Home / Romansa / Dinikahi CEO Arogan / Bab 4 Kehilangan Sosok Ibu

Share

Bab 4 Kehilangan Sosok Ibu

Author: Kirana Senja
last update Last Updated: 2021-05-30 11:43:33

  "Aku harus apa lagi?" batin Suci. 

Sofyan tetap memeluknya. Mengusap bahu dan rambut gadis itu.

Suci terus mengeluhkan kondisinya saat ini yang sedang dirundung masalah. Ibunya sudah semakin parah, hutang bekas pengobatan terus menggunung, bahkan air mata sendunya tak mampu lagi teteskan. 

"Tenang, aku ada di sini buat kamu," kata Sofyan.

Tiba di sore hari, dia hendak pulang ke rumahnya dengan menyusuri jalan yang sama. Suci masih mengingat insiden saat menolong seorang nenek dan gadis kecil itu di sana. Ia berdiri sejenak lalu bayangan mereka begitu terngiang-ngiang, apalagi jurus silat yang ia keluarkan saat melawan para begal.

 "Berkesan juga, ya. Kok aku bisa sekuat itu? kenapa aku gak kuat ketika ibuku sakit, ya."

Suci pun melanjutkan perjalanannya sendirian. Meski berat dirasa tapi terpaksa harus ia lakukan demi kesembuhan ibunya.

 "Suci," teriak seorang wanita menghampirinya.

"Iya, Reni. Ada apa?" 

 "Barusan aku dapat kabar, kamu tahu kan ibu Shella? dia titip pesan sama aku katanya mau nagih hutang, pengennya dia minggu ini dibayar, tapi semuanya terserah kamu, deh. Aku cuma menyampaikan saja," ungkapnya.

  "Iya, pasti aku ingat. Aku mau pulang dulu, gak bisa lama-lama," pamitnya.

Batin Suci semakin terpuruk. Tapi, dia masih bisa semangat, air mata kegelisahannya sudah sirna, saat ini harus lebih tegar lagi. Dan kini dia sedang berdiri di depan rumahnya yang cukup besar itu. Rumah dua lantai hasil kerja keras orang tuanya harus dijual untuk melunasi hutangnya, sejenak ia menghela napas agar lebih tenang.

"Aku dan ibu sudah sepakat menjual rumah ini, mudah-mudahan jadi keputusan terbaik buat semuanya," gumamnya.

Dan orang yang hendak membeli rumahnya telah datang. Seorang pria dewasa turun dari mobilnya. Ia lantas melirik rumah itu, memegang pagarnya lalu memotret setiap sudut rumah tersebut. Suci keheranan, mengapa dia tak juga menyapa? padahal dirinya yang mau jual rumahnya.

Suci mendekat lalu menyapa, seraya bertanya," maaf, pak. Gimana rumah saya ini? ibu saya sudah sepakat jual rumah ini. Apa bapak keberatan dengan harga yang kami tawarkan?"

Pria itu malah menunjukkan sebuah pesan.

"Ini pesan dari ibu kamu, ini harga yang dia kasih ke saya. Gimana? kamu keberatan?"

Suci tercekat, rumah besar berlantai dua itu hanya dihargai empat ratus juta rupiah. Seolah tak percaya dengan sikap ibunya yang memberikan harga murah, padahal untuk melunasi hutang dan biaya pengobatan saja tidaklah cukup. 

 "Gak mungkin, pak! rumah saya ini lebih dari delapan ratus juta, mana mungkin ibu saya menawarkan harga murah begini?" keluhnya.

 "Kalau kamu gak mau ya sudah," sahutnya.  "Kita batalkan sekarang juga. Ingat! Pengobatan ibu kamu kan masih lanjut, belum pemulihannya, belum lagi hutang kesana kesitu. Emang kamu gak tega sama nasib? sudah gitu dulu ibu kamu nolak lamaran saya, sekarang lagi sakit baru hubungi saya buat beli rumahnya."

Suci lantas menghubungi Sofyan, teman baiknya untuk meminta bantuan. Namun, ponselnya tidak aktif, ia semakin bingung, hatinya hampir hancur, tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menyerahkan rumahnya yang besar terjual murah meriah demi pengobatan ibu. Itu pun belum bisa melunasi hutangnya yang lain.

"Suci, ibu kamu kan dosen, rekan kerja saya juga, dia juga sempat pinjam uang seratus juta untuk biaya pengobatan kankernya ke Singapore tahun lalu, jadi saya datang ke sini bukan hanya mau beli rumahnya tapi juga menagih hutang," tukas beliau.

 Karena rekan kerjanya itu sudah menerima pesan dari ibunya. Maka dengan berat hati dia harus menjual rumah itu sekarang juga.  Suci lantas membawa barang-barang miliknya dan milik ibunya. Lalu, ia pergi ke sebuah kontrakan di dekat rumah sakit tempat ibunya dirawat. Dan kini menjadi gadis miskin harus ia hadapi.

Uang hasil menjual rumah itu dia transfer ke rumah sakit, lalu ke orang yang sempat menagih hutangnya. Kekalutan hatinya belum selesai ketika mengingat sisa hutangnya belum lunas. Masih ada yang harus ia bayar namun itu semua belum cukup. 

Setelah menyelesaikan satu persatu masalahnya, kemudian ia menemui ibunya yang masih terkapar di ruang ICU. Betapa paniknya ketika mendapati beberapa orang perawat dan dokter sedang mengerumuni ibunya. 

Matanya mendelik, seraya bergumam," ada apa ini?"

Suci lantas masuk ke ruang tersebut. Dengan kepanikan melanda dan air mata yang tak terbendung lagi, ia berteriak memanggil ibunya. Beliau sudah tak sadarkan diri, kembang kempis dadanya sudah tak tampak lagi. Rekaman detak jantungnya sudah melurus, selang oksigen sudah tak terpasang lagi, infusan tak lagi menetes.

Beliau sudah pucat pasi. Mulutnya agak terbuka, ketika disentuhnya kulit yang mulai keriput itu sudah dingin. Ibu Kana sudah tak berekspresi lagi. Lalu seorang perawat menutupnya dengan kain putih.

"Ibu," lirih Suci sembari menangis di pangkuan wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini. 

Kini dia hanya hidup sebatang kara. Rasa resah dan gelisah melanda ketika harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya telah kehilangan rasa bahagia dan cerianya. Rumahnya yang besar harus dijual, uang sisanya hanya cukup untuk menghidupinya satu bulan ke depan. Hutang bekas pengobatan belum bisa ia lunasi. 

Suci bukan tipe orang yang mudah bergantung pada orang lain. Ia hanya tak mau merepotkan atau menjadi beban bagi yang lain. Ketika mengantarkan jenazah ibunya saja dia hanya mendapati sebuah lahan kosong sumbangan warga untuk menguburkan ibunya. 

Air matanya kembali menetes. Lalu seulas senyuman di bibirnya terlukis bahwa ia sudah ikhlas atas kepergian ibunya. Batu nisan itu ia sentuh yang bertuliskan 'Kana Kayla'. Dan seraya berkata," ibu yang tenang di sana. Jangan khawatir, Suci pasti bisa berjuang, aku pasti bakal rindu sama ibu. Suci pulang dulu, bu. Pasti aku tengok lagi ke sini."

Ia hendak pulang sembari membawa luka yang amat dalam. Air mata pilunya tak terbendung lagi.

"Selama beberapa tahun aku hidup susah dengan ibu, dan kini aku mungkin lebih sudah lagi. Apa? belum tentu, ada Tuhan yang mau menolongku," batin Suci. 

Setelah kematian ibunya, Suci menikmati kehidupannya sendiri, ia melakukan dua macam pekerjaan sekaligus demi melunasi sisa hutangnya yang masih menggunung. Pagi hari dia pergi mengajar dan menjelang sore hingga malam ia bekerja di salah satu restoran sebagai juru masak.

Semua itu ia lakukan demi melupakan kesedihannya. Teman yang selalu ada untuknya saat ini sedang sibuk untuk mengungkap kasus kejahatan yang sulit terbongkar, sehingga tak bisa lagi ia hubungi seenaknya. 

 "Suci," sapa seorang wanita yang menghampiri. "Ada pesanan nasi kotak sebanyak dua ratus buah, tolong siapkan ya, kebetulan pekerja yang lain lagi sakit, dia belum bisa kerja. Untuk sementara kamu saja dulu yang kerjakan."

"Dua ratus, ya. iya boleh, bu. Saya kerjakan sekarang juga," sahutnya.

Ketika hendak melipat kertas nasi dan kotaknya. Suci teringat pada seorang pria tampan dan arogan yang sudah merobek berkas penting saat di rumah sakit. Berusaha untuk melupakan namun bayangan itu terngiang-ngiang dalam pikirannya.

    "Aku akan cari orang itu sampai dapat, awas kamu, Andhika!"

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 59. Menggenggam Takdir

    "Jujur saja kamu mau menyingkirkan Suci dari hidup saya," ucap Andhika. "Sayangnya, gagal!""Aaarrrghhh!" Indah berteriak. Dokter itu menutup telinganya sambil terisak-isak. "Kamu gak pernah menghargai cinta aku, Andhika!""Karena demi cinta kamu menghalalkan segala cara. Padahal masih ada pria lain yang mau menikahi kamu. Sayangnya, rencana kamu untuk menghancurkan rumah tangga saya sudah gagal. Saya terlanjur mencintai Suci," terang Andhika. "Yang kamu lakukan itu menyakitkan, saya gak pernah menyakiti kamu.""Mungkin bagi dokter Indah sangat menyakitkan, tapi waktu saya tertimpa gosip perselingkuhan itu memang benar-benar mengecewakan, perilaku kamu gak bisa dimaafkan, Indah," tegas Sofyan.Sofyan mengeluarkan sebuah borgol di hadapan Indah . Pemandangan itu tentunya membuat Indah sesak nafas dan panik."Sekarang saya tanya, apa kamu pelaku penusukan sewaktu di Monas?" Tanya Andhika. "Apa buktinya kalau aku pelakunya?" Tanya Indah."Waktu saya lap sepatu kamu dengan tissue. Saya

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 58. Biang Keladi Tersebarnya Gosip

    "Perlu kamu ingat, jangan sekali-kali lagi kamu sebarkan gosip mengenai saya dan istri. Akhir-akhir ini saya mendapat musibah, kenapa kamu gak sebarkan saja beritanya, biar semua orang tahu kalau orang jahat berkeliaran di sekitar," ucap Andhika. Andhika tampaknya tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Revi. Ia menghindar dari pertemuan itu sampai Indah menyusulnya. "Katanya mau ketemuan, tapi malah kabur," protes Sofyan. "Sorry, saya harus tugas sekarang," pamit Revi. Kemudian, staf khusus kantor muncul. Seorang pria tampak geram berhadapan dengan Revi. Ia berkata," Saya sudah mendengar percakapan kamu sama dia. Revi, sejak kapan kamu jadi MC di infotainment? Acara apaan itu?" Lantas, Sofyan menunjukkan sebuah borgol besi di hadapan gadis itu dan berkata," Anda tahanan kami." Revi melunglai, dia duduk dahulu di sofa dan mulai terisak-isak. "Kenapa? Apa ada peran lain di belakang kamu? Kalau masih menutupi kasus terpaksa saya akan laporkan kamu ke pengadilan, bisa dikenai hu

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 57. Bersikap Dingin

    "Kan ada aku, Mas? Aku istri kamu," ucap Suci. "Aku yang lebih berhak melayani kamu. Selama jadi istri ya aku yang harusnya layani suami.""Maaf, aku lagi gak butuh kamu," tukas Andhika. Tiga hari kemudian, Andhika pulang ke rumah. Tidak ada senyum yang tersungging di wajahnya kecuali kepada sang gadis kecilnya."Mana anak Papa?" "Ini, Papa," sahut Putri. Meskipun dalam kondisi belum pulih, Andhika tetap menggendong gadis kecilnya."Mas, hati-hati," pinta Suci."Pa, Mama bilang hati-hati tapi kok diem aja?" Tanya Putri. "Lagi berantem, ya?""Enggak, Sayangku. Malam ini kamu tidur temenin Papa ya, biar ada teman ngobrol, udah lama Papa gak masuk ke dunia kamu," ucapnya. Andhika lantas mengajak Putri ke kamarnya.Sementara itu, Suci menyambangi dapur, menyiapkan masakan untuk keluarganya. Ketika, mengiris sayuran, tiba-tiba mertuanya menyapa. "Suci, kamu masak buat kapan?" Tanya Pak Adi."Makan malam nanti, aku mau buatkan makanan yang enak buat keluarga, anggap saja ini perayaan ke

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 56. Mengamati Jejak

    Suci memeluk Sofyan dengan erat sambil terisak-isak. "Makasih sudah menolong Mas Andhika, ya? Kalau gak ada kamu, aku gak tahu harus minta tolong ke siapa," ucapnya. Sofyan melepas pelukan itu. Lalu menyeka air mata Suci. "Kamu udah cinta sama Andhika, ya? Syukurlah kalau begitu, pertahanan rumah tangganya ya, jangan cerai," pinta Sofyan. "Aku pergi dulu." Tak berselang lama, muncul Ibu Marlina dan Pak Adi. Kepanikan terjadi bahkan ibu kandung Andhika itu meraung-raung di depan ruang rawat. "Gimana kronologisnya?" Tanya Pak Adi. "Anak saya jadi begini, korban kriminal yang tidak tahu diri." "Saya sedang berusaha mencari pelakunya," sahut Sofyan. "Mohon doanya ya, biar kasusnya cepat selesai." "Apa semua ini gara-gara kamu, Suci! Anak saya stress karena berita kamu sama detektif ini, kalau terbukti berselingkuh silahkan kalian hengkang dari kehidupan kami!" Tegas Ibu Marlina. "Suci tidak bersalah apapun," sangkal Sofyan. "Ada pihak lain." "Pokoknya saya lagi gak mau baikan sam

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 55. Orang Asing Pelaku Kriminal

    "Terus, siasat kamu ke depannya mau apa?" Tanya Indah. "Kalau bisa libatkan aku juga ya biar bisa bantu kamu." Andhika tersenyum tipis. Ia menyambangi ruang tamu kemudian duduk di sofa. "Kamu bisa duduk di depan saya?" Tanya Andhika. Indah menuruti apa kata Andhika. Gadis itu tampak pasrah saja. "Saya sudah melaporkan kasus ini ke pihak berwajib, tinggal mencari orangnya, siapa dalang di balik menyebarnya gosip. Reporter itu yang harus kami usut," ucap Andhika. Wajah Indah memerah, mulutnya tampak gemetaran. "Kenapa? Kamu panik?" Tanya Andhika. Ia lantas ke dapur dan kembali lagi sambil menenteng air hangat. Air hangat itu dia berikan pada Indah dan berkata," Ini buat kamu biar gak panik." Indah tercekat, melihat segelas air hangat yang masih beruap, apalagi Andhika yang tampan yang menyodorkan segelas air itu. "Kamu gak pernah lupa memperhatikan aku," ucap Indah. Lalu, dia menerima segelas air hangat dan diteguk sampai habis. Indah berurai air mata. Bulir bening itu sem

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 54. Kasus Semakin Rumit

    "Suci, bisa saya jelaskan dulu, itu cuma gosip," ucap Andhika. "Iya itu cuma gosip. Pastinya kamu lebih memilih menyelamatkan nama baik keluarga dibanding aku. Selama ini aku cuma jadi korban," keluh Suci. Ia mulai terisak-isak. Kemudian, Sofyan menghadap Suci yang sedang menyeka air matanya. Seraya memberikan selembar tissue dan berkata," Dari tangisnya, saya bisa menebak kamu membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Kasus ini bisa selesai dalam waktu satu atau dua bulan ke depan, saya akan berjuang demi kamu." Mungkin, jika Suci belum menjadi istri orang lain, pasti sudah memeluk Sofyan. "Aku masih bisa menghadapi ini, makasih tawarannya, kamu gak perlu berjuang demi aku. Karena Mas Andhika sudah berjuang lebih dulu," ucap Suci. "Dengar itu, Pak Andhika," tegas Sofyan. Istri Anda ternyata sudah membela mati-matian. Sayangnya, Anda kurang tahu diri. Ingat! Kasus ini semakin rumit, mungkin saja butuh waktu untuk menemukan titik terangnya." "Saya bisa mencari detektif yang lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status