Share

Bos Kampret

Author: Nona Ekha
last update Last Updated: 2022-09-16 02:17:33

Sejak kejadian itu, Embun kerap kali datang ke ruangan Gio. Entah apa maksud pria itu, tapi yang Embun tangkap, Gio selalu bersikap manis padanya ketika ada wanita yang datang ke ruangannya.

Sebenarnya Embun ingin sekali bertanya, tapi ketika dia ingin membuka mulut, suaranya tiba-tiba saja tercekat, hal itu karena wajah Gio yang menurutnya begitu sangar.

Seperti sekarang contohnya, saat ini wanita itu sudah berada di ruangan bosnya, dia tidak sendiri, di ruangan itu ada seorang wanita cantik yang Embun tidak tahu siapa namanya.

'Sebenarnya Pak Gio manggil aku ke sini terus, tujuannya buat apa sih, terus kenapa banyak banget wanita-wanita datang ke sini, apa mereka itu pacar-pacar Pak Gio? Kalau memang iya, wah parah banget tuh dia,' gerutu Embun dalam hati.

"Kamu siapanya Gio? Kenapa kamu ada di ruangan Gio?"

Embun menatap wanita itu sambil tersenyum kikuk. Sepertinya wanita itu kesulitan untuk menjawab.

"Oh, saya--"

"Oh, aku tahu kalau kamu itu office girl. Terus kenapa kamu nggak kerja? Malah duduk santai di situ, kamu nggak takut kalau bos kamu ngelihat?" tanya wanita itu galak.

"I-iya, ini saya juga mau kerja, Mbak," kata Embun, wajahnya mendadak pias ketika mendengar nama Gio disebut-sebut.

"Ehem-ehem!"

Embun dan wanita itu langsung menoleh ke arah sumber suara. Embun langsung cepat-cepat menundukkan kepalanya ketika melihat Gio tengah berdiri di ambang pintu.

"Akhirnya kamu datang juga, Gio." Suara wanita itu yang tadinya galak berubah menjadi lembut.

Wanita itu langsung menghampiri Gio, ketika ingin memegang tangan Gio, Gio segera pergi dari wanita itu. Pria itu menatap Embun cukup lama.

Wanita itu tampak kesal karena Gio selalu melihat ke arah Embun, tiba-tiba saja dia tersenyum licik.

"Gio, kamu tahu nggak, office girl ini tadi bertindak kurang ajar. Bukannya kerja dia malah duduk santai di sofa itu," adu wanita itu dengan suara manjanya.

Kali ini Gio menatap wanita itu, membuat wanita itu salah tingkah.

"Siapa kau?"

"Oh ya, perkenalkan namaku Siska," kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Gio.

Bukannya membalas uluran tangan tersebut, Gio malah duduk di kursi kebesarannya.

"Biar aku tebak, pasti kamu disuruh mamaku untuk datang ke sini."

Wanita itu diam saja, membuat dugaan Gio semakin kuat.

"Asal kamu tahu, bukan hanya kamu saja yang sudah datang ke sini, dalam seminggu ini mungkin sudah ada puluhan wanita, dan lagi-lagi mamaku yang menyuruhnya. Apa kamu pikir kali ini aku akan luluh? Kamu lihat siapa wanita yang sedang berdiri di sampingku?"

Wanita yang bernama Siska itu menoleh ke arah Embun, tatapannya begitu sinis.

'Pasti dia juga lagi mau ngerayu Gio,' batin wanita itu, tampak kesal.

"Dia office girl, pasti dia udah goda kamu, kan?" tanya wanita itu sinis.

Gio menggeleng. "Kamu salah kalau menganggap dia seperti itu. Oke, baiklah, aku tidak suka berbasa-basi, perkenalkan nama dia Embun. Dia adalah kekasihku."

Mata Embun membelalak. Jelas saja dia terkejut dengan penuturan Gio.

'Apa? Kekasih katanya? Kenapa dia jadi halu gini sih. Hei, Mbak! Jangan percaya sama dia, kalau cuma berdua aja, dia itu nyeremin banget.'

"Oh ya satu lagi, dia sama sekali tidak seperti yang kamu kira. Dia berbeda dari wanita lain. Jika wanita lain berusaha keras menggodaku, dia tidak, itulah yang membuatku tertarik dengannya," jelas pria itu lagi.

"Oh, Ya Tuhan. Kamu jatuh cinta dengan orang rendahan seperti dia?" tanya Siska tak percaya.

Embun mengepalkan tangannya, seandainya saja Gio tidak ada, pastinya dia akan memberikan omelan pada wanita itu.

"Sayang, kamu tidak marah dengan ucapannya barusan? Dia baru aja menghina kamu loh," tanya Gio.

Percayalah, jika wanita lain diperlakukan seperti itu, pastinya akan meleleh, pasti mereka akan berpikir jika sikap Gio benar-benar sungguhan. Sayangnya pemikiran Embun tidak seperti itu, yang ada wanita itu malah bergidik ngeri.

Embun terkejut ketika ditarik paksa oleh Gio, kini wanita itu sudah berada dipangkuan Gio. Wanita itu meringis ketika Gio mencubit pinggangnya.

"Kamu tidak marah?" tanya pria itu dengan suara lembut.

'Haduh, bos kampret! ucapan sama tindakan kenapa jauh banget bedanya,' keluh wanita itu dalam hati.

"Jelas aja marah," cicit Embun.

"Tuh, kamu dengar sendiri, kan? Kekasihku tidak suka kamu berbicara seperti itu. Sebaiknya kamu pergi saja dari sini, aku tidak suka melihat wajah sedihnya," usir Gio.

"Tapi--"

"Kamu nggak tuli, kan?"

Siska mengepalkan tangannya, tanpa berkata-kata wanita itu langsung pergi dari ruangan Gio.

Embun yang melihat pintu sudah tertutup, dia langsung bergegas berdiri sebelum Gio mendorong tubuhnya seperti kemarin.

"Aku nggak suka dengan wanita yang sedang ditindas tapi diam aja," ujar pria itu dingin.

"Bapak bicara dengan saya?"

Gio mendelik tajam. "Menurut kamu? Udah sana keluar!" usir pria itu.

Embun memutar bola matanya malas, selalu saja seperti ini. Dia dibutuhkan ketika ada perlu, kemudian dibuang ketika sudah tidak penting.

"Maaf sebelumnya ya, Pak. Saya mau bertanya boleh?" tanya wanita itu takut-takut.

"Nggak boleh!"

'Waduh, langsung dikasih ulti dong,' keluh wanita itu dalam hati.

"Saya mau tanya kenapa Bapak selalu panggil saya ke sini ketika ada seorang wanita masuk ke ruangan Anda?"

'Halah, bodo amat. Mau nggak diizinkan bertanya tapi memang aku harus menanyakannya. Dia dapat untung, harusnya aku juga dapat dong.'

Gio tak menjawab pertanyaan Embun, pria itu malah sibuk berkutat dengan komputernya.

Sudah lama Embun menunggu jawaban dari Gio, tapi tetap saja Gio tidak mau membuka suara.

'Yaelah, malah dikacangin. Mana kaki pegal karena kelamaan berdiri.' Lagi-lagi Embun mengeluh.

"Pak?" panggil Embun.

"Kamu tidak dengar? Dari tadi aku sudah menyuruhmu untuk pergi, kenapa masih jadi patung di situ?" tanya pria itu sinis.

"Tapi, Pak. Tadi saya bertanya pada Anda loh, kenapa tidak dijawab?"

"Loh, bukannya udah kubilang kalau nggak boleh bertanya? Memang pertanyaan kamu itu penting?"

Embun mengangguk dengan cepat. "Iya, Pak. Ini sangat penting."

"Lebih penting mana, pertanyaanmu atau meeting dengan klien?"

Sial! Embun langsung terdiam. Menurutnya pertanyaan Gio begitu menohoknya.

"Sekarang kamu boleh keluar."

"Tapi--"

"Masih ingin bertanya masalah tidak penting?"

Embun menghela napas panjang, dia menggeleng dengan cepat.

"Nggak, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Baru saja Embun membuka pintu, tiba-tiba saja dia dikejutkan seorang wanita paruh baya.

Wanita paruh baya itu menatap Embun dari atas sampai bawah, hal itu jelas saja membuat Embun merasa tak nyaman. Karena tak ingin berlama-lama lagi di tempat itu, akhirnya Embun memutuskan untuk langsung pergi saja tanpa menyapa wanita itu. Menurut Embun, dari tatapannya saja sudah memperlihatkan kalau wanita itu tidak suka padanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi CEO Galak   Ya udah Ayo! Aku Kasih Jatah

    Bahagia! Itu adalah gambaran sempurna untuk keluarga Gio.Ya, saat ini mereka tengah dikaruniai seorang putri yang begitu cantik, ditambah lagi saat ini sang istri sedang hamil anak kedua, kandungannya sudah berumur tujuh bulan, yang kabarnya anak itu berjenis kelamin laki-laki.Jelas saja kebahagiaan itu semakin lengkap untuk Gio maupun Embun."Dan pada akhirnya si Cinderella pun bahagia dengan pasangannya."Alea menatap ayahnya dengan raut wajah bingung."Kok ceritanya beda kayak yang diceritakan oleh bunda, Yah?" protes anak itu.Pipi Alea menggembung, membuat Gio gemas, dan pada akhirnya dia mencubit kedua pipi Alea itu dengan pelan."Itu kan versi bunda, kalau versi Ayah ya beda dong. Alea kenapa belum tidur? Ayah udah baca dongeng dari tadi loh.""Masih belum ngantuk, Yah. Biasanya kalau bunda yang bacain dongeng, Alea langsung tidur. Tapi kalau sama Ayah kok nggak ya?" tanya anak itu dengan raut wajah bingungnya.Ya bagaimana Alea bisa mau tidur, Gio saja menceritakannya tidak

  • Dinikahi CEO Galak   Kebiri Aja!

    Embun menangis begitu kencang ketika mendengar penuturan dari suaminya. Ya, Gio mengatakan bahwa saat ini dirinya tengah hamil.Awalnya wanita itu tidak percaya dengan ucapan Gio, karena dokter sudah memvonisnya akan susah hamil akibat kecelakaan itu.Namun, keraguan itu seketika sirna karena Gio membawa bukti yang diberikan oleh dokter itu, dan langsung Gio memberikannya pada Embun. Dari situlah baru Embu percaya kalau saat ini tengah ada janin di dalam perutnya."Sayang, udah, jangan nangis terus," tegur Gio sambil mengusap-usap punggung wanita itu secara perlahan."Ini benar-benar nggak mungkin, Mas. Bagaimana bisa aku ... hamil? Sedangkan--""Ssstttt." Gio menempelkan jari telunjuknya di bibir wanita itu. "Nggak ada yang nggak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak, Sayang. Ini adalah takdir kita. Tuhan masih memberikan kepercayaannya pada kita untuk merawat bayi ini. Mungkin waktu itu kita masih belum dikasih kepercayaan karena kita masih belum dewasa, kita masih sama-sama egois.

  • Dinikahi CEO Galak   Tadi Gio Bilang Apa?

    Berkali-kali Gio menciumi telapak tangan Embun. Perasaannya benar-benar campur aduk, tak karuan. Ada rasa khawatir, cemas, emosi dan juga bahagia. Karena perlakuan Gio, membuat Embun dengan perlahan membuka kedua matanya.Kepalanya masih terasa sakit, maka dari itu dia ingin kembali memejamkan matanya, akan tetapi karena ada yang terus menciumi tangannya, pada akhirnya dia mengurungkan niatnya."Mas," panggil wanita itu lirih."Sayang, kamu udah bangun?" tanya pria itu dengan cepat. "Gimana? Apa yang sedang kamu rasakan? Apa ada bagian yang sakit di area tubuhmu?" Pertanyaan beruntun Gio membuat Embun tersenyum tipis.Wanita itu menggeleng pelan. "Nggak ada, Mas. Aku cuma pusing aja, sama lemas juga sih sebenernya," beritahu wanita itu.Embun menatap sekitar, dahinya mengernyit heran karena baru menyadari kalau dia tidak berada di dalam kamarnya, melainkan ruangan yang begitu asing, menurutnya."Kita lagi di mana, Mas?" tanya wanita itu dengan kening berkerut.Gio mendengkus keras. "

  • Dinikahi CEO Galak   Siapa Dia?

    Langkah Gio begitu tergesa-gesa. Terlihat begitu jelas raut wajahnya tampak cemas.Tadi, ketika Embun yang menghubunginya, ternyata yang Gio dengar bukan suara istrinya, melainkan suara orang lain, yang lebih parahnya lagi adalah suara seorang pria.Marah? Tentu saja! Siapa yang begitu berani meneleponnya mengunakan nomor istrinya? Bukan itu poin pentingnya, melainkan kenapa ponsel istrinya bisa di tangan orang lain? Terlebih lagi seorang pria."Ha-halo."Mata Gio membulat ketika bukan suara istrinya yang terdengar."Siapa kamu? Kenapa ponsel istriku bisa di tanganmu? Mana istriku?" sentak pria itu cepat."Ma-maaf. Aku akan menjelaskannya nanti--""Kenapa harus nanti? Cepat jelaskan sekarang!" kata Gio dengan suara yang begitu nyaring."Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang ada yang lebih penting yang harus kita urus. Ini tentang Embun, dia saat ini pingsan!" Pria yang tak Gio ketahui siapa namanya itu juga ikut berteriak.Gio tersentak, bukan karena bentakan pria itu, akan tetapi d

  • Dinikahi CEO Galak   Halo, Sayang, Halo

    "Untuk pembangunan di sebelah selatan delapan puluh persen sudah jadi, Pak, sebentar lagi akan rampung," beritahu Rizal.Gio tampak manggut-manggut. "Terima kasih atas laporannya, Rizal. Kamu memang bisa diandalkan. Nggak sia-sia aku kasih kamu kesempatan sekali lagi buat kerja sama aku," ucap pria itu bangga.Rizal tersipu malu. "Anda terlalu banyak memuji, Pak. Saya bisa seperti juga berkat Anda. Terima kasih karena saya sudah dikasih kepercayaan penuh oleh Anda, Pak."Gio kembali mengangguk seraya menepuk pundak Rizal berkali-kali.Dulu, waktu pertama kali Gio mempekerjakan Rizal, Rizal memang sangat payah, tidak mempunyai keahlian ataupun cekatan, tapi berkat kesabaran Gio dan juga ketelatenan pria itu dalam mendidik Rizal, pada akhirnya asistennya pun berubah menjadi semenakjubkan seperti ini. Gio bangga pada Rizal yang mau berjuang dan berusaha. Maka dari itu Gio tidak mungkin melepaskan Rizal begitu saja.Rizal pun demikian. Dia begitu bangga mempunyai bos seperti itu. Mungkin

  • Dinikahi CEO Galak   Astaga! Apa yang Sudah Kulakukan?

    "Kok lama banget sih datangnya," keluh Dimas ketika melihat Embun sudah datang.Embun mendengkus keras. "Syukur-syukur aku dateng, gitu aja protes," celetuk wanita itu tak terima."Iya, iya. Jangan ngambek gitu dong. Kan jadi makin cantik aja."Embun memutar bola matanya malas, agak jengah juga karena Dimas semakin terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya padanya."Mau ngomong apa?" tanya wanita itu to the poin."Eits! Santai dulu dong, ngapain pakai buru-buru segala sih. Aku aja belum pesanin kamu minum. Mau minum apa?"Embun mengibas-ngibaskan tangannya. "Masalahnya aku belum izin sama suami, takutnya nanti dia malah salah paham. Lebih cepat lebih baik, lebih cepat juga aku pulangnya. Jadi kamu mau ngomongin apa?" desak Embun. "Kamu bilang ini tentang masa depan aku, emangnya aku itu kenapa? Apa yang akan terjadi di masa depan?" cerocos wanita itu panjang lebar.Raut wajah Dimas tampak berubah ketika Embun mengatakan tentang suami."Kamu beneran cinta nggak sih sama suami kamu i

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status