Share

6

Dicky dan Putri saat itu sudah berada di jalan untuk pulang. Namun Dicky merasa aneh. Putri tampak khawatir sejak di rumah sakit tadi.Tak juga ada percakapan diantara mereka sejak tadi. Membuat Dicky heran.

"Putri, lo kenapa sih dari tadi?" tanya Dicky membuka obrolan.

"Gue boleh minta sesuatu gak ama lo?"

"Apa?"

"Boleh gue minta lo untuk gak ikutan genk Ryan? Permusuhan Ryan ama Brayn itu udah mendarah daging, Brayn itu bahaya Dicky, dia itu--"

"Lo tenang aja, gue bisa jaga diri kok" balas Dicky.

"Tapi, Brayn itu--"

"Putri, dengerin ini ya, gue bakal jaga diri kok, kalau nantinya gue kenapa napa lo boleh marah ama gue,"

"Janji?"

"Iya gue janji,"

"oke gue pegang janji lo,"

Motor Dicky akhirnya tiba di rumah milik Putri. Sang pemilik rumah sempat menawarkan Dicky untuk mampir. Namun Dicky menolak. Dicky sempat berfikir. Apa alasan Putri sekhawatir itu padanya. Dicky hanya bisa berharap apa yang dirasakannya pada Putri tidak berbalik padanya. Karena kali ini saja ia belum mengerti dengan apa yang ia rasakan.

***

Satu minggu berlalu. Kondisi Rey sudah semakin membaik. Bahkan tiga hari lagi Rey sudah dibolehkan pulang. Vanessa juga sudah mulai bersekolah sejak Rey sadar. Walau awalnya Vanessa menolak karena ia ingin bersekolah saat Rey juga sudah mulai bersekolah. Namun karena bujukan Rey, Vanessa akhirnya bersekolah terlebih dahulu.

Siang itu Dicky dan Ryan sudah berada di rumah sakit untuk kembali menjenguk Rey. Tentunya Steffani juga ikut. Namun saat mereka tiba di ruang inap milik Rey, Mereka mendapati Rey dan Vanessa ingin berciuman.

"Wah, kelakuan kalian minus ya," ujar Dicky tertawa.

"Parah ya lu Rey, mentang mentang udah lama gak mesra-mesraan ama adek gue, langsung main cium-cium, untung kita dateng tepat waktu, kalau enggak--" goda Ryan.

Hal itu tentu saja membuat Rey dan Vanessa malu. Bahkan wajah Vanessa memerah karena itu. Tingkah Rey yang manja pada Vanessa juga membuat siapa yang melihat menjadi iri. Vanessa juga kelihatan sangat bahagia setelah Rey sadar dari komanya.

"Ah Dicky, elo juga lagi deket kan ama Putri," goda Rey.

"Enggak, gue cuma temenan doang ama dia," timpal Dicky.

"Kalau Putri suka ama lo gimana?" tanya Vanessa.

"Gue berharap itu gak bakal terjadi, gue gak percaya ama cinta,"jawab Dicky. Jawaban dari Dicky itu membuat Rey dan Vanessa terkejut. Begitu juga dengan Steffani. Ryan yang sudah mengetahui sebelumnya hanya diam. Rey sangat tidak mengerti dengan jawaban Dicky. Baru saja ia ingin bertanya, pintu ruang inap Rey tiba-tiba diketuk. Seorang tamu yang mengejutkan datang. Tamu itu adalah Levin. Ia datang bersama Thania.

Ada rasa canggung saat menyambut Levin. Karena mereka juga tak mengira Levin datang menjenguk. Apa Levin sudah mengubah pendiriannya untuk tidak mencampuri urusan orang lain? Namun mereka tetap menyambut niat baik Levin.

Satu jam Levin dan Thania berada di sana. Levin akhirnya pamit untuk pulang. Tetapi Thania tidak ikut. Ia bilang ingin pulang bersama Dicky. Karena katanya Dicky memiliki utang mengantarkannya pulang. Karena utang tetaplah utang, Dicky mau tidak mau harus mengiyakan permintaan Thania. Namun sebelum ia beranjak, Dicky berbisik kepada Ryan.

"Kasih tau ke mereka, alasan gue gak percaya cinta, gue gak mau ngebahas cinta-cintaan, dan gue juga gak mau ada rahasia," perintah Dicky.

Ryan mengangguk paham. Dicky sebenarnya agak kesal. Akan tetapi ia bisa menahan kekesalannya itu. Di perjalanan Thania banyak berbicara. Walau sebenarnya arah pembicarannya tak menentu. Namun cukup membuat kecanggungan terpecahkan. Menurut Dicky Thania adalah orang yang ceria dan terbuka kepada semua orang. Berbeda Dengan Putri yang tertutup dan pendiam. 

"Dicky, lo tau gak? Gue ngerasa lo itu bagaikan Rangga dan Dilan," ujar Thania tiba-tiba. Aneh saat tiba-tiba Thania mengatakan hal itu. Kenapa ia harus disamakan dengan dua tokoh film itu. Bahkan ia saja tidak terlalu suka dengan film-film romance. Dan kenapa harus Rangga dan Dilan?

"Rangga? Dilan?"

"Iya, sifat lo yang pendiam dan dingin bagaikan Rangga yang membuat Cinta penasaran dan jatuh cinta, dan sifat lo yang selalu lembut dengan cewek yang lo kenal bagaikan Dilan yang membuat Milea nyaman dan jatuh cinta padanya," Jelas Thania.

Penjelasan Thania tentang dua tokoh film romance itu membuat Dicky tersenyum. Tanpa disadari oleh Thania, dua tokoh itu juga memiliki kekurangan. Bahkan kekurangan itu membuat sebuah hubungan menjadi hancur. Bukan Dicky sok mengerti tentang cinta. Namun ia mencoba menjelaskan.

"Tanpa lo sadari Rangga dan Dilan juga memiliki kekurangan Than," ujar Dicky.

"Kekurangan apa?"

"Kekhawatiran Rangga tidak bisa membahagiakan Cinta membuat Rangga meninggalkan Cinta dan Cinta sakit hati, Dan kelembutan Dilan membuat Milea nyaman dan tak ingin berpisah dari Dilan, Bahkan penyebab putusnya mereka karena Milea tak ingin kehilangan Dilan,dan--" jelas Dicky.

"Dan apa Dicky?"

"Dan gue bukan Rangga yang dengan kekhawatirannya itu, gue juga bukan Dilan yang dengan kelemah lembutannya itu, tapi gue cuma seorang Dicky yang bakal berusaha membuat semua orang bahagia dan tanpa harus menyakiti orang," jawab Dicky.

Thania tersenyum bangga mendengar perkataan Dicky itu. Ia tak salah pilih. Ia benar-banar menemukan Arielnya kembali. Thania memeluk Dicky dengan erat. Hujan saat itu juga turun membasahi jalanan Jakarta. Dicky tak bisa menolak pelukan Thania itu. Dan lagi-lagi perasaan itu datang kembali. Apa yang harus ia lakukan untuk menolak perasaan ini?

"Terima kasih Tuhan, kau telah mengembalikan Arielku, aku mencintainya Tuhan, Aku tak akan melepaskannya lagi," Thania~

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status