue. Gue sepupu Thania. Salah satu primadona tercantik di JIS. Mempunyai sepupu yang sangat cantik, bahkan sampai terkenal satu sekolah mungkin menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi gue. Bayangkan saja, dulu hampir setiap hari temen-temen sekelas gue minta nomor Thania ke gue. Thania bahkan sampai kesel ke gue karena gue ngasih nomornya ke orang lain tanpa seizinnya. Gue cuma bilang, "Tenang aja, kalau ada dari mereka yang macam-macam gue bakal tanggung jawab tentang itu,".Namun seperti yang diceritakan Thania sebelumnya, Hanya Ariel yang dapat memenangkan hati Thania. Sepupu gue itu sangat bahagia dengan Ariel. Namun sayang, kebahagiaannya itu hilang saat Ariel pergi untuk selama-lamanya. Hal itu membuat Thania terpuruk bahkan hampir mengakhiri hidupnya. Sejak saat itu gue bertekad, bahwa gue yang akan jadi pelindungnya. Gue gak akan ngebuat di

  • Dilema   34

    Dicky sempat terkejut saat tiba-tiba seorang gadis menghampirinya. Ia tak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Sampai akhirnya gadis itu berdiri di hadapan Dicky dengan senyumannya. Satu hal yang ada di pikiran Dicky saat melihat senyuman gadis yang menghampirinya itu. Senyumannya sangat manis dan mirip dengan Putri. "Hai kak, kak Dicky kan?" tebak gadis itu. "Iya, siapa ya?" "Aku Tasya kak, aku mau ngasih titipan ini ke kakak, ini dari kak Putri kak," ujar gadis itu memberikan sebuah kotak makanan kepada Dicky. Raut wajah Dicky berubah seketika. Ia tak ingin menerima titipan itu. Karena jika ia menerimanya, Putri akan beranggapan bahwa Dicky sudah memaafkannya dan memberikannya kesempatan padanya untuk mencintai Dicky kembali. "Kak?" panggil Tasya kembali. "Eh iya, sorry, sekarang kakak minta tolong ke kamu, tolong balikin titipan ini ke dia, bilang ke dia kalau kakak gak bakal nerima apapun dari dia lagi," perintah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status