Beranda / Romansa / Dimanja Suami Kontrak / Menangis dalam Pelukannya

Share

Menangis dalam Pelukannya

Penulis: AD07
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-28 10:22:50

Langkah kaki tegap dan berat terdengar menggema di lorong marmer restoran yang mewah itu. Danu, yang baru saja menyentakkan tangan Lura dan mencoba mendorongnya masuk ke salah satu ruangan kecil di sisi lorong—ruangan yang jelas bukan tempat umum—langsung menghentikan gerakannya.

Sosok tinggi besar berdiri tepat di belakang mereka. Setelan hitam rapi membungkus tubuh kekar yang sudah cukup untuk membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum bersikap gegabah.

Pria itu tidak perlu bersuara untuk menunjukkan bahwa ia bukan sembarang pengawal. Tatapan matanya dingin, tajam, dan langsung tertuju pada Danu—seolah hendak menelannya hidup-hidup.

Danu mundur setengah langkah. Entah karena intimidasi fisik, atau karena sadar ini bukan wilayahnya.

Bodyguard itu kemudian beralih kepada Lura.

Wajah yang tadi garang berubah seketika menjadi penuh hormat. Ia membungkuk rendah, sopan, penuh tata krama yang tidak mungkin diberikan pada “seseorang yang disebut simpanan” dalam pikiran sempit Danu.

“Tuan s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Kontrak   Kita Harus Bicara

    Lura duduk bersandar di ranjang empuk kamar rawat inapnya. Jendela terbuka lebar, membiarkan cahaya matahari pagi menyelinap masuk bersama angin yang lembut, menggerakkan tirai putih tipis seolah sedang menari. Di hadapannya, televisi menyala dalam mode diam, namun ada teks berjalan dan headline yang cukup jelas untuk dibaca.“Jelita Resmi Didepak dari Lima Majalah Fashion Internasional. Karier Supermodel Tanah Air Resmi Runtuh.”Lura menatap layar itu tanpa ekspresi. Di layar muncul potongan video Jelita yang terlihat lelah, wajahnya sembab, menolak menjawab pertanyaan wartawan. Di bawah tayangan, cuplikan lain menunjukkan rumah masa kecil mereka disita, halaman luas yang dulu tempat ia bermain dengan sang ibu kini dipasangi garis pembatas, dengan tulisan “Aset Dalam Sengketa.”Hening.Satu-satunya suara yang terdengar di kamar hanya hembusan AC dan detak pelan mesin infus di sampingnya.Tak ada setitik pun rasa iba di hati Lura untuk Jelita. Perempuan itu sudah terlalu jauh menyeret

  • Dimanja Suami Kontrak   Dan Sekarang..?

    Hal pertama yang menyapa Lura adalah bau rumah sakit yang khas, campuran antiseptik, ketenangan palsu, dan rasa asing yang sulit dijelaskan. Perlahan tapi pasti, kelopak matanya terbuka, penglihatannya kabur sesaat sebelum dunia mulai kembali jelas. Langit-langit putih, bunyi detak monitor, dan hembusan lembut dari ventilator menyambutnya. Ia mengedarkan pandangan perlahan. Sakit di sekujur tubuhnya masih terasa nyata. Tapi lebih dari itu, ada kesadaran samar bahwa ia selamat.Lura menoleh, dan detik itu pandangan matanya bertemu dengan tatapan yang tak asing, mata gelap itu menatapnya tanpa suara, penuh tekanan emosi yang tertahan. Khailas duduk di sana, di kursi sebelah tempat tidurnya. Wajahnya nyaris tak berubah, tetap tenang dan terjaga, tapi sorot matanya menyiratkan kekhawatiran yang dalam.Lura tersenyum pelan, air mata langsung menggenang tanpa bisa dicegah. Ia berbisik nyaris tak terdengar, “Ini… tidak mimpi, kan?”Air matanya jatuh, menyusuri pipi yang masih tampak pucat.

  • Dimanja Suami Kontrak   Meski Jantung Masih Berdetak

    Jelita mondar-mandir di depan ruang operasi. Langkahnya tidak tenang, bibirnya terus meracau, sementara matanya sembab dan wajahnya kehilangan warna. Di dalam ruangan yang disinari lampu terang, Danu sedang berjuang di atas meja operasi. Darahnya masih mengalir saat mereka tiba, dan belum ada kepastian apakah pria itu bisa selamat atau tidak.Tangis Jelita pecah lagi. Ia tidak peduli siapa yang menatapnya. Ibunya hanya bisa meraih bahunya, mencoba menenangkannya. Tapi bagaimana mungkin ketenangan datang saat semuanya di ambang kehancuran?Kuncoro, terduduk diam. Rambutnya acak-acakan, dasi dilepas, tangan gemetar. Semua kendali menguap entah kemana.Lalu suara langkah itu datang.Tegas. Berat. Penuh kuasa.Semua kepala menoleh, dan Kuncoro memejamkan mata. Badai datang. Dan seperti dugaan, pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu muncul dengan tongkat di tangan tak membutuhkannya untuk berjalan, tapi selalu membawanya sebagai simbol kekuasaan yang tak bisa diganggu.Ia berdiri di lo

  • Dimanja Suami Kontrak   Maaf, Aku Terlambat

    Langit malam menggantung kelam tanpa bintang. Suara ombak menghantam karang di kejauhan, bersahut dengan gonggongan anjing pemburu yang semakin mendekat, menyesakkan udara di sekitar. Hutan tempat Lura bersembunyi tak lagi memberi rasa aman. Tubuhnya lemah, dingin, gemetar. Nafasnya tidak lagi teratur. Lututnya nyaris tidak mampu menyangga berat tubuh. Ia bersandar ke pohon besar, memeluk dirinya sendiri, menekan isak agar tak terdengar. Tapi air mata tetap mengalir, tanpa bisa ia hentikan.Langkah-langkah mulai terdengar. Samar, tapi jelas mendekat. Cahaya obor perlahan menyinari batang pohon di dekat tempat Lura bersembunyi. Ia menahan napas, menutup mulutnya dengan tangan gemetar. Namun tubuhnya sudah terlalu lemah untuk tetap diam dalam ketakutan. Tubuhnya mulai bergetar hebat.Dan saat cahaya itu tepat di hadapannya, ketika bayangan tinggi menjulang berdiri di depannya—Lura melihat sosok bertopeng. Hitam, besar, membungkus wajah dan tubuhnya sepenuhnya.Lura menjerit dalam bisika

  • Dimanja Suami Kontrak   Pria Misterius

    Lura menahan nafas saat suara geraman anjing terdengar semakin dekat, liar, lapar, dan terlatih untuk mengendus jejak. Ia tahu hewan-hewan itu bukan sembarang anjing. Itu adalah anjing pelacak milik Danu, biasa digunakan dalam perburuan ekstrem, dan kali ini, sasarannya adalah dirinya.Dengan kaki yang pincang, Lura memaksa tubuhnya masuk lebih dalam ke perut hutan. Dedaunan berduri mencakar kulitnya, akar-akar pepohonan menjebak langkahnya, dan batu-batu berlumut tak henti menggores betisnya. Nafasnya nyaris habis, kakinya terkilir, dan darah mengalir dari luka di pelipisnya setelah terantuk dahan keras. Tapi tidak ada satu detik pun ia izinkan untuk berhenti. Di belakangnya, suara langkah berat manusia dan gonggongan anjing semakin nyata.Tangisnya masih membisu, air mata mengalir tanpa suara, bercampur lumpur dan debu hutan. Ia gemetar, bukan hanya karena dingin, tapi karena takut. Takut pada kenyataan bahwa hidupnya bisa direnggut oleh tangan keji yang dulu nyaris menjadi calon su

  • Dimanja Suami Kontrak   Tolong Aku Lagi…

    Ruangan itu sepi, hanya denting halus arloji dan suara tik-tik ketukan jari Khailas di sandaran kursi yang terdengar berirama, seperti aba-aba dalam peperangan sunyi. Matanya terpejam, wajahnya tenang, namun auranya menguarkan badai. Sejak laporan terakhir masuk, ia tidak mengucap sepatah kata pun, hanya ketukan jemari telunjuknya yang berbicara.Asisten pribadinya berdiri tegak di sisi kanan, wajah tegang tapi tetap netral.“Tapi Tuan, menurut catatan imigrasi, target tidak meninggalkan negara. Terakhir terpantau berada di wilayah timur, namun kini…”Tok. Tok. Tok. Ketukan jari Khailas terhenti. Ia membuka mata perlahan, sorotnya dingin dan tajam.“Jangankan ke luar negeri,” gumamnya pelan namun tajam seperti silet, “keluar angkasa sekalipun… aku tahu dia yang melakukannya.”Ia meluruskan punggung, suara rendahnya kini terdengar jelas di seluruh ruangan, “Cari tahu tepatnya di mana dia sekarang. Aku punya hadiah yang harus dikirim.”Asisten itu menunduk dalam dan langsung keluar untu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status