Home / Romansa / Dinikahi CEO Galak / Butuh Uang Berapa?

Share

Butuh Uang Berapa?

Author: Nona Ekha
last update Last Updated: 2022-09-17 18:24:21

"Untuk apa Mama datang ke sini?" tanya Gio to the poin.

"Mama benar-benar kecewa sama kamu. Kenapa setiap wanita yang datang ke sini, selalu kamu tolak?"

Fokus Gio langsung buyar, kali ini dia menatap wanita paruh baya itu dengan kesal. Rena, itulah nama mamanya yang selalu saja membuat dirinya jengkel. Bagaimana tidak, wanita itu selalu mendesaknya untuk segera menikah.

"Aku sudah pernah bilang, kalau aku nggak bakalan menikah!" tandas pria itu.

Rena menggeleng tak setuju. "Sebenarnya kamu ini kenapa? Kenapa menikah saja tidak mau?" tanyanya dengan kesal. "Mama sudah membawakan wanita untuk kamu, mungkin kalau semuanya dihitung ada ratusan, tapi dari satu di antara mereka kenapa tidak ada yang kamu pilih?"

Gio menyugar rambutnya dengan kasar, ingin sekali dia mengumpat ataupun berkata kasar, tapi selalu dia urungkan karena menyadari yang ada di hadapannya itu bukan orang lain, melainkan mamanya sendiri.

"Karena aku nggak suka sama mereka, mereka semua bukan tipeku."

"Lalu kamu mau mencari yang seperti apa? Tinggal bilang saja, nanti Mama yang carikan."

Gio mendengkus sebal. "Mama ini kenapa sih, yang dipikiran Mama itu cuma nikah, nikah, nikah terus. Kenapa nggak Mama aja yang nikah. Aku mau fokus kerja, masalah nikah itu urusan belakangan," sahutnya ketus.

Rena menghela napas panjang, menatap anaknya dengan sedih. Banyak yang bilang kalau anaknya itu tidak suka dengan wanita, itu yang wanita itu takutkan. Dan sekarang ketakutannya pun akhirnya terjadi, sudah banyak dia mendatangkan wanita untuk Gio, pria itu tetap saja menolaknya.

"Mama hanya takut dengan rumor yang beredar kalau kamu itu tidak suka dengan--"

"Dan Mama percaya dengan gosip murahan itu?" sela Gio cepat.

Rena terdiam, membuat Gio tersenyum sinis. "Lihat, Mama saja meragukanku."

"Kalau kamu memang suka dengan wanita, buktikan hal itu pada Mama. Bisa?"

Gio terdiam cukup lama, sepertinya tengah memikirkan sesuatu, dia mengetuk-ngetuk jarinya di meja, hingga akhirnya pria itu tersenyum miring ketika nama Embun terlintas dipikirannya.

"Oke," jawab pria itu pada akhirnya.

Rena menatap anaknya penuh curiga. "Jangan membohongi Mama."

"Siapa? Mama nuduh aku?" tanya Gio heran.

"Oke, Mama kasih waktu tiga hari. Kalau kamu nggak bisa buktikan, berarti rumor yang beredar kalau kamu suka dengan sesama jenis berarti benar."

Diam-diam Gio mengepalkan tangannya, jelas saja dia tidak terima dikatakan seperti itu, tapi dia juga tidak bisa mengelak. Maka hal yang dia lakukan adalah diam seribu bahasa.

"Wanita tadi. Aku menyukainya."

Rena mengerutkan keningnya, berpikir cukup lama. Kemudian dia tersenyum tipis.

"Wanita yang bernama Siska? Ya, dia memang cantik, selain cantik, dia juga model, karirnya bagus dan--"

"Bukan yang itu," sela Gio cepat.

"Haduh, yang mana dong. Clara, Diana, Shella, Yolanda atau--"

"Yang terakhir kalinya dia datang ke sini, tadi kalian juga berpapasan di depan pintu," sahut Gio, pria itu sepertinya jengah karena mendengar mamanya begitu bersemangat menyebut nama wanita-wanita itu.

"Office girl?"

Gio mengangguk, membuat mulut Rena menganga lebar. "Office girl? Kamu serius?"

"Kenapa? Mama nggak percaya?"

"Office girl? Oh ya Tuhan, kamu jatuh cinta dengan dia?"

"Kenapa? Ada yang salah?"

"Jelas aja ada yang salah. Kalian beda kasta. Ingat, kamu itu keluarga terpandang, sedangkan dia?"

"Intinya sama-sama manusia, kan? Sama-sama makan nasi, sama-sama kalau malam tidur, dia bukan monster dan juga bukan hantu. Ingat, Ma, sama-sama manusia!" tekan Gio.

"Tapi--"

"Aku suka dengan dia!"

Rena manggut-manggut, dia harus pura-pura memahami apa yang dirasakan oleh anaknya.

"Jadi, siapa namanya? Kamu bilang tadi kalau kamu menyukainya? Pasti dia juga suka sama kamu, kan?" pancing wanita paruh baya itu.

Gio berdeham sejenak. "Untuk masalah itu, aku rasa Mama tidak perlu tahu. Jadi sekarang Mama sudah percaya, kan, kalau aku menyukai wanita? Bukan sesama jenis."

"Sebenarnya belum sepenuhnya percaya. Kalau kamu memang menyukai wanita itu, Mama tantang kamu untuk menikah dengannya."

Gio mengeraskan rahangnya, dan itu terlihat begitu jelas dari pandangan Rena. Wanita itu sangat yakin jika Gio tidak akan melakukannya. Namun, senyuman wanita itu sirna ketika mendengar jawaban dari Gio.

"Oke, tunggu tiga hari ke depan, atau paling lama satu minggu, aku akan segera menikahinya," ujar Gio mantap.

Rena langsung berdiri dari duduknya, dia benar-benar tidak terima jika Gio menyanggupi permintaannya. Masalahnya wanita itu sama sekali tidak setara dengan anaknya, bagaimana bisa mereka akan menikah? Apa reaksi orang-orang ketika mengetahui hal itu? Bukankah itu akan mencoreng nama keluarga mereka?

"Kamu serius dengan niatmu itu?" tanya Rena serius.

"Ya, aku akan buktikan ke kalian semua kalau aku ini menyukai wanita."

Rena menghela napas panjang. "Baiklah, aku tunggu kabar membahagiakan itu. Aku akan pulang."

Gio mengangguk. "Hati-hati di jalan, Ma. Maaf aku tidak bisa mengantar, karena aku benar-benar sibuk."

Rena memakluminya, wanita paruh baya itu melangkah ke luar, tepat di ambang pintu, dia menoleh ke belakang. "Siapa nama wanita itu?"

Gio menatap kembali mamanya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Untuk apa Mama menanyakan hal itu?"

"Aku hanya ingin tahu saja namanya, memangnya tidak boleh?"

Gio manggut-manggut, dalam hatinya menduga jika mamanya akan melakukan sesuatu pada wanita itu. Sebelum hal itu terjadi, Gio dengan cepat mengambil ponselnya, lalu mengetikkan sesuatu di sana.

"Namanya Embun."

Rena tersenyum tipis, wanita itu langsung melenggang pergi tanpa meninggalkan kata-kata lagi.

Melihat mamanya sudah tidak ada lagi di ruangannya, membuat Gio bernapas lega.

"Wanita, wanita, dan wanita. Kenapa mereka selalu merepotkan?" keluh pria itu.

***

"Di sini siapa yang namanya Embun."

Semua karyawan yang tengah bekerja langsung terhenti, mereka serempak menatap wanita paruh baya itu.

"Dia tidak ada di sini, Bu. Mungkin tengah bersih-bersih di bagian gudang," ucap salah satu dari mereka.

"Di antara kalian, bisa antarkan aku untuk bertemu dengannya?"

Karyawan tersebut saling pandang satu sama lain. Heran saja, setahu mereka Embun adalah karyawan baru yang menjabat sebagai office girl. Lantas untuk apa orang tua bosnya mencari wanita itu?

"Mari saya antar, Bu."

Salah satu dari mereka pun mengantar Rena untuk bertemu dengan Embun.

"Ruangannya ada di sini, Bu. Mungkin Embun sedang ada di dalam, kalau begitu saya permisi," ucap wanita itu.

Rena mengangguk, dia membiarkan karyawan itu pergi meninggalkannya. Rena membuka pintu gudang itu, dia melihat Embun tengah merapikan kardus-kardus dengan cekatan.

"Ehem!"

Embun menoleh ke arah sumber suara, sedikit terkejut karena ternyata ada wanita paruh baya yang sedang menatapnya. Dia buru-buru mendekati wanita itu.

"Halo, Bu. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Embun ramah.

Rena mendengkus keras. "Langsung saja, aku tidak suka basa-basi, jadi kamu butuh uang berapa?"

Dahi Embun berkerut heran. "Maksudnya gimana, Bu?"

"Kamu butuh uang berapa? Katakan saja, aku akan memberikan uang itu, dengan syarat jauhi anakku!"

"Hah?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinikahi CEO Galak   Ya udah Ayo! Aku Kasih Jatah

    Bahagia! Itu adalah gambaran sempurna untuk keluarga Gio.Ya, saat ini mereka tengah dikaruniai seorang putri yang begitu cantik, ditambah lagi saat ini sang istri sedang hamil anak kedua, kandungannya sudah berumur tujuh bulan, yang kabarnya anak itu berjenis kelamin laki-laki.Jelas saja kebahagiaan itu semakin lengkap untuk Gio maupun Embun."Dan pada akhirnya si Cinderella pun bahagia dengan pasangannya."Alea menatap ayahnya dengan raut wajah bingung."Kok ceritanya beda kayak yang diceritakan oleh bunda, Yah?" protes anak itu.Pipi Alea menggembung, membuat Gio gemas, dan pada akhirnya dia mencubit kedua pipi Alea itu dengan pelan."Itu kan versi bunda, kalau versi Ayah ya beda dong. Alea kenapa belum tidur? Ayah udah baca dongeng dari tadi loh.""Masih belum ngantuk, Yah. Biasanya kalau bunda yang bacain dongeng, Alea langsung tidur. Tapi kalau sama Ayah kok nggak ya?" tanya anak itu dengan raut wajah bingungnya.Ya bagaimana Alea bisa mau tidur, Gio saja menceritakannya tidak

  • Dinikahi CEO Galak   Kebiri Aja!

    Embun menangis begitu kencang ketika mendengar penuturan dari suaminya. Ya, Gio mengatakan bahwa saat ini dirinya tengah hamil.Awalnya wanita itu tidak percaya dengan ucapan Gio, karena dokter sudah memvonisnya akan susah hamil akibat kecelakaan itu.Namun, keraguan itu seketika sirna karena Gio membawa bukti yang diberikan oleh dokter itu, dan langsung Gio memberikannya pada Embun. Dari situlah baru Embu percaya kalau saat ini tengah ada janin di dalam perutnya."Sayang, udah, jangan nangis terus," tegur Gio sambil mengusap-usap punggung wanita itu secara perlahan."Ini benar-benar nggak mungkin, Mas. Bagaimana bisa aku ... hamil? Sedangkan--""Ssstttt." Gio menempelkan jari telunjuknya di bibir wanita itu. "Nggak ada yang nggak mungkin kalau Tuhan sudah berkehendak, Sayang. Ini adalah takdir kita. Tuhan masih memberikan kepercayaannya pada kita untuk merawat bayi ini. Mungkin waktu itu kita masih belum dikasih kepercayaan karena kita masih belum dewasa, kita masih sama-sama egois.

  • Dinikahi CEO Galak   Tadi Gio Bilang Apa?

    Berkali-kali Gio menciumi telapak tangan Embun. Perasaannya benar-benar campur aduk, tak karuan. Ada rasa khawatir, cemas, emosi dan juga bahagia. Karena perlakuan Gio, membuat Embun dengan perlahan membuka kedua matanya.Kepalanya masih terasa sakit, maka dari itu dia ingin kembali memejamkan matanya, akan tetapi karena ada yang terus menciumi tangannya, pada akhirnya dia mengurungkan niatnya."Mas," panggil wanita itu lirih."Sayang, kamu udah bangun?" tanya pria itu dengan cepat. "Gimana? Apa yang sedang kamu rasakan? Apa ada bagian yang sakit di area tubuhmu?" Pertanyaan beruntun Gio membuat Embun tersenyum tipis.Wanita itu menggeleng pelan. "Nggak ada, Mas. Aku cuma pusing aja, sama lemas juga sih sebenernya," beritahu wanita itu.Embun menatap sekitar, dahinya mengernyit heran karena baru menyadari kalau dia tidak berada di dalam kamarnya, melainkan ruangan yang begitu asing, menurutnya."Kita lagi di mana, Mas?" tanya wanita itu dengan kening berkerut.Gio mendengkus keras. "

  • Dinikahi CEO Galak   Siapa Dia?

    Langkah Gio begitu tergesa-gesa. Terlihat begitu jelas raut wajahnya tampak cemas.Tadi, ketika Embun yang menghubunginya, ternyata yang Gio dengar bukan suara istrinya, melainkan suara orang lain, yang lebih parahnya lagi adalah suara seorang pria.Marah? Tentu saja! Siapa yang begitu berani meneleponnya mengunakan nomor istrinya? Bukan itu poin pentingnya, melainkan kenapa ponsel istrinya bisa di tangan orang lain? Terlebih lagi seorang pria."Ha-halo."Mata Gio membulat ketika bukan suara istrinya yang terdengar."Siapa kamu? Kenapa ponsel istriku bisa di tanganmu? Mana istriku?" sentak pria itu cepat."Ma-maaf. Aku akan menjelaskannya nanti--""Kenapa harus nanti? Cepat jelaskan sekarang!" kata Gio dengan suara yang begitu nyaring."Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang ada yang lebih penting yang harus kita urus. Ini tentang Embun, dia saat ini pingsan!" Pria yang tak Gio ketahui siapa namanya itu juga ikut berteriak.Gio tersentak, bukan karena bentakan pria itu, akan tetapi d

  • Dinikahi CEO Galak   Halo, Sayang, Halo

    "Untuk pembangunan di sebelah selatan delapan puluh persen sudah jadi, Pak, sebentar lagi akan rampung," beritahu Rizal.Gio tampak manggut-manggut. "Terima kasih atas laporannya, Rizal. Kamu memang bisa diandalkan. Nggak sia-sia aku kasih kamu kesempatan sekali lagi buat kerja sama aku," ucap pria itu bangga.Rizal tersipu malu. "Anda terlalu banyak memuji, Pak. Saya bisa seperti juga berkat Anda. Terima kasih karena saya sudah dikasih kepercayaan penuh oleh Anda, Pak."Gio kembali mengangguk seraya menepuk pundak Rizal berkali-kali.Dulu, waktu pertama kali Gio mempekerjakan Rizal, Rizal memang sangat payah, tidak mempunyai keahlian ataupun cekatan, tapi berkat kesabaran Gio dan juga ketelatenan pria itu dalam mendidik Rizal, pada akhirnya asistennya pun berubah menjadi semenakjubkan seperti ini. Gio bangga pada Rizal yang mau berjuang dan berusaha. Maka dari itu Gio tidak mungkin melepaskan Rizal begitu saja.Rizal pun demikian. Dia begitu bangga mempunyai bos seperti itu. Mungkin

  • Dinikahi CEO Galak   Astaga! Apa yang Sudah Kulakukan?

    "Kok lama banget sih datangnya," keluh Dimas ketika melihat Embun sudah datang.Embun mendengkus keras. "Syukur-syukur aku dateng, gitu aja protes," celetuk wanita itu tak terima."Iya, iya. Jangan ngambek gitu dong. Kan jadi makin cantik aja."Embun memutar bola matanya malas, agak jengah juga karena Dimas semakin terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya padanya."Mau ngomong apa?" tanya wanita itu to the poin."Eits! Santai dulu dong, ngapain pakai buru-buru segala sih. Aku aja belum pesanin kamu minum. Mau minum apa?"Embun mengibas-ngibaskan tangannya. "Masalahnya aku belum izin sama suami, takutnya nanti dia malah salah paham. Lebih cepat lebih baik, lebih cepat juga aku pulangnya. Jadi kamu mau ngomongin apa?" desak Embun. "Kamu bilang ini tentang masa depan aku, emangnya aku itu kenapa? Apa yang akan terjadi di masa depan?" cerocos wanita itu panjang lebar.Raut wajah Dimas tampak berubah ketika Embun mengatakan tentang suami."Kamu beneran cinta nggak sih sama suami kamu i

  • Dinikahi CEO Galak   Katanya Tadi Lagi Nggak Enak Badan?

    [Embun, bisakah kita bicara sebentar? Ada yang mau aku bicarakan, penting. Sangat penting!]Embun mengerutkan keningnya ketika mendapat pesan dari Dimas."Mau ngapain dia?" gumam wanita itu.Akhir-akhir ini dia merasa begitu malas. Biasanya dia selalu bangun pagi untuk menyiapkan segala keperluan suaminya, tapi saat ini tidak, dan beruntungnya Gio sama sekali tak mempermasalahkan hal itu. Embun merasa beruntung mempunyai suami seperti Gio. Dia begitu bodoh karena dulu pernah menyia-nyiakan pria itu, dan mulai saat ini dia tidak akan melakukan hal itu lagi.[Ya udah tinggal ngomong aja lewat chat.]Embun pun membalas pesan dari Dimas. Tak menunggu waktu lama, pria itu langsung membalasnya.[Nggak bisa bicara lewat telpon, bisanya kita bicara secara langsung. Ini benar-benar penting, Embun!]Embun berdecak kesal. Bangun dari tidurnya saja dia malas, apalagi harus sampai bertemu dengan pria itu."Tapi aku penasaran, kira-kira dia mau ngomong apa ya? Katanya penting banget. Males banget

  • Dinikahi CEO Galak   Nelponnya Lain Kali Aja

    Karena jengah dengan suara deringan itu, pada akhirnya Gio pun mengangkat panggilan dari mamanya."Halo, Ma, ada apa?" tanya pria itu dengan ogah-ogahan."Ah, akhirnya kamu angkat telepon Mama juga, Nak." Dari ujung sana Rena tampak menghela napas lega.Sedangkan Gio, dia memutar bola matanya malas."Ada apa, Ma?" tanya pria itu lagi."Mama kangen sama kamu, Nak."Gio tertawa sinis. Kangen? Sejak kapan mamanya itu bisa berucap seperti itu!"Ma, saat ini aku lagi sibuk, nelponnya lain kali aja," sahut Gio dengan suara ketus."Mama benar-benar minta maaf, Nak. Mama akui kalau Mama itu salah. Maka dari itu izinkan Mama menebus semua dosa-dosa Mama ini. Mama ingin bertemu dengan Embun, Mama mau minta maaf sama dia. Boleh, kan, kalau Mama bertemu dengan dia?" "Nggak boleh!" jawab Gio tegas. Tangannya mengepal dengan erat, serta mengetatkan rahangnya. Dia tahu kalau lagi-lagi mamanya itu pasti merencanakan sesuatu. "Aku tahu apa yang saat ini ada dipikiran Mama, pasti Mama mau hasut Embun

  • Dinikahi CEO Galak   Takang

    Akhir-akhir ini Gio merasakan bahwa dirinya kembali lagi hidup. Hari-harinya kembali berwarna setelah bersama dengan Embun, istrinya.Banyak celotehan Embun yang membuat dirinya gampang tertawa. Inilah yang pria itu mau, hidup bahagia dengan pilihannya.Sampai-sampai dia lupa bahwa sampai saat ini mamanya masih saja merecokinya. Bukan merecoki untuk menikah dengan wanita lain, tapi mamanya meminta untuk dipertemukan oleh Embun. Tentu saja Gio tidak mau.Pria itu takut kejadian dua tahun lalu akan kembali terulang, mamanya ikut campur dan Embun akan pergi meninggalkannya lagi.Ya, meskipun Embun sudah berjanji padanya tidak akan pergi meninggalkannya, tetap saja yang namanya pikiran itu gampang berubah. Apalagi setahu Gio, perempuan itu moodnya gampang sekali berubah."Kok nggak diangkat teleponnya, Mas? Kenapa?" tanya Embun heran karena Gio mengacuhkan panggilan itu.Gio mengedikkan bahunya acuh, dia lebih memilih menatap laptopnya."Nggak terlalu penting sih," ujarnya cuek."Kan belu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status