Home / Romansa / Dimanja Suami Kontrak / Aku tidak Menyebutnya… Cinta

Share

Aku tidak Menyebutnya… Cinta

Author: AD07
last update Last Updated: 2025-07-22 08:45:00

Khailas tidak langsung menjawab. Ia menatap Lura lama sekali, seakan menyelam jauh ke dalam mata gadis itu, mengupas lapis-lapis perasaannya yang belum sepenuhnya terucap. Angin malam menggerakkan helaian rambut Lura yang berantakan karena angin balkon, dan tanpa berkata apa-apa, Khailas menyelipkan satu helainya ke balik telinga gadis itu. Gerakan lembut itu justru membuat jantung Lura berdentam semakin keras.

Ia menunggu. Menunggu dengan degup yang makin liar. Karena ia tahu, jawaban Khailas akan menentukan segalanya malam ini.

Akhirnya, Khailas membuka suara.

“Apa cinta penting bagimu?”

Pertanyaan itu sederhana. Tapi Lura merasa seperti dihadapkan pada jurang yang belum ia kenali dalam dirinya sendiri. Ia belum sempat menjawab ketika Khailas melanjutkan dengan pertanyaan lain.

“Apa pasangan harus saling mencintai, baru bisa hidup bersama?”

Lura masih diam. Tatapannya masih mencari ke dalam sorot mata pria di hadapannya. Ia ingin tahu ke mana arah pembicaraan ini, tapi ia juga tidak
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
aw aw aw...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dimanja Suami Kontrak   Tidak Lagi Percaya Cinta

    Lura menghela napas berat. Pundaknya sedikit turun, dan wajahnya tampak menegang. Ia duduk dengan lutut rapat di atas sofa panjang ruang kerja kakek, sementara cahaya matahari sore menyusup lembut lewat kisi-kisi jendela. Tangannya menggenggam secangkir teh yang sudah lama tak disentuh. Ia menunduk, seolah tengah merangkai kata yang tepat agar tidak terdengar lancang.“Aku tidak tahu bagaimana mengatakannya, Kek,” ucap Lura akhirnya, suaranya pelan dan penuh kehati-hatian. “Aku tahu ini mungkin bukan hal yang pantas untuk dibicarakan… terutama dengannya… atau bahkan kepada Kakek. Tapi aku… aku merasa tak tenang jika tidak mencari tahu.”Tuan besar, lelaki tua yang masih tegap dengan rambut perak dan sorot mata tajam namun penuh kasih, memutar sedikit tubuhnya agar menghadap cucu mantunya itu. Ia tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Lura lekat-lekat, mencoba menyelami kegelisahan yang bersembunyi di balik mata bening itu. Sejenak, ia menarik napas panjang, lalu berkata lembut,“Ap

  • Dimanja Suami Kontrak   Aku tidak Menyebutnya… Cinta

    Khailas tidak langsung menjawab. Ia menatap Lura lama sekali, seakan menyelam jauh ke dalam mata gadis itu, mengupas lapis-lapis perasaannya yang belum sepenuhnya terucap. Angin malam menggerakkan helaian rambut Lura yang berantakan karena angin balkon, dan tanpa berkata apa-apa, Khailas menyelipkan satu helainya ke balik telinga gadis itu. Gerakan lembut itu justru membuat jantung Lura berdentam semakin keras.Ia menunggu. Menunggu dengan degup yang makin liar. Karena ia tahu, jawaban Khailas akan menentukan segalanya malam ini.Akhirnya, Khailas membuka suara.“Apa cinta penting bagimu?”Pertanyaan itu sederhana. Tapi Lura merasa seperti dihadapkan pada jurang yang belum ia kenali dalam dirinya sendiri. Ia belum sempat menjawab ketika Khailas melanjutkan dengan pertanyaan lain.“Apa pasangan harus saling mencintai, baru bisa hidup bersama?”Lura masih diam. Tatapannya masih mencari ke dalam sorot mata pria di hadapannya. Ia ingin tahu ke mana arah pembicaraan ini, tapi ia juga tidak

  • Dimanja Suami Kontrak   Kau masih Mencintainya?

    Lura kembali duduk perlahan, mencoba mengendalikan gemuruh di dadanya. Irene sempat tampak terkejut, mungkin karena tak menyangka Lura akan tetap kembali ke kursi itu setelah percakapan yang membuat udara di antara mereka terasa sesak. Namun reaksi Irene tak berlangsung lama. Ia kembali meneguk teh yang tinggal seperempat cangkir, lalu meletakkannya perlahan di atas tatakan, berusaha tenang.Tapi Lura tahu, ketenangan itu hanya lapisan luar. Tatapan Irene menyiratkan kegelisahan dan kesedihan yang tak bisa ditutupi. Sebagai perempuan, Lura cukup peka untuk membaca isyarat halus dari sorot mata dan cara seseorang memegang gelas terlalu erat.“Aku minta maaf kalau ini terlalu lancang,” ucap Lura, pelan namun mantap. “Tapi… kenapa kalian berpisah? Aku bisa menebak hubungan kalian cukup dalam. Cukup lama. Dan mungkin sangat berarti.”Irene menatapnya. Tak ada amarah di wajahnya, hanya sorot ragu yang menimbang apakah ia siap membuka luka lama di hadapan Lura, perempuan yang kini, secara t

  • Dimanja Suami Kontrak   Untuk Menguji Kesetiaanku

    Pemberitaan tentang Jelita kini seperti badai yang tak kunjung reda. Setiap hari wajahnya menghiasi layar kaca, media digital, hingga majalah gosip mingguan. Di televisi, nama Jelita disebut nyaris dalam setiap segmen infotainment. Sementara dunia maya tak kalah bising, trending topic, kolom komentar, bahkan akun-akun gosip khusus membahas kejatuhannya. Dan yang paling menyakitkan adalah, semuanya seperti bersekongkol untuk menguliti hidupnya hingga ke tulang-belulang.Lura menatap layar televisi yang menyala tanpa suara. Di sudut kanan bawah layar, wajah Jelita terpampang besar dengan headline menyakitkan, “Model Papan Atas Tersandung Skandal… Jelita dan Masa Lalu Keluarga yang Kelam.” Gambar-gambar lama Jelita muncul bersamaan dengan potongan video pendek yang entah dari mana bocornya, memperlihatkan gaya hidup mewah, pesta eksklusif, dan kalimat-kalimat arogan yang dulu dengan bangga ia ucapkan.Lura mendesah pelan, lalu bersandar di sofa dengan bantal kecil dipeluk erat di perutny

  • Dimanja Suami Kontrak   Akan Menghabisimu!

    Lura menatap ponselnya yang kembali menyala, sebuah notifikasi pesan baru dari Irene muncul di layar. Kali ini hanya satu kalimat pendek: “Lura, aku putuskan lebih baik kita bicara langsung.”Lura membaca ulang kalimat itu, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang semakin tak teratur. Pesan itu menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Apa yang begitu penting hingga Irene tak bisa menyampaikannya lewat pesan atau telepon? Apa yang membuatnya terdengar begitu mendesak, seolah waktu tak bisa menunggu?Jari-jari Lura menggenggam ponsel lebih erat. Ia masih menatap layar yang perlahan meredup, lalu padam. Matanya tidak berkedip, seolah dari sana ia berharap mendapatkan petunjuk. Jantungnya berdetak lebih cepat, bukan karena takut, tapi firasat. Firasat yang entah baik atau buruk namun cukup kuat untuk membuat tubuhnya menggigil ringan.Dan saat itu juga, suara langkah pelan terdengar mendekat.Pintu kamar terbuka perlahan. Khailas melangkah masuk dengan jas masih melekat ra

  • Dimanja Suami Kontrak   Kita Harus Bicara

    Lura duduk bersandar di ranjang empuk kamar rawat inapnya. Jendela terbuka lebar, membiarkan cahaya matahari pagi menyelinap masuk bersama angin yang lembut, menggerakkan tirai putih tipis seolah sedang menari. Di hadapannya, televisi menyala dalam mode diam, namun ada teks berjalan dan headline yang cukup jelas untuk dibaca.“Jelita Resmi Didepak dari Lima Majalah Fashion Internasional. Karier Supermodel Tanah Air Resmi Runtuh.”Lura menatap layar itu tanpa ekspresi. Di layar muncul potongan video Jelita yang terlihat lelah, wajahnya sembab, menolak menjawab pertanyaan wartawan. Di bawah tayangan, cuplikan lain menunjukkan rumah masa kecil mereka disita, halaman luas yang dulu tempat ia bermain dengan sang ibu kini dipasangi garis pembatas, dengan tulisan “Aset Dalam Sengketa.”Hening.Satu-satunya suara yang terdengar di kamar hanya hembusan AC dan detak pelan mesin infus di sampingnya.Tak ada setitik pun rasa iba di hati Lura untuk Jelita. Perempuan itu sudah terlalu jauh menyeret

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status