Share

Menghilang

Setelah beres-beres, mandi dan segala macam, mengecek Doni yang sedang tidur, Lily menghamparkan kasur lantai yang berbulu halus di lantai kamar mereka. Bukan untuk tidur loh ya. Dia membawa laptop dan kertas-kertas serta pena dan buku. Tengkurap, dengan bersanding cemilan.

Tidak kuliah bukan berarti berleha-leha. Sudah di katakan bukan kalau Lily itu mahasiswi rajin. Makanya aneh saja tiba-tiba harus menikah dengan berondong, berandal lagi. Sangat berbalik dengannya.

Dia kembali berkutat dengan tugas-tugas kampusnya yang bejibun. Beda dengan yang dikatakan orang-orang. Katanya semesternya itu masih sedengan dan masih buat main-main. Menurutnya gak juga. Tetap saja tugas menanti bagai tak tahu diri.

Saat sedang sibuk berkutat dengan tugasnya, tiba-tiba dirasanya punggungnya berat. Lily menoleh.

"Eh, Don. Kok pindah di bawah sih," ucapnya, melihat Donilah pelaku penyandar kepala di punggungnya. Wajah cowok itu masih pucat, menoleh ke arahnya dengan tatapan sayu.

"Bosen kak di atas terus. Panas juga," tuturnya.

"Tapi kan di bawah dingin. Kaki lo juga tuh, nyentuh lantai kan. Dingin tahu. Pindah ke atas aja, nyalain AC."

Doni menggeleng, menolak.

"Ck. Keras kepala banget sih. Ya udah, minggir dulu."

"Gak mau kak. Pengennya gini aja."

"Minggir gue bilang, Doni," tekan Lily lebih keras. Doni mendecak pelan, mengangkat kepalanya dari punggung Lily. Meringkuk di sisa kasur bulu.

Lily mengambil bantal di atas, meletakkan di sisinya.

"Dah, tidur sini," panggilnya.

Doni berbaring di sisinya. Sedang Lily kembali mengerjakan tugasnya.

"Ngerjain apa sih kak?"

"Em. Tugas," jawab Lily singkat.

"Rajin amat."

Lily hanya mendehem. Tak terlalu memperdulikan cowok itu. Lama-lama Doni merapatkan badannya dengan Lily. Menduselkan kepalanya di lengan kiri Lily. Lily tentu saja tersentak, seakan ada setruman yang membuat dadanya berdesir. Hey, jelas saja, ini untuk pertama kalinya dia bersentuhan dengan cowok. Biasanya dia memang selalu menjaga jarak dengan makhluk bernama laki-laki tersebut.

"L-lo kenapa Don? Mi-minggir. Gue gak bisa ngetik nih," ucapnya.

"Emm... biarin begini kak. Dingin," jawabnya dengan mata terpejam.

Lily menelan salivanya. Ayolah, kalau begini bagaimana dia bisa fokus. Detak jantungnya saja berdetak lebih cepat dari biasanya. Bagaimana kalau Doni dengar coba? Berabe.

Lily tak jadi mengerjakan tugasnya, justru malah melamun. Lamat-lamat dia dengar deru napas teratur. Hembusannya hangat menerpa lengannya. Dia menoleh lagi. Benar saja, Doni sudah tidur.

"Huft..." helanya.

"Lama-lama begini, jantung gue gak aman. Haish, setidaknya kalau lo gak berandal mungkin gue bakal cepat membuka hati. Sayangnya, lo nakal sih, Don. Jatuh cinta sama lo adalah masalah besar. Lo playboy. Kelas kakap lagi. Hahh... tapi gimanapun juga, cerai bukan pilihan. Gak ada pilihan. Gue harus menerima pernikahan ini. Tapi... gimana dengan kak Mukhtar? Dia cowok sempurna diatas segala hal. Gue rasa gue bakal nerima kalau dia yang ngelamar gue."

Pikirannya menerawang. Bagaimana tidak, cowok dengan lesung pipit yang menambah citra manisnya itu memang idaman gadis-gadis. Bikin halu saja.

"Aish. Gue ngapain sih? Jelas-jelas itu gak mungkin. Ya kali kak Mukhtar yang pintar dan aktivis itu bakal ngelamar gue. Haha, ngaco banget sih, Ly. Dahlah. Terima takdir lo, dapat berondong berandal ini," monolognya, menepuk kepalanya sendiri.

Lily meletakkan tangannya di dahi Doni. Menyingkirkan rambut yang menutupi dahi cowok itu.

"Masih panas. Apa gue telpon Dokter aja ya?" gumamnya.

"Jangan kak. Ntar juga sembuh sendiri."

Lily tersentak. Menjauhkan dirinya.

"L-lo belum tidur?"

Doni tak menjawab. Lily meringis, merutuki diri sendiri. Berarti pas dia bermonolog tadi, Doni dengar dong. Ya ampun, memalukan sekali.

Tiba-tiba Doni melingkarkan tangannya di pinggangnya, menarik lebih dekat.

"Haish, Don. Lepas. Gue mau nugas," ujarnya mendorong Doni, namun percuma.

"Dingin kak. Gini aja ya, hangat."

"Hangat gundulmu. Badan lo panas tahu," ucap Lily, tetap memberontak. Doni justru mengeratkan pelukannya.

Lily menyerah. Akhirnya diam saja dia. Percuma juga dia berontak, tenaga Doni lebih kuat, meski dia sedang sakit sekalipun.

"Awas aja kalau gak cepat tidur," ancamnya. Doni tersenyum tipis dengan mata terpejamnya, mengangguk pelan.

"Tapi, kalau kakak pergi, gue gak jadi tidur."

"Iya iya. Dahlah. Sana tidur. Pusing gue sama lo lama-lama."

"Good night, Kak," ucapnya lirih.

"Good night gundulmu. Masih pagi gini," omel Lily. Deru napas hangat Doni terasa, di tambah kekehannya.

"Gak papa. Lagian kan kapan lagi dapat ucapan selamat malam dari cowok ganteng."

"Narsis. Dah, tidur. Ngomong mulu."

Doni meringis, menampakkan deretan giginya yang rapi. Dia mencari posisi nyamannya, hingga benar-benar tidur.

"Dasar, bocil..." kekeh Lily. Dia menguap, ternyata rebahan gini malah membuatnya ikut mengantuk juga. Akhirnya dia ikut terlelap.

---------

"Ya ampun Lily. Gak diangkat-angkat sih," decaknya. Dia menekan nomor Lily lagi, menempelkan di telinganya. Hanya ada dering tapi gak di angkat-angkat.

"Gimana, Bil. Belum diangkat juga?"

Bila menggeleng.

"Emang kenapa sih? Tumben Lily gak berangkat?"

"Sakit dia," jawab Bila.

"Hah? Tumben seorang Lily bisa sakit?" tukas Vinna tak percaya.

"Dia juga manusia kali."

Bila mendecak. Duduk di samping Vinna, rautnya buruk sekali. Jelas saja. Makalah di tangan Lily, hari ini mereka presentasi. Tapi bisa-bisanya tuh anak gak bisa di hubungi. Matilah dia. Nasibnya di ujung tanduk.

"Ke kosannya aja gimana?" tawar Vinna. Bila menggeleng lemah. Kalau saja dia tahu, udah dari tadi dia otw. Bodoh juga sih, kenapa pagi tadi pas nelpon Lily dia bisa kelupaan. Mana habis dhuhur lagi MK nya.

"Lah, terus gimana? Bil, ini demi kelangsungan nilai kita loh," ucap Vinna. Iya juga sih. Tapi gimana.

"Ck. Iya deh. Telpon aja terus. Lo juga, kirim pesan sebanyak mungkin."

Vinna mengangguk. Mengetik pesan di gawainya.

"Ck. Jangan bilang mereka lagi naena," decaknya lirih.

"Emm, kenapa Bil?"

Bila tersentak.

"E-eh, eng...gak... gak kok. Hehe," dia menggaruk kepalanya. Vinna manggut-manggut.

"Haish. Hampir saja keceplosan. Dasar mulut," rutuknya dalam hati.

---------

Panas. Doni menggeliat pelan. Keringat membanjiri wajahnya. Dia membuka matanya. Hal yang pertama di lihat adalah wajah gadis yang terlelap di depan wajahnya. Tersenyum kecil, Doni menyingkap rambut yang menutupi wajah Lily.

Dia menyingkirkan tangan Lily dari pinggangnya. Mungkin saja gadis itu tak sadar jika dirinya sudah memeluk dirinya. Doni terkekeh pelan.

Dia rasa badannya mulai enakan. Gak sepusing seperti tadi malam.

Doni mendudukkan dirinya. Terpekur sejenak. Lalu menggotong tubuh Lily, memindahkan tubuh gadis itu di sofa.

"Kecil-kecil, berat juga ya," gumamnya. Doni mengambil tissu, mengusapkannya ke dahi dan sekujur wajah Lily yang berkeringat. Lalu dia mengambil remot ac, menyalakannya.

Saat hendak beranjak ke kamar mandi, dilihatnya gawai Lily yang bergetar.

"Eoh, ada yang nelpon."

Tanpa melihat namanya, Doni langsung mengangkatnya.

"Woy! Astaga! Ya ampun, Ly. Lo kemana aja sih. Gue hubungin sampek berapa kali tuh. Sadar gak sih, kita presentasi hari ini, dodol. Makalahnya sama elo. Buruan ke kampus!"

"Emm, sory kak. Kak Lily masih tidur."

Hening.

"L-lo, suami Lily?" suara dari seberang terdengar lirih.

"Hm..."

"Hehe.. sory. Tapi tolong ya, bangunin Lily. Kita ada presentasi. Demi nilai gue, demi nilai Lily juga. Please ya?"

"Hm. Ntar deh. Gue mau mandi dulu. Badan gue keringetan. Lengket."

"Woy! Bambang. Lo habis ngapain Lily!"

Doni menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Ck. Gila, bar bar banget sih," decak Doni. Mematikan panggilan.

"Bisa-bisanya kak Lily punya temen kayak gitu. Hadeh." Doni berjalan ke meja rias, dan meletakkan ponsel disana. Memberesi laptop dan kertas-kertas yang berserakan, melipat kembali kasur lantainya. Lalu dia mengambil handuk dan ke kamar mandi.

Pasti sudah menduga, pasti di seberang sana gadis itu akan mengocehinya.

Haha, bodo amat.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
iyaa... kenapa tidak... usulyg bagus.. dan saya setuju
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
aneh critaini... nsmun asyiiik juga dibaca..
goodnovel comment avatar
Vanesha Store
koin lagi nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status