Dicky dan Putri saat itu sudah berada di jalan untuk pulang. Namun Dicky merasa aneh. Putri tampak khawatir sejak di rumah sakit tadi.Tak juga ada percakapan diantara mereka sejak tadi. Membuat Dicky heran.
"Putri, lo kenapa sih dari tadi?" tanya Dicky membuka obrolan.
"Gue boleh minta sesuatu gak ama lo?"
"Apa?"
"Boleh gue minta lo untuk gak ikutan genk Ryan? Permusuhan Ryan ama Brayn itu udah mendarah daging, Brayn itu bahaya Dicky, dia itu--"
"Lo tenang aja, gue bisa jaga diri kok" balas Dicky.
"Tapi, Brayn itu--"
"Putri, dengerin ini ya, gue bakal jaga diri kok, kalau nantinya gue kenapa napa lo boleh marah ama gue,"
"Janji?"
"Iya gue janji,"
"oke gue pegang janji lo,"
Motor Dicky akhirnya tiba di rumah milik Putri. Sang pemilik rumah sempat menawarkan Dicky untuk mampir. Namun Dicky menolak. Dicky sempat berfikir. Apa alasan Putri sekhawatir itu padanya. Dicky hanya bisa berharap apa yang dirasakannya pada Putri tidak berbalik padanya. Karena kali ini saja ia belum mengerti dengan apa yang ia rasakan.
***
Satu minggu berlalu. Kondisi Rey sudah semakin membaik. Bahkan tiga hari lagi Rey sudah dibolehkan pulang. Vanessa juga sudah mulai bersekolah sejak Rey sadar. Walau awalnya Vanessa menolak karena ia ingin bersekolah saat Rey juga sudah mulai bersekolah. Namun karena bujukan Rey, Vanessa akhirnya bersekolah terlebih dahulu.
Siang itu Dicky dan Ryan sudah berada di rumah sakit untuk kembali menjenguk Rey. Tentunya Steffani juga ikut. Namun saat mereka tiba di ruang inap milik Rey, Mereka mendapati Rey dan Vanessa ingin berciuman.
"Wah, kelakuan kalian minus ya," ujar Dicky tertawa.
"Parah ya lu Rey, mentang mentang udah lama gak mesra-mesraan ama adek gue, langsung main cium-cium, untung kita dateng tepat waktu, kalau enggak--" goda Ryan.
Hal itu tentu saja membuat Rey dan Vanessa malu. Bahkan wajah Vanessa memerah karena itu. Tingkah Rey yang manja pada Vanessa juga membuat siapa yang melihat menjadi iri. Vanessa juga kelihatan sangat bahagia setelah Rey sadar dari komanya.
"Ah Dicky, elo juga lagi deket kan ama Putri," goda Rey.
"Enggak, gue cuma temenan doang ama dia," timpal Dicky.
"Kalau Putri suka ama lo gimana?" tanya Vanessa.
"Gue berharap itu gak bakal terjadi, gue gak percaya ama cinta,"jawab Dicky. Jawaban dari Dicky itu membuat Rey dan Vanessa terkejut. Begitu juga dengan Steffani. Ryan yang sudah mengetahui sebelumnya hanya diam. Rey sangat tidak mengerti dengan jawaban Dicky. Baru saja ia ingin bertanya, pintu ruang inap Rey tiba-tiba diketuk. Seorang tamu yang mengejutkan datang. Tamu itu adalah Levin. Ia datang bersama Thania.
Ada rasa canggung saat menyambut Levin. Karena mereka juga tak mengira Levin datang menjenguk. Apa Levin sudah mengubah pendiriannya untuk tidak mencampuri urusan orang lain? Namun mereka tetap menyambut niat baik Levin.
Satu jam Levin dan Thania berada di sana. Levin akhirnya pamit untuk pulang. Tetapi Thania tidak ikut. Ia bilang ingin pulang bersama Dicky. Karena katanya Dicky memiliki utang mengantarkannya pulang. Karena utang tetaplah utang, Dicky mau tidak mau harus mengiyakan permintaan Thania. Namun sebelum ia beranjak, Dicky berbisik kepada Ryan.
"Kasih tau ke mereka, alasan gue gak percaya cinta, gue gak mau ngebahas cinta-cintaan, dan gue juga gak mau ada rahasia," perintah Dicky.
Ryan mengangguk paham. Dicky sebenarnya agak kesal. Akan tetapi ia bisa menahan kekesalannya itu. Di perjalanan Thania banyak berbicara. Walau sebenarnya arah pembicarannya tak menentu. Namun cukup membuat kecanggungan terpecahkan. Menurut Dicky Thania adalah orang yang ceria dan terbuka kepada semua orang. Berbeda Dengan Putri yang tertutup dan pendiam.
"Dicky, lo tau gak? Gue ngerasa lo itu bagaikan Rangga dan Dilan," ujar Thania tiba-tiba. Aneh saat tiba-tiba Thania mengatakan hal itu. Kenapa ia harus disamakan dengan dua tokoh film itu. Bahkan ia saja tidak terlalu suka dengan film-film romance. Dan kenapa harus Rangga dan Dilan?
"Rangga? Dilan?"
"Iya, sifat lo yang pendiam dan dingin bagaikan Rangga yang membuat Cinta penasaran dan jatuh cinta, dan sifat lo yang selalu lembut dengan cewek yang lo kenal bagaikan Dilan yang membuat Milea nyaman dan jatuh cinta padanya," Jelas Thania.
Penjelasan Thania tentang dua tokoh film romance itu membuat Dicky tersenyum. Tanpa disadari oleh Thania, dua tokoh itu juga memiliki kekurangan. Bahkan kekurangan itu membuat sebuah hubungan menjadi hancur. Bukan Dicky sok mengerti tentang cinta. Namun ia mencoba menjelaskan.
"Tanpa lo sadari Rangga dan Dilan juga memiliki kekurangan Than," ujar Dicky.
"Kekurangan apa?"
"Kekhawatiran Rangga tidak bisa membahagiakan Cinta membuat Rangga meninggalkan Cinta dan Cinta sakit hati, Dan kelembutan Dilan membuat Milea nyaman dan tak ingin berpisah dari Dilan, Bahkan penyebab putusnya mereka karena Milea tak ingin kehilangan Dilan,dan--" jelas Dicky.
"Dan apa Dicky?"
"Dan gue bukan Rangga yang dengan kekhawatirannya itu, gue juga bukan Dilan yang dengan kelemah lembutannya itu, tapi gue cuma seorang Dicky yang bakal berusaha membuat semua orang bahagia dan tanpa harus menyakiti orang," jawab Dicky.
Thania tersenyum bangga mendengar perkataan Dicky itu. Ia tak salah pilih. Ia benar-banar menemukan Arielnya kembali. Thania memeluk Dicky dengan erat. Hujan saat itu juga turun membasahi jalanan Jakarta. Dicky tak bisa menolak pelukan Thania itu. Dan lagi-lagi perasaan itu datang kembali. Apa yang harus ia lakukan untuk menolak perasaan ini?
"Terima kasih Tuhan, kau telah mengembalikan Arielku, aku mencintainya Tuhan, Aku tak akan melepaskannya lagi," Thania~
***
Malam itu Dicky berada di kamarnya. Memikirkan perasaan yang ia rasakan saat ini. Pertanyaan lagi lagi muncul di hatinya. Apa ia jatuh cinta saat ini. Ibu Dicky yang menyadari hal itu menghampiri Dicky ke kamarnya. Tak biasanya Dicky seperti ini. Biasanya Dicky akan bermain bersama Nisa. Tapi saat ia masuk ke sekolah barunya ini, ia lebih sering sendiri dan mengurung diri di kamarnya. Membuat Ibu Dicky khawatir akan anak sulungnya itu."Boleh mama masuk?" tanya Ibu Dicky di depan pintu kamar Dicky yang terbuka."Masuk aja ma,"Ibu Dicky menghampiri anaknya itu yang sedang seperti memikirkan sesuatu. Ntah apa yang ia pikirkan."Hei, kamu mikirin apa?" tanya Ibu Dicky."Aku gak pikirin apa apa ma," bohong Dicky."Mama tau kamu Dicky, kamu mikirin apa? jujur ama mama!" tegas Ibu Dicky.Dicky tak bisa mengelak lagi. Ia memang sedang memikirkan tentang apa yang ia rasakan saat ini. Ia juga tak mungkin terus-menerus menyimpan petanyaan tent
Setelah mengantarkan Nisa, Dicky akhirnya tiba di sekolahnya. Tujuan Dicky saat itu langsung ke kelasnya. Banyak yang menatap Dicky dengan tatapan kagum saat Dicky berjalan menuju ke kelasnya. Tapi ia tak menghiraukan tatapan itu. Di kelas Dicky mencoba untuk mengirim pesan ke Ryan untuk sekedar menanyakan keberadaan Ryan. Tapi anehnya Ryan hanya membaca pesan tersebut. Membuat Dicky heran. Tak biasanya Ryan hanya membaca pesannya seperti ini. Namun tiba-tiba Ryan sudah berada di dihadapannya dengan seorang lelaki yang sangat ia kenal. Dicky benar=benar terkejut dengan kehadiran laki laki itu."Rey?!" ujar Dicky terkejut."Hai Dicky," sapa Rey."Lo kok bisa disini?" tanya Dicky."Jadi kemarin waktu lo udah balik ama Thania, dokter tib
Siang itu sepulang sekolah Dicky berniat ke sebuah tempat yang dulu sering ia kunjungi saat masih tinggal di Jakarta. Tak tau kenapa ia tiba-tiba ingat akan tempat itu. Ia juga ingin tau apa tempat itu sudah terbengkalai atau tidak. Namun kala itu Dicky kembali menabrak seorang gadis. Huh, ia sangat ceroboh sampai menabrak gadis itu. Dan ternyata ia kembali menabrak Putri. Beruntung kali ini Putri tidak sampai terjatuh. Ayolah, sudah dua kali ia menabrak Putri. Apa ini kebetulan atau pertanda?"Putri sorry, gue gak sengaja," ucap Dicky."Gakpapa, btw ini kali kedua lo nabrak gue, apa sekarang udah jadi hobi?" canda Putri tersenyum.Dicky hanya cengengesan. Tak tau harus membalas apa. Memang juga salahnya. Senyuman Putri itu tak bisa dipungkiri begitu manis bagi Dicky."Lo mau langsung balik?" tanya Putri."Gue ada urusan dulu, kenapa? Mau bareng?" tanya Dicky balik."Boleh, tapi lo selesain urusan lo dulu ya, gue juga gak mau pulang cepet,"
Malam itu Dicky baru saja akan kembali dari tempatnya itu. Setelah mendekorasi tempatnya itu agar terlihat lebih bagus dan nyaman. Putri sudah ia antar pulang siang tadi. Dan juga sudah saatnya ia pulang. Pasti ibu dan adiknya sudah khawatir padanya. Dan benar saja, ibunya sudah menghubunginya berkali-kali. Dickypun mengabari ibunya bahwa ia akan segera pulang. Dicky juga sempat mendapat omelan dari ibunya. Walau Dicky hanya cengengesan mendengar omelan itu.Motor Dicky melaju dengan kecepatan sedang saat itu. Namun tiba-tiba Dicky memberhentikan motornya saat melihat seorang gadis sedang berdiri di pinggir jalan sedang membawa sebuah kantong belanjaan. Gadis itu adalah Thania."Thania? Ngapain disini?" tanya Dicky menghampiri Thania. Ia sedikit terkejut melihat kehadiran Dicky."Eh Di
Dicky sudah tiba dirumahnya saat itu. Dan benar saja, Dicky langsung mendapatkan omelan dari ibunya. Namun tak apa baginya, ia senang mendapat omelan dari ibunya. Itu tandanya ibunya sayang. Nisa hanya tersenyum geli melihat Dicky diomeli oleh ibunya. Membuat Dicky juga ikut tersenyum. Adiknya itu sangat menggemaskan baginya."Kamu dari mana aja Dicky? Telp gak diangkat pesan mama gak dibalas," tanya Ibu Dicky."Mama masih inget tempat kita dulu? Aku abis dari sana ma," jawab Dicky."Kamu ke tempat itu? Ngapain?""Aku cuma mau nostalgia ma sama mau bersihin tempat itu, udah aku dekor ulang juga, terus tempat itu bakal aku jadiin tempatku nenangin diri kalau ada masalah, gakpapa kan ma?"Yaudah gakpapa, tapi lain kali kamu kabarin dulu, mama khawatir,""Iya ma, maaf,"Ibu Dicky memerintahkan anak sulungnya itu untuk makan malam dan beristirahat. Dicky tentunya menuruti perintah ibunya itu. Saat makan Ibu Dicky menemani anak sulungnya i
Pagi tu Dicky sudah tiba di sekolahnya. Hari ini ia lebih semangat dari hari sebelumnya. Kalian pasti tau alasan Dicky lebih bersemangat sekolah hari ini. Tentunya ingin bertemu dengan orang yang disayanginya. Rey dan Vanessa pagi itu juga mengejutkan Dicky. Walau Dicky malah tertawa jadinya. Sebelum masuk kelas, Rey dan Vanessa mengajak Dicky untuk nongkrong di kantin. Sambil menunggu Ryan dan Steffani datang. Memang Vanesaa bilang Ryan akan menjemput Steffani terlebih dahulu."Dicky, semalam Thania tiba-tiba ngirim pesan ke gue," ujar Vanessa memberi kabar."Pesan apa?" Tanya Dicky."Dia nanya nanya tentang lo ke gue, dia minta nomor lo juga ke gue, terus gue bilang, minta ke bang Ryan,""Perkiraan gue kayaknya benar Dicky, Thania s
Pagi itu Dicky masih terlelap di kamarnya. Dikarekan hari minggu, Dicky sengaja tidak bangun lebih awal. Namun handphone milik Dicky tiba-tiba berbunyi. Menendakan panggilan masuk. Karena masih setengah sadar, Dicky sampai tidak melihat layar handphonenya hanya untuk sekedar melihat siapa yang menghubunginya."Halo," sapa Dicky setengah sadar."Pagi Dicky, ini gue Putri, lo udah siap?" tanya sang penelepon.Mata Dicky yang awalnya tertutup langsung terbuka seketika. Rasa kantuknya juga hilang seketika. Bagaimana ia bisa lupa janjinya dengan Putri. Waktu saat itu juga menunjukkan pukul 06.00 WIB. Huh Dicky benar,benar bodoh."Gue udah siap kok, setengah jam lagi gue otw," jawab Dicky.
Setelah menempuh sekitar dua jam perjalanan, Dicky dan Putri akhirnya tiba di kawasan Puncak. Ada villa milik keluarga Putri di sana. Villa minimalis namun terlihat mewah. Di sana ada seorang pembantu yang diperintahkan keluarga Putri untuk membersihkan villa tersebut jika keluarga Putri ingin berkunjung. Pembantu itu bernama Bi Siti."Hai Bi siti," sapa Putri melihat bi siti membersihkan halaman villa tersebut."Eh, non Putri udah datang, ini teh saha non? Kasep pisan, pacarnya ya?" tanya bi Siti saat melihat Dicky."Makasih pujiannya bi, nama saya Dicky, temennya Putri," jawab Dicky.Bi Siti tampak sedikit menggoda Putri. Membuat Putri salah tingkah. Begitu juga dengan Dicky. Bi Siti juga merasa senang Putri berkunjung ke Villa setelah sekian lama Putri tak berkunjung. Putri benar-benar terlihat bahagia saat itu."Non Putri mau bibi masakin apa?" tanya Bi Siti."Gak usah bi, biar Putri yang masak nasi goreng aja buat Dicky sama bibi juga,"