Share

Bab 7 Apa-apaan

“Ada yang mengganggu pikiranmu?” tanya Jully.       

Zavian menatap kakaknya denga pandagan heran. Bagaimana perempuan di sampingnya bisa menebak sesuatu yang belum ia sampaikan sama sekali.

Zavian mulai bertanya-tanya, membentuk kemungkinan bila kepekaan Yuan menurun dari kakaknya.

“Ditanya malah bengong. Ada apa?” Jully kembali bersuara.

Setelah mengela napas panjang, Zavian mulai menceritakan kejadian saat ia bertemu Elive untuk pertamakalinya. Meski Jully sempat marah karena mengetahui putranya hampir tertabrak dan Zavian tidak tahu, Jully kembali mendengarkan cerita adiknya hingga selesai.

Tanpa menjeda, Jully membiarkan Zavian menyampaikan perasaannya. Sebab, selama ini, adiknya lebih banyak diam dan menyembunyikan perasaannya sendiri. Jadi, mendengar Zavian bercerita tanpa diminta membuat Jully bahagia.

“Jadi, kamu benar-benar menyukai gadis itu?” tanya Jully setelah Zavian menyelesaikan kalimatnya.

Begitu adiknya mengangguk, perempuan berambut sebahu tersebut segera memeluk Zavian dengan erat. Jully merasa bahagia sebab adiknya merasakan hal lain selain hampa dan kekosonga karena terlalu banyak bekerja.

Bagi Jully, Zavian tetap adik kecilnya yang selalu butuh bimbingan. Meski saat ini usia Zavian sudah kepala tiga, Jully tetap memberikan ruang khusus dan membiarka Zavian menjadi seorang adik.

Jully tahu persis bahwa adiknya lebih banyak diam dan menyimpan perasaannya sendiri. Zavian bahkan  tidak memiliki waktu untuk mengurus kisah cintanya. Oleh karena itu, mendengar Zavian jujur kepadanya dengan mengatakan bahwa ia tengah mencintai seorang gadis bernama Elive, Jully menghela napas lega, sebab adiknya kini tidak diam.

“Kamu harus membuktikan kepada gadis itu kalau kamu benar-benar menyukainya. Tunjukkan ketulusan hatimu agar dia paham. Dia pasti begitu terkejut karena seseorang yang dirinya umpati adalah bosnya dan belum lagi, mendapat pernyataan cinta secara tiba-tiba sangat mengejutkan, tahu. Kamu harus siap kalau tiba-tiba besok dia menjauhimu,” kekeh Jully.

“Aku akan membuatnya dekat denganku selalu,” jawa Zavian mantap.

Jully tertawa kecil mendengar jawaban adiknya. Sifat ambisius pria itu tetap tinggal bahkan untuk urusan perempuan. Meskipun begitu, Jully akan selalu mendukung keputusan adiknya selama itu membuat saudaranya bahagia.

“Kejar dan buktikan karena sesekali, kamu harus mementingkan dirimu sendiri juga,” ucap Jully sembari mengusap kepala adiknya.

Zavian menatap kakak perempuanya dengan pandangan penuh rasa terima kasih. Selama ini hanya Jully yang mengenalna dengan baik. Hanya Jully yang menganggapnya sebagai Zavian, bukan orang lain. Maka, pria itu bertekad untuk membuat Elive percaya kepadanya.

“Aku akan membuatnya percaya padaku.”

***

Elive mengunci pintu tempat tinggalnya namun langkahnya mendadak terhenti karena terkejut dengan kedatangan Zavian yang saat ini tengah berdiri di depan mobilnya sembari melipat tangan.

Masih dengan kening berkerut, Elive mendekati atasannya tersebut. menyapa sebentar sembari menanyakan keperluan bos besarnya sudah ada di depan rumahnya pada pukul tujuh pagi. Sampai jawaban Zavian membuat Elive terkejut.

Dengan santai, pria itu mengatakan sedang menjemput Elive untuk berangkat bersama. Mencoba menolak, tapi Zavian tidak mendengarkan. Pria itu justru membuka pintu mobil dan meminta Elive untuk segera masuk.

Menghela napas panjang, Elive akhirnya masuk ke dalam kendaraan roda empat tersebut dan segera memasang sabuk pengaman. Membiarkan Zavian melajukan mobilnya meski tidak ada percakapan apa pun diantara keduanya. Bahkan setelah sampai di kantor, Elive tidak mengatakan apa pun selain ucapan terima kasih yang dibalas angukkan pria itu.

Elive segera menuju ruangannya dan menghela napas lega saat menyadari tidak ada siapa pun yang melihatnya berangkat besama Zavian. Sebab, jika ada yang melihat merea, sudah dipastikan ia akan menjadi gosip di kantornya dan Elive tidak mau hal itu terjadi.

“Eli, selamat pagi!” sapa Hana yang langsung dibalas senyuman oleh Elive.

“Hari ini ada presentasi, bukan? Semangat, Bos!”

Elive tersenyum simpul kemudian mengangguk kecil. Ia sampai lupa kalau hari ini harus presentasi karena perlakuan Zavian yang mengejutkannya. Maka, dengan segera Elive mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipresentasikannya. Gadis itu begitu serius dan segera menuju ruang rapat setelah waktu menunjukkan pukul sembilan.

Duduk di saahsatu kursi yang disediakan, Elive sedikit gugup karena ini pertamakalinya ia presentasi di depan eksekutif baru. Meskipun hanya presentasi laporan dan perencanaan, ia belum tahu bagaimana Zavian ketika bekerja. Namun, jika melihat prestasi pria itu, dipastikan bahwa Zavian adalah orang yang sangat ketat.

Setelah Zavian masuk, satu-persatu kepala tim menyampaikan hasil pekerjaan dan perencanaan mereka hingga tiba giliran Elive.

Gadis tu berdeham sebentar, berdiri, kemudian menyapa siapa pun yang ada di ruangan tersebut sebelum menyampaikan hasil laporan kerja selama satu bulan terakhir.

Elive menyampaikan dengan penuh percaya diri dan pengucapan yang agus. Siapa pun dibuat hanya fokus dengan gadis itu, termasuk Zavian. Elive menyampaikan satu demi satu rencana yang timnya buat untuk produk terbaru tahun depan. Gadis itu positif bahwa produk miliknya akan diterima dengan berbagai alasan yang sudah dikemukakan.

Elive menyampaikan dampak, keuntungan, dan kemungkinan hasil bersih yang bisa didapatkan perusahaan. Hal itu jelas membuat kagum siapa pun yang mendengarnya. Mereka paham betul bahwa Elive menjadi kepala tim produksi bukan tanpa alasan. Gadis itu memiliki pemikiran yang tajam dan kedepan. Ia selalu memiliki inovasi baru dan sangat loyal terhadap perusahaan.

Rapat berlangsung selama tiga jam dan mereka segera keluar setelah Zavian mengatakan rapat selesai.

Elive sendiri ikut beranjak karena perutnya sudah sangat lapar. Presentasi dan rapat membuat tenaganya berkurang lebih banyak dan Elive butuh asupan untuk menanbah energinya.

Gadis itu menuju ruangannya terlebih dahulu untuk meletakkan berkas yang tadi dibawanya sebelum ke kamar mandi untuk mencuci wajah. Ia menghela napas, merasa lega karena pekerjaannya sudah usai separuh. Tinggal menunggu keputusan Zavian tentang produk yang ia tawarkan.

Keluar dari kamar mandi, Elive segera menuju kantin karena perutya sudah tidak bisa diajak berkompromi. Gadis itu memesan makanan dan mencari tempat duduk namun tidak ada kursi yang kosong hingga seseorang memanggilnya dan mengajaknya untuk duduk bersama.

Elive terkejut mendapati sekretaris Zavan memanggilnya. Gadis itu mengangguk kecil dan berusaha menolak namun tatapan mata Zavian membuat Elive mengurungkan niatnya.

Gadis itu duduk di hadapan Zavian dengan canggung, terlebih saat para karyawan terang-terangan berbisik ke arahnya. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian seperti sekarang. Akhirnya, Elive hanya bisa menunduk dalam, menghindari tatapan mencibir para karyawan.

Zavian yang melihat Elive tidak nyaman segera menatap para karyawan dengan sorot dinginnya.

“Perhatikan ke mana mata kalian memandang,” ucap Zavian.        

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status