Share

5. Cantik-Cantik Pengisap Darah

"Ini, mah, kandang Ayam!" teriak Sean seketika.

April sebal. Keponakan Pak Hans ini terlalu banyak protes, deh.

"Ya, udah kalau nggak mau nggak usah tinggal di sini!" teriak April tak kalah kerasnya lantaran merasa kesal.

Dengan cemberut Sean duduk di sofa panjang yang berada di depan dinding salah satu kamar. Ia pasrah. Mungkin sofa panjang ini digunakan April ketika dia menonton TV.

"Ini kamar kamu nantinya. Udah ada kamar mandinya di dalem," kata April ketika membuka kamar yang berada di belakang sofa tempat duduk Sean saat ini.

Karena merasa penasaran, Sean pun berdiri untuk melihat isi dari kamar yang hendak ditempatinya nanti.

Langsung saja dahi Sean mengeryit lagi. Kamar ini jelek, hanya ada satu lemari kayu berwarna cokelat, meja belajar di sebelahnya, dan tempat tidur yang untungnya sudah dari spring bed.

"Oh, iya, aku kelupaan sesuatu. Satu juta tujuh ratus ribu itu belum termasuk biaya listriknya, loh, ya. Nanti listriknya kamu beli token sendiri."

Sean menjatuhkan rahangnya.

WHAT!

Ah, ya, sudahlah. Lagi pula uang yang diberikan Kokonya juga berjuta-juta, kok. Hanya Sean heran saja bisa bertemu wanita seperti April yang apa-apa peritungan sekali.

"Aku tinggal dulu, ya. Mau bersihin kamarku di sebelah."

***

April dengan gesit membersihkan kamarnya sendiri. Rencananya untuk beberapa hari ke depan dia lebih memilih untuk tinggal di sini sebentar.

Mungkin dua atau tiga harian sampai suasana hatinya mulai membaik kembali mengingat kejadian tadi pagi di ruang makan bersama Mama.

April mengambil handphone-nya yang berada di dalam tasnya. Ia menyenderkan punggungnya sejenak pada tepian ranjang untuk mengirimkan pesan kepada Papa.

April: Papa... April mau ngabarin ke Papa kalau kayaknya untuk beberapa hari ke depan April nggak pulang dulu. April nginep di rumah jalan Sadewa buat nenangin diri. Papa jangan khawatir, ya, sama April.

Ketika April telah menekan tombol kirim dan menunggu beberapa saat.

Pesan w******p-nya pun kini berubah mejadi centang dua biru-yang artinya Papa di seberang sana sudah membaca pesan darinya.

Ada rasa berdebar ketika April melihat di bawah nama kontak Papa terdapat kalimat sedang mengetik cukup lama.

Sesaat kalimat sedang mengetik itu pun hilang, kemudian muncul lagi. Mungkin tadi Papa sudah mengetik namun dihapusnya kembali.

Papa: Ya, udah kalau gitu. Kamu jaga kesehatan dan jaga diri baik-baik, ya, Pril. Nanti kalau suasana hatimu udah baikan jangan lupa buat pulang ke rumah.

April tersenyum tipis membaca pesan dari Papanya. Jika seperti ini April selalu teringat akan kisah-kisah sedih yang dimilikinya.

Ia teringat kembali... dulu kalau tidak salah pernah beberapa kali April mendapati Mama dan Papanya cekcok mengenai keberadaannya di rumah.

Mama selalu tidak suka dengan kehadirannya lantaran April hanyalah anak angkat sedangkan Papa selalu mempertahankan keberadaannya di rumah. Dulu, sayup-sayup April pernah mendengar seperti ini ketika Papa berdebat dengan Mama di dalam kamar....

"Kalau April tinggal di sana sendirian... gimana kalau nanti dia sakit?"

"Ya, itu urusan dia! Aku mana peduli. Orang anakku aja bukan, kok!"

"Tapi dia keponakan aku. Kamu bisa nggak peduli karena dia nggak sedarah sama kamu. Coba kalau nantinya Monna bernasib kayak gitu. Apa kamu tega kalau itu Monna?"

"Kenapa kamu nyangkutin sama anak kita! Monna sama April jelas beda. Intinya aku nggak suka sama anak itu!"

"Apa kamu pernah mikir siapa yang bakalan jagain April kalau dia tinggal sendirian? Dia itu anak perempuan dan sebatang kara. Cuma aku keluarga yang saat ini dia punya!"

Tapi April sadar. Alasan lain Papa memberati kepergiannya adalah karena dulu Papa pernah berjanji kepada Oma jika Papa akan menjaganya dengan baik sebelum ajal menjemput Oma. Janji yang dipegang teguh oleh Papa angkatnya yang tak lain adalah Omnya sendiri sampai saat ini.

April mengembuskan napas berat. Hanya menikah dengan Taralah ia baru bisa keluar dari rumah bak neraka itu. Baru sekitar sepuluh menit meratapi nasibnya yang jelek itu. April terperanjat ketika mendengar suara benda jatuh dari arah dapur.

Ada apa, sih?

Karena penasaran, akhirnya April pun keluar kamar untuk mengeceknya.

"Cari apa?!" teriak April ketika melihat Sean memungut panci yang dijatuhkannya. Nampak juga beberapa daun pintu lemari dapur terbuka lebar.

"Aku laper. Nggak ada makanan apa? Kulkas mana?" tanya Sean dengan kesal.

"Mana ada kulkas, kalau mau makan mending nge-grabfood atau beli di warung aja deket sini."

Sean kembali duduk di sofa panjang itu sambil mengacak rambutnya frustrasi. Kelaparan membuatnya tiba-tiba naik darah.

Sean hanya mampu mengomel dalam hati. Sumpah ini rumah apaan, sih. Kenapa apa-apa tidak ada!

"Masakin aku, dong, Pril. Aku nggak suka makanan grabfood."

April memutar bola matanya ke atas. Manja sekali, sih, anak ini.

Sebenarnya April hendak menolaknya saja. Tapi melihat Sean memegang perutnya seperti itu. Dia terlihat benar-benar kelaparan sekali sehingga membuat April tidak tega. Apalagi tadi sehabis pulang kerja Sean langsung mampir ke sini. Pasti dia belum makan.

Ya, sudahlah. Nanti kalau sedang tidak malas April akan membuatkan makanan untuknya.

"Kayaknya aku masih punya simpenan mie instant sama telur seperempat di lemari. Kamu mau?"

Sean menganggukkan kepala. Tidak apalah makan mie instant daripada mati kelaparan.

"Yaudah sana masak aja. Ada di situ," kata April sambil menunjuk salah satu laci lemari dapur menggunakan dagunya.

"Nggak bisa," bohong Sean. Bukannya Sean tidak bisa memasak mie. Dia hanya malas saja lantaran sudah kelaparan. Ususnya terasa sudah melilit.

"Kalau gitu aku masakin mau?" tawar April sambil tersenyum lembut kepada Sean membuat bocah itu ikutan tersenyum senang dan menganggukkan kepala seperti anak kecil yang menggemaskan.

"Tapi jasa masaknya dua puluh ribu, loh, ya," ucap April membuat Sean menganga.

Gila! Wanita ini memang rentenir! Masak satu piring mie telur dibandrol dengan harga dua puluh ribu rupiah!

Padahal kemarin ketika Sean menginap di rumah Riki. Mereka sempat memesan makanan menggunakan grabfood saja hanya habis dua puluh ribu itu sudah dapat makanan plus lauk karena kena promo, lho.

"Gila! Mahal banget!"

"KALAU NGGAK MAU, YA, UDAH! SANA MATI AJA KELAPERAN!" teriak April dengan galak.

Memangnya di dunia ini ada yang gratis apa? Cuma mengupil dan kentut saja yang gratis. Kencing saja dua ribu, kok.

Apalagi keponakannya Pak Hans itu kaya. Harus dimanfaatkan dengan baik, dong, tentunya.

***

Hai... Cuma mau ngingetin, nih. Jangan lupa berikan like & komennya, siapa tahu kalian kelupaan ninggalin jejak karena keasyikan baca. Makasih. (IG: Mayangsu_)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status