Share

Bab 8 Lihat Aku

“Perhatikan ke mana mata kalian memandang,” ucap Zavian.    

Setelahnya, tidak ada yang melihat ke arah mereka, meski beberapa masih mencuri-curi pandang ke arah meja mereka.

“Makan makananmu dengan tenang dan jangan pedulikan mereka,” ucap Zavian lembut. Sementara Elive hanya mengangguk kecil.

Bagaimana bisa Elive bersikap tenang dan biasa saja saat yang tengah makan bersamanya adalah eksekutif muda, baru, dan keturunan langsung pemilik Lee Corporation. Siapa pun pasti mendambakan hal itu. Duduk satu meja dengan pria yang diimpikan semua orang.

Namun, bukannya bangga, Elive justru takut. Ia takut kejadian hari ini akan menjadi rumor yang membuat keberadaan dan keselamatannya terancam. Ia tidak mau mengambil masalah di tempat kerja dan berita ini pasti akan keluar dengan cepat kalau sampai ada yang menuliskannya di internet.

Setelah melewati makan siang yang begitu menegangkan dan tidak habis, Elive memilih berpamitan lebih dulu kepada Zavian dan sekretarisnya. Gadis itu membungkuk sopan dan segera mengembalikan mangkuk makanannya sebelum berjalan cepat menuju ruangannya.

Gadis itu berbelok saat melihat beberapa gadis yang makan siang di kantin yang sama dengannya tadi. Elive akhirnya menuju taman yang ada di lantai tersebut. menghirup udara segar, berharap pikirannya dapat dijernihkan kembali.

Memejamkan mata, Elive menikmati angin yag menerpa wajahnya.

“Apa di sini menyenangkan?”

Suara tersebut membuyarkan kegiatan Elive. Gadis itu mundur dua langkah saat melihat Zavian berdiri di sampingya dengan wajah datar miliknya.

“Tuan Zavian, Anda di sini. Ah, iya, benar, suasana di sini menyenangkan dan udaranya segar,” jawab Elive setengah guggup. Ia tidak berani memandang Zavian dan memilih mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

“Maaf kalau makan siangmu jadi terganggu,” ucap Zavian tulus.

“Tidak, terima kasih karena sudah memberikan saya tempat duduk,” jawab Elive.

Zavian kembali diam dan hanya memperhatikan wajah Elive. Pria itu menikmati tiap ekspresi yang diberikan Elive. Dari cara gadis itu menatapnya, menautkan dua alisnya, hingga warna pipinya yang sesekali merona. Zavian terhipnotis dengan pesona gadis di sampingnya itu dan ia rela menghabiskan banyak waktu hanya untuk memandangi Elive.

“Tuan, maaf, saya harus segera kembali ke ruangan,” ucap Elive setelah melihat jam di pergelangan tangannya.

Zavian yang menyadari hal itu, ikut melirik ke arah arloji mahal yang ada di tanganya. Jam istirahat memang sudah selesai dan entah mengapa Zavian tidak suka. Ia masih ingin bersama Elive dan melewati lebih banyak waktu dengan gadis itu.

Menghela napas panjang, Zavian mengangguk kecil, mempersilakan Elive untuk kembali ke ruangannya.

Elive langsung beranjak dari tempatnya namun langkahnya tiba-tiba berhenti begitu mendengar kalimat yang Zavian sampaikan, “Elive bisakah kau percaya padaku?”

Elive menoleh, menatap pada atasannya tersebut dengan pandangan yang sulit diartikan. Gadis itu masih tidak menjawab dan akhirnya memilih membungkuk singkat, lantas melanjutkan perjalanannya yang tertunda untuk kembali ke ruangannya.

Begitu tiba di ruangannya, Elive mencoba fokus dengan pekerjaannya. Namun, pertanyaan Zavian mengusik isi kepalanya. Ia tidak ingin mempercayai apa pun, sebab khawatir bahwa kepercayaaan dan harapannya hanya akan dipatahkan. Gadis itu sendiri belum tahu dengan niat Zavian mendekatinya. Apa benar maksud Zavian mendekatinya karena menyukainya.

Elive tidak bisa dengan mudah mempercayai hal itu karena menurutnya tidak ada perasaan yang tumbuh secepat itu. Menurutnya, Zavian hanya penasaran dengan dirinya. Ditamba rasa bersalah dan berhutang budi sebab ia sudah menyelamatkan keponakannya.

Perasaan yang Zavian sampaikan kepadanya tentang perasaan yang tulus belum bisa Elive terima. Bagaimana seorang Zavian Lee menyukai gadis biasa-biasa saja sepertinya. Pria itu pasti memiliki maksud lain yang tidak Elive ketahui.

Menggeleng kecil, Elive memilih kembali fokus dengan map di tangannya. Mengabaikan tebakan-tebakan yang muncul di kepalanya tentang Zavian. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa sesekali Elive merasa hangat dan malu saat diperlakukan begitu manis oleh Zavian. Lagipula, siapa yan tidak akan luluh pada pria sesempurna Zavian?

***

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa sadar jam kerja telah berakhir. Dengan semangat, Elive memasukkan barang-barangnya, membayangkan kasur di rumahya. Besok akhir pekan, jadi Elive bisa bersantai sembari menonton serial kesukaannya. Berbelanja ke supermarket dan berjalan-jalan ke taman saat sore.

Membayangkannya membuat Elive tersenyum senang. Minggu lalu cukup padat dan menguras isi kepalanya, sehingga gadis itu ingin menikmati liburannya akhir pekan ini. Ia benar-benar berharap tidak ada hal yag mengganggunya seperti tiba-tiba diminta mengirim laporan mingguan atau yang lainnya.

Begitu hendak keluar dari kantor, Elive dikejutkan dengan teriakkan tiba-tiba dari ujung koridor.

“Kakak Cantik!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status