Share

Bab. 45

Author: Ufaira Putri
last update Last Updated: 2025-07-04 14:59:24

“Dasar! Apa-apaan dia itu? Kenapa buang air kecil seperti itu?!”

Nayla terus menggerutu sambil bersusah payah kembali ke tempat tidurnya. Begitu sampai, dia langsung menggantung kembali botol infus di standingnya.

Dia yang tadinya mengkhawatirkan Evan, namun malah berujung mendapatkan malu yang tak terduganya dengan kejadian barusan.

Tok … tok … tok!

Suara ketukan pintu kembali terdengar, menarik perhatian Nayla untuk langsung menoleh ke arah pintu kamar. Di sana, Tommy dengan dokter Andika sudah berdiri menunggu intruksi untuk masuk. Dia tahu, kedatangan mereka untuk memeriksa kembali kondisinya.

“Masuklah,” kata Nayla.

Dia berusaha untuk bersikap biasa, dan menyembunyikan rasa kesal sekaligus kikuk karena kejadian di kamar mandi.

“Nyonya, ini Dokter Andika. Beliau akan memeriksa kembali kondisi Nyonya,” kata Tommy dengan sopan.

Nayla mengangguk, membiarkan Andika menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter. Andika mendekat, diikuti dengan seorang perawat di belakangnya.

“Bagaimana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 75

    Setelah selesai berbicara dengan Viranda, Evan duduk lemas di kursi ruang tunggu, jantungnya masih berdebar kencang. Dia mengusap wajahnya, kelelahan dan ketegangan masih terasa. Beberapa saat kemudian, seorang suster mendekat.Suster itu berkata, “Tuan Evan? Nyonya Daviandra sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP.”Evan langsung mendongak menatap suster itu, tubuhnya menegang. “Kalau begitu, antarkan saya ke ruang rawatnya, Suster,” pinta Evan.Dia langsung meraih tongkatnya, langkahnya tergesa-gesa saat suster itu bersedia menuntun Evan menuju ke ruangan rawat.“Ini ruangannya, Tuan Evan.” Suster itu membuka pintu ruangan, kemudian memapah Evan untuk duduk di kursi, samping tempat tidur.“Terima kasih,” ucap Evan pelan.Suster itu mengangguk, selalu meninggalkan Evan di ruang rawat tempat Nayla dirawat.Ruangan itu luas dan mewah, terang namun teduh. Nayla terbaring di ranjang, seluruh wajahnya tertutup perban putih tebal. Hanya mata dan hidungnya yang terlihat, tampak pucat namun

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 74

    M-maafkan saya, Suster.”Vania terengah-engah saat Nayla akan dimasukan ke ruang operasi. Suaranya tergagap, dada sesak menahan rasa panik dan cemas melihat cucunya yang akan segera di operasi.Suster itu mendekat dengan senyum lembut, matanya penuh pengertian. Lalu berkata dengan penuh pengertian. “Nyonya, tenang saja. Pasien akan baik-baik saja. Yang menanganinya adalah tenaga ahli di rumah sakit kami.”Vania hanya bisa mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. Dia kemudian duduk perlahan di kursi ruang tunggu, melepaskan napas panjang sambil menatap kosong ke depan. Waktu berjalan begitu lambat, setiap menit terasa seperti berjam-jam. Jantungnya berdebar tak karuan, jari-jari kaku mengepal di atas lutut.Tiba-tiba, suara langkah kaki dan ujung tongkat yang mengetuk-ngetuk lantai rumah sakit terdengar. “Nenek!” suara Evan memecah keheningan. “Evan!” Vania hampir terkejut, kemudian berdiri tergopoh-gopoh. Evan berjalan dengan tongkatnya, langkahnya pelan namun pasti, sementara Tomm

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 73

    “Ah, iya... Aku sampai lupa jadwal operasi istriku sendiri.” Evan menghela napas pelan, suaranya bergetar saat berkata. Matanya menatap jauh ke depan, wajahnya menegang seperti sedang menahan gelombang kecemasan. Nayla yang duduk di depannya, menatap Evan dengan mata penuh rasa iba. Perlahan, tangannya menjulur dan menggenggam tangan Evan erat, seolah ingin mengalirkan kekuatan lewat sentuhan itu. “Gak apa-apa kok, aku kan akan ditemani nenek,” kata Nayla lembut, menenangkan. Evan menoleh, menatap Nayla sejenak sebelum mengangguk pelan. “Kalau kamu butuh apa-apa, jangan ragu hubungi aku atau Tommy, ya.” Sebuah senyum tipis terukir di wajahnya yang tampan, sementara tangan Evan terangkat dan menyentuh rambut istrinya dengan lembut.. Nayla membalas senyum itu dengan lembut, matanya berbinar kecil. “Tentu, aku akan selalu kabari kamu, sayang ...” ucap Nayla sambil menekankan kata terakhir, membuat Evan terpingkal kecil, tertawa geli mendengar perkataannya.Setelah dari ruangan

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 72

    “Aku ... nggak yakin, Evan.” Nayla menggigit bibirnya dengan ragu-ragu. Suaranya pun nyaris tidak terdengar."Udah nyari ke mana-mana, tapi tetep aja nggak ketemu." Bahkan, Nayla juga melihat keraguan di mata Evan, keraguan yang sama-sama menggerogoti dirinya sendiri. Evan berdiri dan menjauh, berjalan lesu menuju sisi tempat tidur, di mana pakaiannya sudah siap di sana. Dengan gerakan pelan, Evan meraba pakaiannya, mulai mengenakannya sendiri.“Sepertinya ada yang nggak beres," gumam Evan, suaranya berat. “Nggak mungkin dia pergi hanya untuk sekedar itu.”Nayla menelan ludah, jantungnya berdebar makin kencang. Dia ingin jujur, tapi takut. Takut reaksi Evan, takut akan konsekuensinya. “Aku tahu itu, Evan. Tapi ….” Sejenak kalimat Nayla menggantung. Tatapannya begitu dalam memperhatikan suaminya yang sedang berusaha untuk memakai pakaiannya sendiri dengan mandiri.“Tidak bisakah kita untuk berpikiran positif saja?” lanjut Nayla, menatap Evan dengan penuh harap.Gerakan Evan tiba-t

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 71

    “Evan! Kamu itu tidak tahu malu, ya?!”Nayla buru-buru menutup wajahnya dengan kedua tangan, tapi matanya masih menyelip lewat celah jari-jemarinya. Suara tawa ringan Evan membuat pipinya memanas, rasa kesal dan malu berbaur menjadi satu di dalam dadanya. “Kenapa tiba-tiba malu-malu gitu, Nayla? Padahal semalam kamu sangat menyukainya, bahkan memainkannya seperti lolipop,” goda Evan sambil menyipitkan mata. Nayla mengerutkan alis, napasnya sedikit memburu karena kesal sekaligus malu. “Kamu ini bener-bener nyebelin, Evan!” hardik Nayla.Tapi nada suaranya tak lagi setajam tadi, sekarang sedikit melunak. Dia lalu membalik badan, menatap Evan yang masih dengan senyuman yang sama. Hening sesaat, lalu Nayla menelan ludah, mengusap rambut Evan yang berantakan. “Ayok, kamu mandi dulu. Aku bantu mandiin!” ajak Nayla dengan nada tegas.Tangannya meraih bathrobe yang tergeletak di kursi samping tempat tidur, lalu perlahan membantu Evan mengenakannya. Evan sedikit terkekeh, tangannya si

  • Dimanja Suami Pura-pura Buta   Bab. 70

    “Si–siapa bilang, hah?!”“Kamu terlalu percaya diri, Evan!”Nayla gugup. Wajahnya seketika memerah, merasa malu untuk mengakui kalau memang dia mulai mencintai Evan. Evan tertawa kecil, senyum sinis tersungging di bibirnya. “Kamu itu, kadang berani banget, tapi kadang tiba-tiba jadi pemalu kayak anak kucing,” ejek Evan sambil menatap Nayla dengan tatapannya yang terlihat kosong.Nayla mengerutkan bibirnya, pipinya memerah. “Anak kucing? Mana buktinya? Itu semua salah kamu, Evan. Sikapmu yang berubah-ubah itu, kadang dingin dan bikin takut, tapi tiba-tiba juga bisa manis juga romantis seperti laki-laki pada umumnya,” bantah Nayla dengan suara yang agak tercekat. Evan mengangkat sebelah alis, ekspresinya berubah jadi mempertanyakan. “Romantis seperti laki-laki pada umumnya? Memangnya berapa banyak laki-laki yang pernah bersamamu, Nayla?” tanya Evan, nada suaranya yang tadinya main-main kini berubah dingin dan menusuk.Aura Evan yang tajam langsung membuat tubuh Nayla mengecil, mata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status