Home / Romansa / Dimanja Suami Kontrak / Masihkah Kau Menganggapnya Ayah?

Share

Masihkah Kau Menganggapnya Ayah?

Author: AD07
last update Last Updated: 2025-05-02 09:22:07

Lura perlahan membuka mata saat bertemu tatap dengan Khailash, napasnya masih lemah, namun kesadarannya mulai pulih sedikit demi sedikit. Pandangannya kabur sesaat, tapi sosok tegap di hadapannya tak mungkin ia salah kenali.

Khailash baru saja keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan handuk putih yang melilit rapi di pinggangnya. Tetes air masih mengalir di kulitnya, membentuk jejak di otot-otot dadanya yang bidang dan perut berotot sempurna.

Lura menatapnya lirih, matanya berkedip pelan, nyaris tidak percaya dengan pemandangan di depannya.

Khailash berjalan mendekat dengan langkah tenang dan percaya diri. Ia menyadari bahwa Lura sudah terjaga. Dengan ekspresi tenang namun penuh penegasan, ia berkata, “Kita suami istri. Mulai sekarang, kau harus terbiasa dengan apa pun yang akan kau lihat dariku.”

Kata-katanya tidak bernada keras, namun jelas. Bukan sekadar peringatan, tapi pernyataan akan kedekatan yang tidak bisa dihindari—karena ikatan mereka kini sah.

Khailash lalu menunduk sedik
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dimanja Suami Kontrak   Aku ingin Bercinta

    “Nama saya, Lura.”Sang kakek mengangguk pelan, tatapannya tajam namun tidak lagi sekeras sebelumnya.“Lura?” Ia mengulang pelan, seolah mengecap rasa dari nama itu di lidahnya.“Nama yang indah.”Ia terdiam sejenak, alisnya bertaut ringan, tanda tengah berpikir.Lalu perlahan ia melanjutkan,“Kupikir… ada makna yang bagus dalam namamu. Lembut, tapi menyimpan kekuatan.”“Nanti akan kucari tahu.”Seketika ia mengangkat tatapan, menelisik wajah Lura.“Atau… kau sudah tahu?”Sebelum Lura sempat menjawab, Khailash menyela dengan nada datar, penuh penekanan halus:“Sekarang waktunya makan, bukan memaknai nama.”Ia menatap kakeknya dengan pandangan khas cucu keras kepala yang tak bisa diatur.“Kurangi membaca buku. Sudah cukup banyak ilmu di kepalamu.”Ucapan itu meluncur ringan, namun sarat keakraban dan hubungan yang sudah dibangun oleh waktu dan benturan.Dan dalam hati, Lura tersenyum.Ia bisa merasakan…Meski keduanya selalu tampak saling membantah, beradu sikap dan kalimat, tapi di an

  • Dimanja Suami Kontrak   Kau Menakuti Istriku

    Dan di sinilah Lura sekarang—berdiri tepat di depan sebuah rumah megah yang seluruhnya terbuat dari kayu tua berkelas, bangunannya menjulang dengan ukiran klasik dan warna cokelat tua yang membawa kesan kokoh sekaligus sakral. Dari detail struktur hingga taman kecil yang dirawat dengan presisi, semuanya menandakan rumah ini telah berdiri ratusan tahun dan membawa sejarah panjang dalam diamnya.Namun sebanyak apapun keindahan dan kemegahan yang bisa ia kagumi, yang Lura rasakan saat ini adalah detak jantung yang tak kunjung tenang.Khailash berdiri di sisinya. Ia mengenakan setelan formal berpotongan tegas, aura kepemimpinan yang biasa ia pancarkan kini terasa lebih tenang tapi tetap mengintimidasi. Tanpa banyak kata, Khailash menyodorkan lengannya.“Selipkan tanganmu di sini,” ucapnya lembut namun pasti, menunjuk lipatan sikunya.Lura menurut, menyelipkan tangan dengan gemetar halus.“Kakek sudah menunggu,” lanjut Khailash, menatap ke arah pintu depan rumah.“Kita harus masuk.”Lura m

  • Dimanja Suami Kontrak   Kau Membuatku Bernilai

    Khailash melangkah masuk, tegap, mengenakan setelan santai berwarna gelap yang membingkai tubuhnya dengan sempurna. Cahaya matahari sore menyorot sebagian wajahnya, membuat sorot matanya yang tajam tampak semakin dalam.Madam Agatha langsung berdiri. Dengan gerakan penuh hormat dan tanpa ragu, ia membungkuk sopan.“Selamat sore, Tuan,” ucapnya penuh takzim.Khailash hanya mengangguk tipis sebagai balasan, namun tatapannya tidak terarah pada Madam. Ia langsung menatap lurus ke arah Lura.Wanita itu duduk anggun di tempatnya, dengan postur sempurna dan mata yang sempat membesar karena kedatangan suaminya secara tiba-tiba. Tapi ia cepat mengatur kembali ekspresinya—senyum lembut terukir, dagu sedikit terangkat, menunjukkan bahwa pelatihan selama ini telah tertanam.Madam Agatha mempersilakan,“Silakan duduk, Tuan.”Khailash duduk perlahan di kursi di seberang Lura, gerakannya tenang namun penuh wibawa. Tatapannya tak bergeming dari wajah istrinya, penuh pengamatan. Tidak mengintimidasi,

  • Dimanja Suami Kontrak   Tuhan… terlalu Manis!

    Hari demi hari berlalu, dan kondisi Lura perlahan membaik—bukan hanya tubuhnya, tapi juga cara ia menatap dunia. Luka di punggungnya memudar, namun luka di hatinya mulai sembuh lebih cepat, berkat perhatian yang terus mengalir tanpa henti dari pria yang kini menjadi pelindung hidupnya.Pelajaran etika bersama Madam Agatha berjalan dengan konsisten. Lura mulai menguasai gestur formal, nada bicara yang tepat, hingga bagaimana menunduk dan tersenyum pada saat yang pantas. Ia bukan lagi gadis yang tersesat dalam luka, melainkan calon nyonya muda yang tengah ditempa untuk berdiri di panggung tertingginya.Dan hari ini, ada perubahan yang lebih terlihat dari luar—Lura memutuskan untuk membiarkan penata rambut dan stylist pribadi mengubah penampilannya.Ia dengan tenang duduk di kursi salon pribadi yang dibangun dalam area kediaman itu—bangunan elegan di sisi timur rumah yang dilengkapi semua fasilitas perawatan tubuh kelas atas.“Kita akan mempertahankan panjang rambutnya, tapi kita bentuk

  • Dimanja Suami Kontrak   Terlalu Sesak

    Khailash tidak menjauh. Justru ia mempererat kedekatan mereka, lalu berbisik,“Kau istriku. Dan itu membuat segalanya jadi pantas. Termasuk nama yang keluar dari bibirmu.”Lura menggigit bibir bawahnya, masih merasakan jejak hangat dari sentuhan tadi.Lalu ia menutup mata sejenak, berpikir, dan membisikkan satu nama…“Azmara…”Khailash mengernyit pelan, tertarik.“Artinya?”Lura membuka mata, menatap pria itu dengan keteduhan yang jarang ia tunjukkan.“Cinta yang tak tergoyahkan. Yang tetap hidup, bahkan saat tubuh hancur.”Khailash tak berkata apa-apa. Tapi tatapan matanya menyala, dan bibirnya menyentuh kening Lura—diam-diam menyimpan nama itu, seperti rahasia berharga yang hanya dimiliki mereka berdua.Lura memejamkan mata, membiarkan dirinya larut dalam kehangatan yang mengalir dari pelukan Khailash. Ada kasih sayang di setiap sentuhannya, bukan sekadar perhatian yang dipaksakan, melainkan ketulusan yang sulit dijelaskan.Pria ini—pria asing yang datang di saat semua meninggalkann

  • Dimanja Suami Kontrak   Aku tahu Kau Berbakat

    Kepala pelayan berdiri dengan anggun di sisi Lura, lalu membuka percakapan dengan suara sopan dan penuh wibawa.“Nyonya, izinkan saya memperkenalkannya.”Disampingnya berdiri seorang wanita paruh baya, mengenakan pakaian resmi yang sangat sopan dan elegan. Rambutnya disanggul rapi, wajahnya penuh garis kehidupan namun tetap cantik dan terawat. Sikap tubuhnya tegak, pandangannya tenang namun tajam—satu pandangan saja cukup membuat orang ingin bersikap lebih hati-hati.Lura mengernyit pelan, heran, tapi tetap menyambut uluran tangan wanita itu dengan ramah.“Senang bertemu dengan Anda,” ucap Lura pelan.Wanita itu tersenyum, sopan tapi tak terlalu hangat, tanda bahwa ia profesional, bukan seseorang yang terbiasa membina hubungan personal.Kepala pelayan lalu melanjutkan penjelasannya dengan penuh hormat,“Beliau adalah Ibu Agatha, guru etiket pribadi, yang diminta secara khusus oleh Tuan Khailash.”Lura mengedip perlahan, lalu menoleh pada kepala pelayan.“Guru etiket?”Kepala pelayan m

  • Dimanja Suami Kontrak   Bisakah… Aku?

    Suara desahan menggema samar, bercampur dengan nafas memburu dan gesekan sprei satin yang kusut, di dalam kamar apartemen mewah milik Jelita—apartemen yang dibelikan langsung oleh Danu untuk memanjakannya.Namun malam ini berbeda.Danu menggila.Bukan karena gairah, bukan karena rindu… tapi karena amarah yang membuncah.Tubuh Jelita berada di bawahnya, dalam posisi yang biasanya membuatnya merasa diinginkan. Tapi kali ini, ada sesuatu yang menyesakkan—energi yang keluar dari Danu bukan suka atau nafsu, tapi pelampiasan.“Kak Danu…” suara Jelita serak, mencoba mengatur nafas, tangannya menahan dada pria itu.“Tunggu… pelan sedikit. Ini—bukan seperti biasanya…”Namun Danu tak menjawab. Ia terus bergerak liar, rahangnya mengeras, matanya tak lagi memandang wajah Jelita, melainkan kosong, tajam, penuh bara.“Aku akan menghapus setiap bayang pria sialan itu dari tubuh Lura…” gumamnya seperti kerasukan, suaranya dingin dan tak terarah.Jelita tercengang, tubuhnya menegang.Lura. Lagi-lagi L

  • Dimanja Suami Kontrak   Karena Kau Istriku

    Tubuh Lura menegang saat mendengar ucapan Khailash yang barusan. Suasana ruang keluarga yang hangat dan megah itu mendadak terasa menekan. Meski ruangannya bergaya minimalis dengan sentuhan elegan—lantai marmer krem, jendela besar yang menghadap taman, dan perapian tenang di sudut ruangan—namun kata-kata pria itu mengguncang lebih dalam dari api mana pun.“Mereka mencarimu,” ulang Khailash, nada suaranya tetap tenang, tapi tajam dan tak terbantahkan.Lura tersadar dari lamunannya. Ia berbalik menatap Khailash, duduk di ujung sofa besar berwarna gelap, dengan tubuh tegap bersandar santai namun penuh kendali.“Mereka… yang kau maksud?”Khailash mengangguk, matanya tak lepas dari wajah Lura.“Pria yang kau sebut ayah. Dan bajingan yang pernah kau sebut kekasih, atau calon suami.”Lura menunduk, menggenggam jemarinya sendiri.“Aku… aku sangat malu.” Suaranya bergetar.“Malu karena pernah menganggapnya pria paling baik.”Tatapannya beralih ke Khailash, mata yang dulu sering merendah, kini

  • Dimanja Suami Kontrak   Mereka Mencarimu

    Khailash lalu meremas lembut kedua pundak Lura, jemarinya yang besar terasa hangat namun tak menekan.Ia menatap Lura melalui pantulan cermin—pandangan dalam, penuh dominasi namun tak mengandung kekerasan.“Aku sengaja pulang lebih awal,” ucapnya rendah, hampir seperti bisikan, “karena ingin makan siang bersamamu. Jangan buat aku menunggu lebih lama, hm?”Nada suaranya tak memaksa, namun penuh bobot.Lura spontan mengangkat wajah, mata membulat, lalu mengangguk cepat.“I-ya… tentu.”Ia segera bangkit dari kursinya, gerakannya sedikit terburu-buru—seolah keinginan Khailash adalah perintah mutlak yang tak boleh ditunda.Namun baru selangkah ia menjauh, tangan kuat Khailash menangkap pinggulnya dan menariknya kembali dalam rengkuhan.Lura terkesiap, tubuhnya menegang. Nafasnya tercekat oleh kedekatan mereka yang begitu mendadak. Tapi sebelum ia sempat menyusun pikiran, suara pria itu kembali menyusup ke telinganya, lembut namun menancap.“Jangan gugup… apalagi takut.”Khailash memiringka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status